Chapter 5

325 23 2
                                        

-Tom-
August 8th, 2015, St. Francis Xavier High School

Aku tidak tahu apa salahku terhadap Tuhan. Aku sepertinya benar-benar sial. Beberapa hari yang lalu, Bu Tiara -guru seni kami- membentuk beberapa kelompok yang berisi 9 orang untuk memilih salah satu kelompok diantara kami untuk mementaskan sebuah drama di sebuah acara Edufair yang akan diselenggarakan November mendatang. Dan karena Bu Tiara terkenal tidak mau repot dan juga tidak mau bergantung pada muridnya dalam hal membentuk kelompok, dia membentuk kelompok berdasarkan absen yang artinya kelompok pertama adalah murid-murid yang bernomor absen 1-9 sedangkan Alexa, Alex, aku, dan Brad mempunyai nomor absen berturut-turut dari 1-4. Aku mungkin sekelompok dengan Alexa ̶aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku karena aku sangat senang bersamanya ̶tapi kesialanku adalah aku sekelompok dengan Alex. Ya, Alex. aku sekelompok dengan orang yang paling kubenci. Well, oke mungkin kami berpura-pura tidak mengenal satu sama lain. Tapi, hei, tetap saja aku membencinya. Sekarang, kami sedang latihan untuk drama kami walaupun kami masih akan mementaskannya di depan kelas beberapa minggu lagi.

"Jadi, ini teksnya. Udah gua revisi dikit." ujar Chris sambil membagikan naskah kepada kami semua.

"Kok lo revisi, sih?" protes Bella, yang memang membuat cerita sekaligus naskah drama.

"Lo mau jadi bahan omongan selama setahun gara-gara ada kissing scene? Gua, mah ogah." balas Chris sedikit sinis yang membuat Bella nyengir.

"Adegan ciuman?" tanya Alexa bingung.

"Iya, dia buat ada satu atau dua babak isinya si cowok dan si cewek itu..." jelas Chris yang sengaja menggantungkan kata-katanya dan membuat kami semua melotot ke arah Bella dan membuat cengirannya lebih lebar.

"Dasar, kissing lover." gumam Brad sambil menggelengkan kepala.

"Udah tentuin pemerannya?" tanya Chloe mencoba mengganti topik.

"Belom." jawab Chris pendek.

"Kok belom?" kali ini Walt.

"Otak lo pake dong, Walt. Kalo gua jadi Chris, gua pasti bakal diskusiin peran-peran setiap orang. Gak bakal gua pilih sendirian. Masa anak MIA otak gak dipake." ujar Clare.

"Lo juga otak kadang gak dipake kalo udah diluar jam sekolah." kata Alexa yang membuat Clare hanya nyengir.

Untunglah Bella, Chloe, dan Clare bukanlah anggota kelompok pemujaku ̶ aku tidak mempedulikan namanya. Aku yakin jika mereka termasuk anggota kelompok itu, akan terjadi pertengkaran antara mereka berempat sekarang juga.

Selama 10 menit, kami menentukan peran masing-masing. Alex dan Clare mendapatkan peran utama ̶ yang membuat Alex sedikit panik entah karena apa, Brad sebagai kakak Clare ̶benar-benar cocok. Chloe sebagai sahabat Clare. Bella sebagai mantan pacar Alex. Alexa menjadi saudara kembar Alex ̶ seperti yang kuduga. Aku sebagai sahabat Alex. Chris sebagai narrator.

Ceritanya tentang romance para pelajar SMA. Aku tidak terlalu peduli dengan ceritanya, aku hanya mempedulikan bagian percakapanku saja. Karena cerita apapun yang kubaca, aku tidak bisa menceritakannya kembali bahkan dalam bentuk tulisan maupun lisan sedikitpun.

Kami berlatih menggunakan teks terlebih dahulu dan tanpa melakukan akting. Saat berada di pertengahan, tiba-tiba Alex berhenti berbicara dan memegang kepalanya. Wajahnya menyiratkan bahwa dia kesakitan dan itu bukan termasuk bagian dari aktingnya.

"Lex. Lo kenapa?" tanya Alexa khawatir.

"Gak. Gak apa-apa, kok." jawab Alex masih memegangi kepalanya dengan wajah seperti menahan sakit.

Deg. Entah kenapa kejadian itu membuat perutku mulas. Aku tiba-tiba teringat saat-saat dadaku terasa sakit dan aku hampir pingsan. Alex dengan kekhawatiran yang tidak bisa disembunyikan lagi bertanya ada apa denganku. Aku menjawab bahwa aku tidak apa-apa tapi aku masih merasa kesakitan. Aku buru-buru mengenyahkan kenangan itu. Melemparnya ke dalam sebuah lemari di pikiranku dan menguncinya rapat-rapat bersama dengan kenangan bersama dengan Alex sewaktu kami duduk di bangku SD.

Everlasting FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang