-Tom-
July 27th, 2015, Antonius Johannes' Family HouseBego, bego, bego batinku setelah sampai di rumah. Aku memarahi diriku sendiri karena tanpa sadar aku menulis kalimat yang otomatis membuat Alex curiga padaku. Dia pasti akan curiga bahwa aku ini adalah Andrew, sahabatnya itu. Atau dia sudah memang menduga bahwa aku adalah dia? Well, aku memang dia, tapi aku tidak ingin ada orang dari masa laluku yang menganggapku sebagai Andrew lagi.
"Hei, kok muka lo kayak gitu, sih? Kayak orang yang bakal didatengin debt collector sebentar lagi." ujar Max. Hal yang membuatku kesal pada diriku adalah, aku ternyata sedang melamun sehingga panggilan Max membuatku tersentak.
"Tuh, kan. Bengong, lagi." lanjut Max. Aku hanya mencibir saking kesalnya pada diriku sendiri.
Aku lalu menceritakan bahwa aku sekelas dengan Alex -yang membuat Max terkejut- tapi, aku berpura-pura tidak mengenalnya. Dan aku juga menceritakan bahwa aku secara tidak sadar menulis kata-kata "Masih sama aja kayak dulu" -dan tentu saja sukses membuat Max terbelalak.
"Kok gak ada yang ngomong ke gue ya?" gumam Max lebih kepada dirinya sendiri.
"Ngomong apa?" tanyaku bingung.
"Ya, kan gue nanya ke guru-guru di sana, ada yang namanya Alexander apa gak. Mereka semua jawab 'gak'. Makanya gue masukin lo ke sekolah ini."
Aku hanya mengangkat bahu. Tentu saja aku tidak tahu-menahu soal ini. Alex tentunya tidak mungkin baru masuk di St. Francis Xavier High School saat kelas XI ini. Dia pernah bilang kepadaku bahwa dia tidak akan pernah pindah sekolah selain karena kelulusan atau karena dia diharuskan untuk pindah. Max lalu pamit pergi keluar rumah. Yang artinya aku akan sendirian.
"Ngapain?" tanyaku. Tidak biasanya dia keluar rumah saat jam segini.
"Nemuin dosen. Ada kerjaan." jawabnya singkat lalu keluar tanpa menunggu balasanku.
Aku mendesah dan mengikutinya keluar. Aku akan benar-benar bosan jika berada di rumah sendirian. Aku mengunci pintu rumah dan berjalan entah kemana kakiku membawaku.
************************************************************
-Alexa-Aku duduk di salah satu bangku taman di kompleks perumahanku bersama Clary. Clary adalah sahabatku sekaligus tetanggaku sejak kami masih duduk di bangku kelas 1 SD. Kami berkenalan di sekolah dan sama sekali tidak tahu bahwa kami tinggal di rumah yang bersebelahan selama hampir 1 bulan. Jujur saja, aku akan tertawa terbahak-bahak mengingat wajah kami berdua yang melongo tidak percaya bahwa kami bertetangga.
"Hei, gak usah dipikirin lagi, sih." ujar Clary untuk yang kesekian kalinya.
Aku sudah menceritakan soal kejadian di sekolahku tadi kepadanya dan dia ingin aku menemuinya di sini sepulangnya dari sekolah. Well, kami memang tidak satu sekolah lagi semenjak kelas X. Dan sekolahnya adalah sekolah yang bertaraf nasional sehingga jam pulang sekolahnya lebih lama daripada aku.
Aku baru saja membuka mulutku untuk membalasnya saat handphoneku bergetar dan membuatku terlonjak. Aku mengambil dan melihatnya. LINE dari Tom.
Thomas
Hei, lgi dmna?Entah kenapa, tanpa ragu aku langsung membalasnya.
AlexaWills
Di taman. Npa?
Thomas
Oh , gw lgi otw kesna, nih. Ad spa aja?Aku melotot. Tom akan kemari?
"Hei, kenapa lo? Kayak abis ngeliat setan, aja." tanya Clary.
"Dia bakal ke sini, Clar."
"Dia siapa?" tanya Clary bingung. Aku memutar bola mataku.
"Tom. Katanya dia bakal dateng ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Friends
Teen Fiction【In Indonesian Language】 Sebuah cerita tentang 2 orang sahabat bernama Alexander dan Andrew Thomas. Mereka adalah sahabat yang sulit dipisahkan, Tapi... Bagaimana kalau Andrew akan menjalankan operasi? Apa Andrew tetap hidup? atau mati? And what wil...