TUJUH

201 27 9
                                    

Maafkan Irresponsible Author ini...
🙇🙇🙏🙇🙇
...
..
.
.

Pagi ini Sarang bangun dengan mata sembabnya. Semalaman ia menangis karena kegalauannya. Appa tak mengerti masalah Sarang karena gadis itu tak mau bercerita dan terus menangis. Hoseok sebenarnya tahu, namun ia tak mau memberi tahu Appa tanpa persetujuan adik tirinya. Sarang duduk di tepi kasurnya dengan wajah kacau. Tepat saat ia hendak meraih handuk untuk mandi, Hoseok mengetuk pintu kamar Sarang.

"Seokie-oppa? Ada apa?" Tanya Sarang serak.

"Kau tampak sangat kacau." Timpal Hoseok menyentuh pipi Sarang iba. "Baiknya kau istirahat saja."

"Tidak... aku harus meluruskan semua. Aku harus menepati janjiku--" Suara Sarang tercekat, lehernya ngilu saat ia menyebut kata 'janji'. Kata yang terdengar biasa bagi orang lain, namun memilukan bagi Sarang.

"Janjimu?" Tanya Hoseok menncoba mengingat 'janji' yang semalan Sarang ceritakan pada Hoseok. "Memangnya jal*ng itu minta apa--?"

"Oppa." Sela Sarang dengan nada tinggi. "Jangan sebut Jinnie seperti itu. Bagaimana pun dia sahabatku."

"Kau masih menyebutnya sahabat? Kau terlalu baik atau bodoh sih?" Tanya Hoseok yang tak dihiraukan Sarang.

"Yejin minta apa padamu?" Tanya Hoseok lagi. Sarang terdiam, ia berbalik meraih handuknya.

"Kau akan tahu nanti." Ujar Sarang. "Dan kuharap kau mau membantuku dengan tak menghalangi pilihanku."

"Ok."

xxxxx

Hoseok berjalan di sisi Sarang yang tampak gugup. Sarang meraih baju Hoseok di bagian pinggang, ia meremasnya gemetar. Hoseok menghentikan langkahnya yang secara otomatis membuat Sarang berhenti dan menatapnya. Hoseok meraih tangan Sarang yang berkeringat dingin.

"Sebenarnya apa keputusanmu itu? Kenapa kau segugup ini dan tampak takut?" Tanya Hoseok lembut. Sarang menunduk. Ia menggengam erat tangan Hoseok kemudian melepasnya. Sarang tersenyum dan menatap Hoseok pasti.

"Terima kasih atas dukunganmu padaku selama ini, Seokie-oppa." Ujar Sarang sebelum berlalu meninggalkan Hoseok, ia menuju ke ruangan santai tempat Jimin sudah menunggunya.

Klak.

"Chagi ya~!" Seru Jimin berdiri saat melihat Sarang berdiri di balik pintu ruang santai yang barusan terbuka. "Aku sangat merindukanm--"

"Oppa." Sela Sarang yang masih berdiri di pintu. Jimin agak bingung, ia masih tak bisa membaca raut wajah Sarang. Jimin berjalan mendekat.

"Tolong tetap di tempatmu berpijak." Ujar Sarang membuat Jimin terpaku di tempatnya.

"Chagi...?"

"Kau tahu keadaan Yejin sekarang kan?" Tanya Sarang dengan matanya yang mulai memerah karena menahan air matanya. Jimin melukiskan raut wajah tak suka saat Sarang mengungkit nama 'Yejin'.

"Tidak bisakah kita lupakan jal*ng itu?" Tanya Jimin mengambil satu langkah mendekati Sarang. "Sekarang aku--"

"Diam di sana, Oppa." Sela Sarang lagi. "Dengarkan aku." Ujar Sarang menatap Jimin serius. Matanya mulai berkaca-kaca. Sarang terdiam berusaha menyusun kata-katanya.

"Aku tahu aku orang yang sangat egois, dan aku tahu kau mengenal bagaimana keras kepalanya aku." Sarang manahan kata-katanya lagi, membuat perasaan Jimin menggila. "Aku mau kita putus."

DEGG!!

"SARANG?!" Pekik Jimin mengejutkan Sarang. "Apa maksud kata-katamu barusan?" Tanya Jimin emosi, ia berjalan mendekati Sarang dan menahan bahu Sarang kuat.

CheonSarang Book 2 : MISTAKESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang