-Alexa-
July 27th, 2015, St. Francis Xavier High SchoolMungkin ini memang salahku karena aku memberitahukannya kepada Alex. Tapi, tetap saja dia berhak tahu, bukan? Bahwa yang akan duduk di sebelah kanannya adalah Andrew, sahabat masa kecilnya itu. Aku memang hanya melihat Andrew dari foto-foto yang dimiliki Alex itu. Tapi, entah kenapa aku tidak bisa melupakan wajah itu, jadi aku tahu kalau yang sekarang berada di depanku ini adalah Andrew versi empat tahun lebih tua. Sebelumnya, Andrew memandang Alex lalu sedikit membelalakkan mata sehingga mungkin tidak ada yang menyadarinya selain aku. Lalu, tentu saja aku dengan bodohnya menyikut Alex dan memberinya tanda untuk melihat ke depan dan membuat mereka berdua membelalakkan mata selebarnya. Tapi, kalimat perkenalan Andrew membuat aku dan Alex sama-sama mengerutkan kening.
"Nama gue Andrew Thomas. Kalian boleh manggil gue Tom. Nice to meet you." ucapnya berusaha setenang mungkin untuk menyembunyikan kekagetannya.
Nama panggilannya Tom? Tapi, kenapa Alex berkata padaku bahwa nama panggilannya Andrew? Aku menoleh dan -seperti yang kubilang tadi- dia juga mengerutkan keningnya bingung. Pak Dani menyuruhnya untuk duduk. Andrew -atau Tom, terserahlah- duduk di bangku di sebelah Alex karena hanya itulah satu-satunya bangku kosong yang tersisa. Aku melihatnya berusaha menyembunyikan raut wajahnya yang tidak senang. Well, aku yakin itu karena dia duduk di sebelah kanan orang yang -menurutku- mungkin sangat dia benci. Aku mengasumsikan dia membenci Alex karena aku melihatnya menatap saudara angkatku itu dengan perasaan benci dan itu terlihat jelas di matanya.
Mungkin aku seharusnya mengkhawatirkan soal ini. Tapi, ternyata ada hal yang membuatku melupakan masalah ini selama beberapa saat. Well, sebenarnya, Tom memang terlihat tampan. Dan mungkin wajar saja jika sejak hari pertamanya dia akan didekati oleh banyak perempuan di kelasku. Tapi, kali ini hampir kelewatan, seluruh perempuan di kelasku -kecuali aku, tentu saja- tidak menghiraukan Pak Dani yang sedang berbicara di depan dan malah asyik berbisik sendiri. Dan karena mereka semua menunjuk ke arah Tom, aku yakin mereka sedang membicarakannya. Pak Dani tentu saja langsung berhenti berbicara dan melihat ke arah para perempuan itu -kecuali aku, karena tempat dudukku bisa dibilang berada di antara para laki-laki. Dan parahnya, mereka tetap saja berbisik dan tidak sadar bahwa wali kelasku itu sudah berhenti berbicara. Hal itu tentu saja membuat Pak Dani yang memang sedikit temperamental langsung menggebrak meja. Yah, bisa ditebak, seisi kelas seketika diam seribu bahasa.
"Katarina. Bisa kamu jelaskan lagi apa yang saya bicarakan barusan?" perintah Pak Dani ke Katarina dengan lantang.
Katarina tentu saja langsung menunduk malu. Pak Dani menggelengkan kepalanya.
"Jangan mentang-mentang kamu anak kepala yayasan, kamu bisa berbuat seenaknya saja. Hargai saya yang berada di depan ini." ujar Pak Dani. Dia lalu menengok ke arahku. "Alexa, bisa kamu jelaskan lagi apa yang tadi saya bicarakan?"
Aku yang memang mendengar ucapan Pak Dani akhirnya menjelaskan secara singkat apa yang dibicarakan. Well, kebanyakan aku lupa karena konsentrasiku buyar oleh para perempuan yang tergila-gila dengan pesona Tom. Tapi, untunglah aku memahami intinya sehingga aku bisa membuat kata-kata sendiri untuk menjelaskannya kembali -aku sangat ahli dalam hal ini.
Setelah selesai, Pak Dani menganggukkan kepalanya padaku. Dia lalu menasihati Katarina yang masih menunduk untuk menjadi sepertiku -menghargai guru dan mendengarkan penjelasannya dan sebagainya. Katarina hanya mengangguk malu. Setelah itu, Pak Dani kembali berbicara.
Tanpa aku melihat pun aku tahu. Aku merasa ada 2 orang yang menatapku. Satu dengan tatapan penuh dendam -yang aku yakin berasal dari Katarina- dan yang satunya lagi adalah tatapan yang tidak bisa kuartikan. Hebat, baru hari pertama dan gue udah dapet musuh, batinku. Untuk yang satunya, aku tidak tahu siapa yang menatapku jadi, aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Aku mendapati Tom menatapku lalu dia langsung membuang muka dan melihat ke depan. Aku mengangkat alisku. Well, dan di hari pertama gue juga udah diliatin sama cowok, batinku lagi.
************************************************************

KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Friends
Novela Juvenil【In Indonesian Language】 Sebuah cerita tentang 2 orang sahabat bernama Alexander dan Andrew Thomas. Mereka adalah sahabat yang sulit dipisahkan, Tapi... Bagaimana kalau Andrew akan menjalankan operasi? Apa Andrew tetap hidup? atau mati? And what wil...