Selama perjalanan pulang, Elora terus menghadap ke jendela dan diam saja. Sesekali Darrel melirik Elora selagi tangan kirinya menggenggam tangan perempuan itu, memastikan bahwa perempuan di sampingnya itu baik-baik saja.
Sesampainya di rumah Darrel, lelaki itu segera memapah Elora menuju ruang tamu, menyuruhnya untuk duduk di sofa yang ada.
"Lo duduk di sini, ya. Gue buatin hot chocolate dulu," ucap Darrel sembari melangkahkan kakinya menuju ke dapur dan langsung mengambil gelas dan satu sachet minuman cokelat dari dalam laci.
Elora hanya mengangguk pelan.
Setelah selama tiga menit berada di dapur, Darrel kembali ke ruang tamu dengan membawa satu gelas berisi hot chocolate di tangan kanannya. Sambil duduk di samping Elora, ia menyodorkan gelas itu ke hadapan Elora.
"Nih, diminum dulu gih," ucap Darrel lembut.
Elora melirik gelas di hadapannya, kemudian beralih menatap Darrel sembari melemparkan senyum tipis. "Thanks."
"Lo masih oke, kan?" tanya Darrel hati-hati.
Elora berhenti meneguk minumannya, lalu menoleh ke kiri seraya mengangguk lemah. "Gue cuma syok aja tadi," balasnya.
"Sini," pinta Darrel sembari merentangkan tangan kanannya, menyuruh Elora untuk mendekat padanya dan menyandarkan kepalanya ke bahunya.
Lantas Elora mengangguk dan langsung mendekat pada Darrel, menaruh kepalanya di bahu lelaki itu. Tangan kanan Darrel langsung bergerak untuk mengusap kepala dan bahu Elora secara bergantian.
"Lain kali kalau pergi ke mana-mana, ajak gue," ucap Darrel tiba-tiba.
Elora mendongak dengan satu alis yang terangkat. "Nggak usah, gue nggak papa, Rel," sanggah Elora.
Darrel menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Biasa cewek kalau bilang nggak papa itu berarti ada apa-apa."
"Rel—"
Darrel sontak mengangkat tangan kanannya, tindakannya itu membuat Elora langsung terdiam. "Gue yakin kejadian hari ini itu bukan suatu kebetulan. Lagian, kenapa dalang di balik semua ini bisa tahu kalau hari ini lo bakal ke gedung tua? Udah pasti orangnya ada di dekat kita," jelas Darrel dengan tegas.
"Tapi, siapa?" tanya Elora bingung.
"Gue rasa ini ulah Clara," jawab Darrel spontan, tanpa ragu-ragu.
"Tapi, kita nggak ada buktinya, Rel. Kita nggak bisa main asal nuduh dia gitu aja," bantah Elora.
Darrel terdiam sejenak sebelum membalas ucapan Elora. "Gue bakal cari waktu buat ngomong sama dia. Tapi, sejujurnya akhir-akhir ini gue udah jarang lihat dia di sekolah, sih. Nggak tahu dia izin atau udah berhenti sekolah."
Elora tidak membalas ucapan Darrel barusan, pikirannya malah tertuju pada omongan Darrel tadi. Apa benar dalang di balik semua ini adalah Clara? Elora benar-benar tidak habis pikir, mengapa Clara bisa sampai melakukan tindakan melewati batas seperti itu.
***
Elora bingung saat ketiga teman kelompoknya tiba-tiba bilang kepada Bu Nindy, guru yang memberikan mereka projek film hantu itu bahwa mereka bertiga tidak mau berkelompok dengan Elora lagi. Kabar itu tentu saja membuatnya kaget sekaligus heran. Kenapa mereka tiba-tiba seperti itu? Apa Elora ada berbuat salah pada mereka? Tapi, sepertinya tidak ada.
Seseorang di balik jendela kelas itu tengah tersenyum penuh kemenangan. Ketika rencananya yang satu gagal, dia sudah mempersiapkan rencana kedua matang-matang. Ya, semoga saja ini bisa berjalan dengan lancar.
Flashback on.
Clara kesal setengah mati saat tahu dari orang suruhannya itu bahwa Elora diselamatkan oleh Darrel. Rencana pertamanya gagal, tetapi itu tidak membuatnya gentar untuk melaksanakan rencana keduanya. Rencana keduanya itu adalah dengan menggagalkan syuting projek film hantu mereka. Dengan cara apa? Clara akan mengadu domba mereka dengan Elora.
Saat ini Clara tengah berada di sebuah kafe, menunggu ketiga orang itu datang. Saat semuanya sudah berkumpul, barulah Clara mulai angkat bicara.
"Kalian tahu nggak, sih, kalau selama ini tuh Elora merasa terbebani sekelompok sama kalian. Bukannya gue mau jelek-jelekin dia atau apa, ya. Tapi, dia bilang sesuatu ke gue yang menurut gue harus gue ceritain ke kalian. Gue merasa nggak enak aja kalau rahasiain ini dari kalian," ucap Clara panjang lebar.
"Emangnya dia bilang apa?" tanya Tere, perempuan yang rambutnya dikucir satu itu.
"Mereka semua itu nggak kerja, semua gue yang cari. Lokasi, baju, perlengkapan. Lihat aja nanti, gue bilangin ke Bu Nindy kalau semua itu gue yang kerjain. Dia bilang kayak gitu." Clara seolah-olah meniru nada bicara Elora, ditambah dengan raut wajahnya yang dibuat seolah-olah kesal.
"Seriusan? Gue nggak nyangka dia orangnya kayak gitu." Respons seorang lelaki berkacamata itu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Gue juga. Setahu gue, dia itu orangnya baik. Tapi, ternyata dia bisa juga ngomongin orang dari belakang. Jadi nyesal gue sekelompok sama dia," sahut seorang perempuan sambil mendengus sebal.
Clara menyeringai lebar. Tetapi, satu yang Clara tidak tahu. Bahwa diantara mereka bertiga, ada satu orang yang tidak mempercayai perkataannya.
Flashback off.
13 November 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Good or Bad?
Teen Fiction#16 In Teen Fiction (31 Desember 2016) Awal Elora mulai dekat dengan Darrel itu di saat Darrel datang dan tiba-tiba mengaku bahwa Elora itu pacarnya. Elora kaget setengah mati. Bagaimana bisa dia tidak kaget? Sedangkan dia sendiri sudah mempunyai pa...