Chapter 2

416 32 2
                                    

Honestly, gue agak rada-rada bingung how to make them like this. Confusing, but yeah jadi juga hahaha...

Please vote, follow, and comment. 😉
♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪  ♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪♬♪
-Tom-
July 27th, 2015, St. Francis Xavier High School

St. Francis Xavier High School.

Ya, itulah nama sekolah baruku. Aku dan Max berada di gerbang depan sekolah. Aku benar-benar kagum. Aku tidak menyangka sekolah ini ternyata sudah berumur lebih dari 50 tahun. Sekolah ini terlihat seperti baru saja dibangun sekitar 5 tahun yang lalu.

"Jadi, pendapat lo gimana?" tanya Max di sebelahku.

Tidak ada yang bisa kukatakan untuk mendeskripsikan kekagumanku selain "Wow."

"Yah, emang kayaknya gak banyak yang berubah, sih. Berterima kasihlah ke gue. Gue gak yakin masih ada yang mau nerima anak baru secepet ini. Soalnya, lo pindahan aja pas bulan Juni. Gue juga dikasih taunya bulan Mei buat nyariin sekolah buat lo. Untungnya aja, masih ada bangku di kelas XI MIA dan gue juga bisa minta tolong sama guru-guru di sini buat nerima lo karena gue kenal mereka. Kalo gak, yah…" ucapnya panjang lebar dan sengaja menggantungkan kata-katanya.

"Ya, ya, ya. Thanks." ucapku tidak mempedulikan ocehannya. "Gue udah boleh masuk belom, nih?"

"Boleh aja. Tapi, temuin kepala sekolahnya dulu, dong." jawabnya sambil masuk mendahuluiku.

"Oke." sahutku lalu mengikutinya menuju ruang kepala sekolah yang berada di lantai pertama.

Sebelum aku masuk ke ruang kepala sekolah, entah kenapa aku menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa alasan. Saat aku menoleh ke kanan, aku langsung membelalakkan mata. Aku buru-buru menggelengkan kepala dan masuk ke dalam.

Di dalam, Max dan Romo Paul -kepala sekolah St. Francis Xavier High School- sedang berbicara, sepertinya mereka bernostalgia. Lalu, Romo Paul melihatku dan mempersilahkanku untuk duduk. Dia lalu memberiku pertanyaan yang kujawab dengan santai sambil tersenyum. Well, aku memang menjawab semua pertanyaannya, tapi pikiranku sedang pergi entah ke mana mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.

Bel masuk berbunyi, aku lalu diperkenalkan kepada Pak Dani yang masuk ke ruang kepala sekolah bertepatan dengan bel. Dia adalah guru Biologi sekaligus wali kelasku. Kami berdua mengobrol sebentar lalu bersama-sama berjalan menuju kelas -tentu saja, sambil mengobrol dan berbasa-basi.

Sampai di depan pintu kelas, Pak Dani menyuruhku untuk menunggu sebentar lalu masuk ke dalam. Di dalam dia berbicara kepada seluruh murid di sana entah apa, tapi yang pasti membuat seisi kelas yang tadinya sedikit berisik menjadi sunyi. Dia lalu menyuruhku masuk dan aku lalu masuk ke dalam kelas dan berdiri di depan dan dilihat oleh 35 murid di kelas ini. Rasanya kayak mau perkenalan sewaktu SD, pikirku. Aku melihat ke sekeliling dan mataku terpaku pada laki-laki yang duduk di bangku tengah. Aku sedikit terbelalak. Aku mungkin bisa saja salah orang karena dia menundukkan kepalanya, jadi aku tidak terlalu membelalak. Lalu, perempuan yang duduk di sebelah kanannya menyikutnya. Dia menengok ke arah perempuan itu yang lalu melotot dan menunjuk ke arahku. Laki-laki itu lalu melihat ke arahku dan saat kami bertemu pandang, kami berdua langsung terbelalak kaget.
************************************************************
-Alex-
Few hours earlier
July 27th, 2015, Williams’ Family House

Everlasting FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang