ENAM BELAS

162 27 3
                                    

Jimin tersenyum senang saat kembali ke bangku BTS setelah menerima awards. Akhirnya aku bisa memeluknya walau sejenak. Batinnya senang. Ia berusaha menahan rasa senangnya supaya tak ada rumor yang aneh-aneh tentangnya dan Sarang. Member BTS memperhatikan Jimin yang mencoba menutupi pipi merahnya. Mereka tertawa kecil.

"Johnya? (Kau senang?)" Tanya Yoongi memasang ekspresi judging-face nya. Jimin mendongak dan mendapati semua rekannya memperhatikannya dengat tawa terselip.

"Ani... aku cuma... tadi, dapat awards.. bukan- bukan tentang Sarang... aku--"

"Iya... aku membicarakan tentang awards. Kenapa kau malah menyangkut-pautkan Sarang?" Goda Yoongi pada Jimin yang tiba-tiba gagap.

"Aish- Hyung... hentikan. Kenapa kalian selalu usil padaku sih?" Ujar Jimin.

"Nggak koookkk~~ Iih... kepedean." Sindir Namjoon.

"Hyung~~!" Rengek Jimin kesal. Sementara member BTS menggoda Jimin, Jin dan Hoseok hanya tersenyum untuk profesionalitas, namun pikiran mereka melayang jauh. Jin dan Hoseok memikirkan dua orang yang berbeda namun keduanya memiliki kekhawatiran yang sama.

Yejin-a... Batin Jin.

Sarang-a... Batin Hoseok.

Tak ada apapun yang bisa mengubah hati Jimin.

.
.
.

"Ahhh.... aku lelahhhhh..." Keluh Taehyung menyandarkan punggungnya ke kursi mobil. Member yang lain mengekor masuk ke dalam van hitam mereka. "Hyung... kita langsung pulang saja yaaaa..." Rengek Taehyung pada Sejin.

"Aku harus ke kantor dulu, barangku banyak yang tertinggal gara-gara kalian yang terburu-buru tadi..." Omel Sejin. Taehyung mengacak rambutnya kesal.

"Apakah lama, hyung?" Tanya Hoseok yang masuk terakhir.

"Mungkin..." Sahut Sejin menyalakan mobil dan membawanya menyusuri jalanan Seoul yang masih ramai walau malam sudah larut. Setelah satu jam lebih tidur di dalam van, akhirnya member BTS meregangkan tubuh mereka sesaat setelah keluar dari van.

"Ughhh... Hyung aku tidur di lantai dua dulu ya..." Izin Taehyung menyeret langkah menuju gedung agensi.

"Jangan tidur sembarangan. Biasanya masih ada trainee di atas." Omel Sejin lagi yang dibalas anggukan malas Taehyung. "Kalian, ikutlah dengan TaeTae. Nanti ku cari kalian kalau aku sudah selesai." Sambung Sejin mengunci van. Member lainnya mengangguk. Sementara member lain menuju lantai dua, Jimin masih berdiam di tempat parkir, di sebelah van hitamnya. Kapan aku bisa memeluknya lebih lama? Apakah ia makin marah padaku gara-gara itu? Batin Jimin mengusap wajahnya khawatir. Ia berharap dinginnya malam yang menusuk tulang dapat membuatnya lupa akan kegundahannya.

"Yah!!?" Pekik seseorang dari pintu gedung agensi. Jimin menoleh ke sumber suara manis itu. "Kau bodoh ya? Keogi-e chubjanha... (di sana 'kan dingin)." Jimin tersenyum dan berlari ke arah wanita yang berdiri di teras gedung.

"Jiyeon-eonni? Kapan kau datang?" Tanya Jimin dengan senyum manisnya.

"Masuklah dulu... dingin." Ujar Jiyeon menarik Jimin ke dekat lobi. Jiyeon bersandar pada tembok di sebelah kanan lobi dekat ruang karyawan. "Jadi....?" Tanya Jiyeon menyelidik seraya melipat tangannya di dada.

"Jadi...?" Tanya Jimin bingung.

"Aish-- Kau senang?" Tanya Jiyeon kesal.

"Senang? Karena apa?" Tanya Jimin makin bingung. Jiyeon mengatupkan rahangnya kesal.

"Kau memeluknya, kan, tadi??! Kau kenapa sih?"

"Bwasseo? (Kau sudah lihat?)" Tanya Jimin agak terkejut.

CheonSarang Book 2 : MISTAKESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang