Chapter 24 Kembali

11K 871 17
                                    

Bandara Ngurah Rai, Bali.

Elora menyampirkan tasnya, sedikit membungkuk untuk mengikat tali sepatunya yang lepas. Elora menghadap ke samping kanan sambil mengembangkan senyum dan mengambil kopernya dari tangan lelaki yang ada di sampingnya itu.

"Safe flight, Ra, bakalan kangen banget sama lo," ucap Rafa, kedua tangannya terjulur untuk memeluk erat tubuh mungil Elora.

Elora membalas pelukan Rafa sembari tersenyum tipis. "Gue juga, bakalan kangen kekocakan lo," balas Elora, tak lupa diiringi oleh kekehan kecil.

"Semoga kita bisa cepat ketemu lagi," ucap Rafa, tidak lupa dengan senyum khasnya.

Keduanya berpisah diantara lautan manusia yang ada di bandara dan saling melambaikan tangan masing-masing.

***

Di lain tempat dan beberapa jam setelah Elora naik ke dalam pesawat, seorang lelaki secepat mungkin menyambar kunci mobil yang ada di atas meja dan buru-buru keluar rumah. Barusan, dia mendapat kabar dari Ririn kalau sebentar lagi pesawat yang Elora tumpangi akan segera mendarat. Dan secepat itulah Darrel langsung meninggalkan meja makan, menyisir rambutnya dengan sisir sekilas, lalu beranjak pergi.

Setelah hampir satu jam menyetir, pada akhirnya Darrel sudah sampai di bandara yang ramai dan dipenuhi oleh orang-orang yang berlalu-lalang. Untuk sesaat, jantungnya serasa berhenti berdegup kala melihat Elora. Saat ini, perempuan itu sedang menatap ke arahnya. Dua bola mata cokelat itu menatap Darrel dengan datar. Kedua bola mata Elora memancarkan sorot kesenangan dan juga kekecewaan dalam waktu yang bersamaan. Tangan perempuan itu terlihat agak gemetaran, wajahnya dia kontrol sebisa mungkin supaya Darrel tidak menyadari kegugupan yang ada dalam dirinya.

Dengan perlahan, Darrel mulai berjalan menghampiri Elora. Setelah dirinya sampai di depan perempuan itu, Darrel sedikit menunduk, menatap Elora lamat-lamat seolah-olah mereka sudah beberapa tahun tidak bertemu. "Gue kangen sama lo," ucapnya spontan seraya menarik perempuan itu ke dalam dekapannya.

Elora terperanjat, kedua matanya memelotot kaget. Ia tidak membalas pelukan Darrel, malah semakin mengeratkan genggamannya terhadap kopernya.

Setelah itu, Darrel melepaskan pelukannya terhadap Elora dan kembali menatap perempuan di hadapannya itu lekat-lekat. "Makasih udah balik, gue senang," lanjutnya.

Elora terdiam sebentar, kemudian mendongak sembari bertanya. "Kok lo tahu gue pulang hari ini?"

Darrel tersenyum jahil. "Apa coba yang gue nggak tahu?" kekeh Darrel yang membuat Elora berdecak sebal.

Sadar akan sesuatu, Elora lantas menepuk jidatnya dan menggerutu kesal. "Ih Ririn mah, bocor."

"Jangan salahin dia, dia lakuin itu juga supaya hubungan kita membaik. Oh ya, gue mau dengar penjelasan dari lo, kenapa lo pergi gitu aja," celoteh Darrel.

"Gue cuma mau nenangin pikiran gue," jawab Elora dengan jujur.

Darrel manggut-manggut, saat ini dia akan jujur tentang sesuatu pada Elora. "Lo masih ingat nggak waktu kita ke restoran yang ada di dekat rumah lo? Waktu itu gue mau bilang sesuatu sama lo, tapi nggak jadi karena ada SMS yang masuk?" tanya Darrel.

Elora mengangguk sebagai jawaban.

Darrel menggaruk tengkuknya yang padahal tidak gatal. "Itu sebenarnya gue mau nyatain perasaan gue ke lo, tapi karena SMS dari Clara itu bikin pikiran gue jadi kacau, hati gue jadi nggak tenang, makanya gue batalin niat gue. Gue takut Clara balik dengan motif tertentu dan sekarang udah terbukti. Gue minta maaf karena gue nggak tahu dari awal rencana Clara. Gue nggak peka waktu lihat lo basah kuyup padahal hujan nggak masuk sampai ke dalam sekolah. Gue sadar kalau lo sakit hati waktu lihat gue sama Clara berduaan. Tapi, itu karena dia ancam gue dan bilang kalau dia bakalan loncat dari gedung kalau gue cuekkin dia terus. Gue benar-benar nggak ada pilihan. Gue juga takut, Ra. Gue takut dia malah apa-apain lo."

Good or Bad?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang