Chapter 9

386 28 0
                                    

-Alexa-
September 21st, 2015, Williams' Family House

Masih di depan pintu kamar orangtuaku.

Aku masih ragu-ragu untuk menanyakan soal itu. Mom memang mengatakan padaku bahwa liontin seperti ini hanya ada dua. Tapi, bukan berarti orang lain tidak akan mempunyai liontin yang sama. Liontinku dan Alex sama persis -perbedaannya hanyalah nama yang tertera di sana, milikku tentu saja tertera nama "Alexa" sedangkan miliknya tertera nama "Alex".

Akhirnya setelah beberapa menit yang menyebalkan, aku mempunyai keberanian untuk mengetuk pintu kamar Mom dan Dad.

"Who's there?" tanya Mom.

"It's me."

Mom membuka pintu kamar. Dia memandangiku penuh tanya.

"What just happened?" tanyanya.

"Aku perlu nanya satu hal, Mom." kataku serius.

"Well, I think we should talk it inside." usulnya.

Aku masuk ke kamar orangtuaku. Kamarnya tidak terlalu luas, walaupun ini adalah kamar terbesar di rumah ini. Aku duduk di tempat tidurnya menghadap ke arah Mom dan pintu kamar yang entah kenapa tidak ditutup olehnya.

"Jadi?" tanya Mom.

"Mom, Mom pernah bilang ke aku kalo liontin ini cuma ada dua." mulaiku sambil menunjuk liontin yang ada di leherku.

"Ya...?"

"Are the lockets really same or there's a difference?"

Mom terdiam sejenak sambil bertukar pandang dengan Dad yang sedari tadi hanya diam duduk di kursinya sambil memandangi kami.

"Well, actually there's only one difference between both of them." jawab Dad.

"Is it the name? tanyaku.

Mom dan Dad mengangguk.

"Is it 'Alex' and 'Alexa'?" tanyaku. Kali ini aku benar-benar sedikit tegang.

Mom dan Dad mengangguk sekali lagi dan kali ini mereka memandangiku heran bercampur kaget.

"How do you know that?" tanya Mom. Aku ragu-ragu menjawabnya.

"Alex has it." Akhirnya kata-kata itu terlontar dan sukses membuat Mom dan Dad membelalakkan mata.

"Alexandra Williams, Jr., you're not kidding, right?" seru Dad.

"I'm serious."

"Kamu yakin, Alex punya liontin kayak gitu?" tanya Mom.

"100% sure." jawabku.

Mom benar-benar kaget. Dia lalu terduduk di tempat tidur di sebelahku. Dad lalu menuju ke arahnya, mencoba untuk menenangkan Mom.

"That's him." kata Mom lirih. "That must be him."

"Yeah, I know." bisik Dad.

"Dia siapa?" tanyaku penasaran.
Mereka saling bertukar pandang. Dad menghela napasnya.

"It's time for you to know the truth." ujarnya. "Kamu tahu kalau kamu punya seorang saudara laki-laki kembar, kan?"

Aku terduduk tegak. Jika Dad berbicara menggunakan Bahasa Indonesia, biasanya itu berarti dia sedang membahas sesuatu yang benar-benar serius.

Everlasting FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang