Chapter 7 Hati Yang Menghangat

15.8K 1.1K 20
                                    

Sepulangnya dari sekolah, Elora langsung masuk ke dalam kamar. Setelah meregangkan otot-otot kaki dan tangannya sebentar, ia merebahkan dirinya di atas sofa. Seketika Elora teringat akan surat dan cokelat yang diberikan oleh Rafi tadi siang di sekolah. Katanya, sih, itu dari Darrel. Entah itu benar atau tidak. Elora sendiri juga tidak tahu.

Awalnya, Elora agak ragu untuk membuka kotak itu lagi dan membaca isi surat yang belum ia buka sama sekali. Tapi, Elora pikir daripada hatinya diselimuti rasa penasaran terus, lebih baik sekarang ia membuka kotak itu dan membaca isi suratnya.

Ah, sial banget, sih. Elora mengumpat di dalam hati. Kenapa coba dia harus terus-terusan berurusan dengan Darrel? Pokoknya setiap hari itu bagaikan rentetan mimpi buruk bagi Elora.

Teruntuk Elora Kalinda,

Lo pendek, tapi imut
Lo ceroboh, tapi lucu
Lo ketus, tapi itu yang bikin gue suka sama lo
Nah, lewat surat dan cokelat ini
Lo pasti udah tahu, kan, apa maksudnya?

- DW

Elora melongo sesaat setelah membaca isi surat tersebut. Apa-apaan coba Darrel ini? Ini maksudnya dia sedang menyatakan perasaannya atau hanya menyampaikan kesannya terhadap dirinya? Elora geleng-geleng kepala. Dasar cowok aneh. Komentarnya dalam hati. Lewat tulisan saja tidak jelas, apalagi ngomong langsung? Elora bergidik ngeri, berusaha untuk tidak memikirkan tentang hal ini lebih jauh dan menjauhkan pikiran yang aneh-aneh itu dari otaknya. Pokoknya, besok Elora harus meminta penjelasan dari Darrel. Suratnya, sih, memang tidak Elora terima, tapi kalau cokelatnya ia terima. Ya, lumayan. Hitung-hitung buat menyetok camilan. Pikirnya begitu.

***

Pagi ini, Darrel terlihat sedang berjalan sendirian di koridor sekolah dengan tas yang lebih terlihat seperti tas kosong di pundaknya. Dua kancing teratas baju seragamnya tidak ia kancing, rambutnya sudah sedikit melebihi batas yang ditentukan dan terlihat acak-acakkan. Sepatunya berwarna tosca padahal hari ini tidak ada club*. Beberapa murid perempuan yang sedang berlalu-lalang itu menatap Darrel sambil sesekali berdecak kagum, sedangkan Darrel hanya menunjukkan wajah datarnya.

Elora memicingkan matanya saat melihat Darrel tengah berjalan ke arahnya. Padahal ini masih pagi sekali, tapi kenapa baju dan rambutnya terlihat acak-acakkan seperti itu? Mungkin dia ke sekolah naik pompong kali, ya? Elora tidak habis pikir dengan Darrel.

Saat jarak mereka sudah semakin dekat, Elora langsung mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah Darrel. Darrel tampak terkejut melihat kehadiran Elora dan langsung mengedipkan kedua matanya berkali-kali.

"Lo! Gue minta penjelasan atas barang yang lo kasih ke gue kemarin." Napas Elora terdengar tidak beraturan karena dari setengah jam yang lalu dirinya sudah sampai di sekolah, dia sudah berkeliling seperti orang gila hanya untuk mencari sosok Darrel Wijaya yang ternyata datangnya lama sekali.

Darrel sedikit membungkuk, lalu mengacak pelan rambut Elora. "Penjelasan apa?" tanyanya lembut. Bibirnya tersenyum, seolah tidak peduli bahwa saat ini Elora tengah menatapnya dengan kesal.

Elora mendelik dan langsung menjauhkan dirinya dari Darrel. "Buat apa coba lo kasih gue surat yang bikin gue merinding setengah mampus? Tapi... cokelatnya bolehlah, enak."

Satu alis Darrel sontak terangkat. "Surat apa?" tanyanya bingung.

Elora juga tidak kalah bingung saat mendengar Darrel malah bertanya balik. "Lo nggak usah sok-sokan nggak tahu, deh. Kemarin lo titip ke Rafi, kan?"

Good or Bad?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang