Heya, guys...
So, ya, this part happens 4 years after chapter 0.
Please vote, follow, and comment. ;)
♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪ ♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪
-Alexa-
June 19th, 2015, Williams' Family HouseHari ini mungkin akan menjadi salah satu 19 Juni yang melelahkan untukku. Alex mungkin lagi-lagi mengurung diri di kamarnya dan menangis. David, Chuck, dan Brad -saudara-saudaraku- menyuruhku untuk menghiburnya hanya karena aku satu-satunya anak perempuan di rumah ini dan ibuku sedang pergi untuk bekerja seperti biasanya. Aku sampai di depan pintu kamarnya dan menghela napas panjang lalu mengetuk pintunya.
"Who's there?" ujar suara seseorang yang ada di dalam yang sudah kukenal empat tahun belakangan ini.
Aku terkejut. Aku bertanya-tanya mengapa suaranya bisa setenang itu padahal biasanya selama tiga tahun aku selalu mendengar suara yang sebisa mungkin dibuat tenang. Tapi, kali ini... seperti tidak terjadi sesuatu yang seperti biasanya.
"It's me." jawabku.
"Masuk." balasnya.
Aku masuk dan menyapanya
"Hei." sapaku.
Alex sedang duduk di tempat tidurnya dan sedang memandang ke arah meja belajarnya. Entah apa yang sedang dia lihat.
"Hei juga. Dateng buat tugas tahunan, ya?" candanya.
"Kayaknya tahun ini libur dulu, deh. Soalnya lo gak keliatan abis nangis tuh, malah lo bisa bercanda." jawabku.
Memang benar setiap tahun sejak tiga tahun yang lalu, aku datang untuk menghiburnya minimal dua kali di dua tanggal yang sama, salah satunya 19 Juni. Dan tentu saja aku sudah tahu alasannya.
Alex tersenyum. "Kayaknya lo dipecat aja, deh dari kerjaan ini. Kayaknya gue gak bakal butuh lagi, tuh. Hahaha..."
"Yee..., emangnya gue pembokat lo pake acara dipecat segala?" ujarku. "Lagian, emang gue digaji?"
Alex tertawa. "Ya, kan bukan gue yang minta tolong lo buat hibur gue setiap tahun. Jadi, kalo nagih gajian ya jangan ke gue lah." candanya. Mata birunya memandangiku lekat-lekat sambil menaikkan salah satu sudut bibirnya.
Aku lalu duduk di sebelahnya. "Kalo gitu, gimana kalo bayarannya lo cerita sama gue, kenapa lo hari ini gak kayak tahun-tahun sebelumnya? Apa... jangan-jangan ada yang gantiin ya...?" godaku yang langsung dibalas dengan pelototan Alex.
"Ya, gaklah. Gue bahkan gak pernah kenal orang sebaik dia lagi." ujarnya. "Selain kalian semua."
"Uh-huh. Ya... kan cuman ngira. Bisa jadi beneran ada yang gantiin. Hahaha..." ucapku. "Eh, Mom dan Dad kayaknya udah nungguin, deh."
"Oke. Lo keluar dulu aja, nanti gue nyusul." ujarnya seraya beranjak mengambil jaketnya.
Alex memang menyuruhku untuk keluar rumah lebih dulu. Tapi, aku selalu menunggunya di luar kamarnya. Jadi, kami berjalan keluar bersama-sama. Di depan, David, Chuck, dan Brad sudah menunggu.
Kami berlima bisa dibilang bersaudara. David adalah yang tertua dari kami semua. Dia adalah kakak kandungku. Dia memiliki warna rambut hitam dan warna kulit kuning langsat yang diturunkan oleh ibuku sehingga membuatnya terlihat seperti orang Indonesia asli tanpa keturunan dari negara lain. Tidak heran, jika kami berjalan berdampingan, banyak yang mengira bahwa aku adalah pacarnya alih-alih adiknya karena kemiripan kami hanya sebatas warna mata kiri kami yang berwarna biru yang diturunkan oleh ayah kami -mata kananku adalah complete heterochromia iridum berwarna hazel yang entah diturunkan dari siapa. David lima tahun lebih tua dariku dan sekarang sedang kuliah mengambil jurusan hukum dan sudah memasuki semester terakhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Friends
Teen Fiction【In Indonesian Language】 Sebuah cerita tentang 2 orang sahabat bernama Alexander dan Andrew Thomas. Mereka adalah sahabat yang sulit dipisahkan, Tapi... Bagaimana kalau Andrew akan menjalankan operasi? Apa Andrew tetap hidup? atau mati? And what wil...