Chapter 10 Tidak Suka

12.6K 1K 7
                                    

Pagi ini, Elora memutuskan untuk mencoba ide yang diusulkan oleh Alrez kemarin. Tapi, apa memang bisa berhasil? Apa memang dengan melakukan itu Darrel akan menjauh dan langsung menghilang dari hidup Elora? Tidak ada salahnya, kan, mencoba?

Bel istirahat pertama baru saja berbunyi. Elora tengah duduk sendirian di kursi panjang yang ada di depan kelas. Tadi, Ririn pamit sebentar padanya untuk mengikuti remedial Matematika. Lagi-lagi Elora mendapatkan nilai pas KKM, jadi dia tidak perlu ikut remedial, benar-benar beruntung.

Tak jauh dari kelasnya, Elora dapat melihat Darrel. Kedua mata Elora langsung membulat. Darrel membawa satu kotak makan di tangan kanannya yang Elora yakini isinya adalah pisang goreng keju. Seketika Elora langsung panik dan segera melongokkan kepalanya ke dalam kelas. Kelas tampak kosong, hanya tinggal Karel, si ketua kelas yang sedang duduk di kursi guru.

Elora langsung berbisik-bisik memanggil nama Karel. Karel sempat bingung darimana asal suara itu, ia celingak-celinguk, sampai akhirnya melihat Elora yang tengah menyuruhnya menghampirinya. Karel segera bangkit berdiri dari kursi dan menghampiri Elora dengan tatapan bingung. Sesampainya di ambang pintu, dirinya sedikit membungkuk untuk dapat mendengar jelas apa yang akan Elora ucapkan padanya.

"Bantuin gue plis."

Dahi Karel mengernyit, merasa bingung. "Bantuin apaan?"

Elora melirik Darrel yang sebentar lagi sudah mau sampai di kelasnya. "Buat Darrel cemburu."

Karel sempat terdiam selama dua detik, ia melirik Darrel sebentar, lalu dalam sekejap, dirinya langsung memeluk Elora. Elora terbelalak kaget, tapi ia tetap membalas pelukan Karel dengan perasaan terpaksa.

Melihat itu, Darrel langsung menghentikan langkah kakinya. Hampir saja kotak makan berisi pisang goreng yang berada di tangan kanannya itu jatuh ke lantai. Tanpa melangkahkan kakinya lebih jauh lagi, Darrel langsung berbalik badan dan kembali ke kelasnya.

Selama hampir satu menit mereka masih bertahan dalam posisi seperti itu, sampai akhirnya Elora mulai menepuk-nepuk pundak Karel.

"Udah, Rel, gue nggak bisa napas." Sontak Karel melepaskan pelukannya terhadap Elora. Ia menggaruk tengkuknya, merasa canggung.

"Maksud gue tuh lo pura-pura buat gue ketawa, atau kita bercanda bareng gitu. Bukannya lo harus peluk gue."

Karel tertawa kecil. "Gue nggak ada waktu buat pikir panjang tadi, jadi cara yang paling cepat, ya... itu tadi."

Elora menganggukkan kepalanya dua kali. "Oke, tapi thanks, ya, udah bantuin gue tadi."

Karel mengangguk, kemudian ia langsung duduk di samping Elora dan menghadap ke samping. "Emangnya kenapa lo harus buat dia cemburu?" tanyanya penasaran.

Mendadak Elora menjadi gugup. "Ya... nggak papa, sih," jawabnya berbohong.

"Beneran?" tanya Karel memastikan.

"Iya. Omong-omong, karena kali ini lo udah bantuin gue, next time kalau lo butuh bantuan apa, lo bilang aja ke gue, gue bakal bantu sebisa gue," ucap Elora sembari tersenyum.

"Sip." Karel mengangguk sekali seraya mengacungkan jempolnya.

***

Good or Bad?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang