Epilogue

569 25 4
                                    

So, here's the last chapter of this story. Yaayyy🎉🎊 (?)
Part ini terjadi 6 tahun setelah Chapter 15. Tepat saat Andrew & Alexa wisuda.
Their relationship mungkin aja keliatan mulus, but actually there's so many things yang hampir membuat hubungan mereka retak. Tapi, mereka tetap bertahan.
Maybe I should make a story about that? Well, maybe, tapi ada 1 cerita menunggu untuk diselesaikan. 😁
Btw, thanks to jungshrimp for the title. Tbh, I'm not so good at making a title. 😂😂😂
Hope you enjoy it and please vote, follow, and comment. 😉
♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪
-Alexa-
December 15th, 2021, Williams' Family House

"Hei, Xa. Cepetan. Nanti ditinggal, lho." seru laki-laki itu di luar rumah.

"Iya, iya. Bentar, ah. Aku lagi siap-siap, nih." balasku sambil mengoleskan lipstik di bibirku.

Aku berlari kesana-kemari di dalam kamarku. Hari ini adalah hari wisudaku dan Andrew, dan aku bangun KESIANGAN. Aku benar-benar panik. Aku mandi kilat. Bahkan aku belum selesai mengeringkan rambutku saat Andrew datang menjemputku.

Beberapa menit kemudian, aku berlari ke depan dengan pakaian wisudaku. Di luar, Andrew menungguku dengan pakaian formalnya itu. Dia terlihat menawan jika saja raut wajahnya tidak menunjukkan bahwa dia kesal padaku.

"Lama amat, sih." komentar Andrew sedikit kesal sambil menatapku dari balik kacamatanya.

"Sori..., tadi aku bangun kesiangan." jawabku.

"Tumben amat kamu kesiangan."

"Udah, deh. Nanti aja komentarnya, nanti malah beneran telat."

Kami masuk ke dalam mobil Andrew dan pergi ke Lampung University yang bisa dibilang sedikit jauh dari perumahan kami. Sejak kami jadian enam tahun yang lalu, kami mulai mengurangi frekuensi menggunakan lo-gue dan mulai menggunakan aku-kamu. Memang seperti itu yang dilakukan orang yang pacaran, bukan?

Andrew membawa mobilnya dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Bagaimana tidak? Ini adalah hari besar kami dan aku merusaknya dengan bangun kesiangan. Sekarang sudah jam 8 pagi dan kami disuruh berkumpul paling lambat jam 8.15! Oh, ya Tuhan. Mengapa Engkau membuatku mendapat insomnia setiap saat aku tidak sabar menghadapi hari esok yang sangat berarti untukku? batinku.

"Hei, kok kamu keliatan frustrasi, sih?" tanya Andrew tiba-tiba. Dia masih memfokuskan pandangan pada jalan raya. Bagaimana tidak? Jalan yang kami lewati ini rawan kecelakaan.

"Ya mau gimana, Drew? Setiap kali besoknya hari yang aku tunggu-tunggu, pasti aku malamnya gak bisa tidur. Jadinya, ya aku bangun kesiangan." jawabku kesal.

"Ya udah, take it easy aja. Masih 15 menit lagi, kan?"

"Actually, it's 12 minutes."

"It's just same."

Kami terdiam selama beberapa saat di dalam mobil.

"Oh, iya. Masih mau tanding IPK, nih?" tanyaku sambil menaik-turunkan alisku.

"Masih, dong. Emang kamu pikir aku bakal ngalah gitu aja kalo soal ginian? Mimpi kali, yee..." jawabnya.

Aku tertawa mendengarnya. Well, semenjak aku dan dia jadian, kami juga selalu bersaing soal nilai, dan yang kalah harus mentraktir. Sejauh ini, skor kami sama -kebanyakan nilai kami sama. Kali ini, aku lulus kuliah dalam jurusan Matematika sedangkan dia jurusan Kedokteran dan aku sangat yakin bahwa kali ini aku akan menang karena IPKku saja 3,77.

Everlasting FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang