Buru-buru Darrel mematikan TV dan pergi ke tempat yang telah Clara beritahu lewat SMS tadi. Darrel beramsumsi bahwa pesan yang Clara kirimkan itu menunjukkan ada hal buruk yang
akan terjadi. Maka dari itu Darrel harus cepat-cepat mengambil tindakan sebelum semuanya terlambat.Kini, Darrel sudah sampai di sebuah gedung tua yang sudah lama tidak dipakai. Dia segera pergi ke rooftop. Di sana sudah ada Clara yang sedang berdiri di atas kursi.
"Gue pikir lo nggak bakal datang, Rel," lirih Clara.
"Lo tenang dulu, jangan gerak. Kita bisa omongin semuanya baik-baik." Darrel berusaha untuk menenangkan Clara walau dirinya juga sedang gelisah. Darrel takut Clara tidak bisa berpikir dengan jernih dan langsung loncat dari atas gedung ini.
Clara menggeleng pelan. "Udah terlambat, Rel. Percuma kita omongin hal ini baik-baik, karena lo juga nggak akan balik ke gue lagi. Hidup tanpa lo itu rasanya nggak ada arti."
Darrel bergeming, tidak tahu harus merespons apa lagi.
"Lo harus janji sama gue, jangan pernah tinggalin gue lagi, ya. Lo nggak boleh cuek dan ketus sama gue lagi," ucap Clara yang lebih menyerupai ancaman.
Darrel masih diam dan Clara pun semakin menggertaknya. "Jawab, Rel!" sentaknya sambil pura-pura akan jatuh.
Kontan saja Darrel mengangguk mengiyakan. "I-iya iya, oke." Kalimat itu meluncur dengan sendirinya dari mulut Darrel. Mau menarik kata-katanya pun sudah tidak bisa lagi.
Clara tersenyum tipis dan segera turun dari kursi. Akhirnya Darrel mengiyakan perkataannya. Itu berarti dirinya tidak sia-sia karena sudah melakukan akting ini. Darrel sudah benar-benar masuk ke dalam sandiwaranya. Sekarang, Clara tinggal mengurus Elora. Dan setelah itu, tidak ada lagi orang yang bisa mengganggu hubungan mereka.
Seketika Darrel sadar saat dia mengiyakan perkataan Clara tadi, hal buruk benar-benar akan terjadi.
***
"Eh, ternyata Rafi orangnya kocak, ya. Masa kemarin gue dengar dari anak-anak kelas sebelah, dia jahilin Pak Bambang lagi." Elora bercerita sambil tertawa.
Saat ini, dua remaja ini tengah berjalan menyusuri lapangan sekolah yang luas ini. Yang perempuan memeluk beberapa buku di kedua tangannya, sedangkan yang lelaki memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana abu-abunya.
"Rafi mah emang selalu gitu," sahut Darrel yang menurut Elora itu adalah kalimat tercuek yang pernah Darrel katakan padanya di saat dirinya sedang bercerita.
"Darrel!" teriak seorang perempuan, yang dipanggil pun segera menoleh dan matanya langsung memelotot kaget.
Clara, perempuan itu langsung menggandeng lengan Darrel dan tersenyum lebar. Seolah tidak tahu dan tidak sadar bahwa dia baru saja mengganggu dua orang yang sedang mengobrol itu. Kemudian Clara menatap Elora dengan sinis. Ada perasaan tidak suka saat Clara melihat Darrel dekat dengan Elora. Apalagi ketika melihat mereka jalan berdua seperti tadi, sudah seperti dua orang yang sedang berpacaran saja.
Mendadak Elora merasa udara di sekitarnya menjadi panas. Dia tidak betah melihat tingkah Clara yang saat ini terlihat sangat manja dengan Darrel. Elora beralih menatap Darrel. Lelaki itu hanya diam. Darrel tidak bisa berkutik karena dirinya sudah telanjur bilang kalau dia tidak akan cuekkin Clara lagi. Darrel tahu persis sifat Clara, kalau sedikit saja Darrel tidak berbuat sesuai dengan kemauannya atau tidak suka dengan tingkah perempuan itu, Clara pasti akan langsung mengancamnya lagi. Nggak lucu kalau nanti Darrel masuk berita menjadi penyebab kematian seorang siswi yang loncat dari gedung. Darrel hanya mau semuanya berjalan baik-baik saja. Tapi, tingkah Clara malah semakin menjadi-jadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good or Bad?
Teen Fiction#16 In Teen Fiction (31 Desember 2016) Awal Elora mulai dekat dengan Darrel itu di saat Darrel datang dan tiba-tiba mengaku bahwa Elora itu pacarnya. Elora kaget setengah mati. Bagaimana bisa dia tidak kaget? Sedangkan dia sendiri sudah mempunyai pa...