Chapter 19 Tawaran Kerja Sama

3.4K 283 2
                                    

Ini part baru, ya. Happy readinggg! 🥰

Suasana canggung menyelimuti kedua remaja di siang hari ini. Yang perempuan dari tadi tidak berhenti memainkan jari-jari tangannya, sedangkan yang lelaki sibuk berjalan mondar-mandir dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Rasa penasaran dan gelisah kerap menghantui Elora sejak lima menit yang lalu, sejak Ali memberitahunya untuk ke halaman belakang sekolah, entah untuk membicarakan apa. Lelaki itu tidak memberi tahunya apa maksud dirinya mengajak Elora ketemuan di sini, dari tadi mereka hanya seperti ini, saling diam.

"Ehm, Ra?" panggil Ali pelan, suaranya terdengar lebih serak dari biasanya.

Elora mendongak. "Hm?"

Setelah direspons seperti itu, bukannya kembali berbicara, Ali malah menggaruk tengkuknya.

Dahi Elora mengernyit bingung, sejak kapan Ali jadi suka mengulur-ngulur waktu seperti ini? Sejujurnya, beberapa bulan yang lalu mereka putus itu, mereka sudah tidak kontakan lagi. Mereka masih memiliki kontak masing-masing, hanya saja kontak itu hanya nganggur dan didiamkan.

"Lo... mau nggak kita balikan?" tanya Ali hati-hati.

Mendengar pertanyaan Ali, untuk sesaat rasanya jantung Elora berhenti berdetak. Apa dia tidak salah dengar? Waktu itu Ali sendiri yang meminta putus dan sekarang dia juga yang meminta balikan. Apa dia pikir hubungan itu bisa dibuat main-main seperti ini? Dan apa dia pikir dengan seperti ini, Elora bakal mau balikan dengannya lagi?

Elora masih terlihat berusaha mengatur napasnya yang berat. Kemudian dia bangkit berdiri lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Waktu itu lo putusin gue seenaknya dan sekarang dengan gampangnya lo ajak gue balikan. Lo pikir gue bisa dimainin kayak gitu? Lagian, dulu lo juga nggak serius, kan, pacaran sama gue. Terus, bukannya sekarang lo lagi pacaran Shinta? Kenapa bisa-bisanya lo ngajak gue balikan? Lo nggak pikir gimana perasaan dia nanti kalau tahu lo ngajak gue balikan?" Elora tampak kesal, satu alisnya terangkat selagi dirinya menunggu jawaban dari Ali.

Mendadak raut wajah Ali berubah menjadi lesu. "Gue tahu waktu itu gue terlalu baperan dan nggak pikir matang soal hubungan kita. Dulu gue juga salah karena nggak menganggap serius hubungan kita. Tapi, gue udah sadar sekarang. Gue minta maaf, Ra. Soal hubungan gue sama Shinta, kita udah putus. Dia... nggak sebaik yang gue kira. Dia nggak tulus sama gue." Ali masih berusaha tenang walau dia tahu kata-kata Elora barusan itu sudah terlihat jelas bahwa perempuan itu menolaknya.

"Oke. Bagus deh kalau lo udah sadar, dan gue juga bukan tipe orang yang pendendam. Gue udah maafin lo kok, dari jauh-jauh hari sebelum lo minta maaf." Kali ini, suara Elora terdengar lebih santai dan pelan dari sebelumnya.

Tanpa diduga, Ali langsung memegang tangan Elora dan menatap manik mata perempuan itu. "Jadi, lo mau balikan sama gue?" Kedua mata Ali berbinar.

Sontak Elora sedikit menjauh dan dengan perlahan melepaskan tangannya dari genggaman Ali. "Sori, Li, tapi gue udah telanjur sakit hati. Lo nggak tahu, kan, gimana perasaan gue waktu lo putusin gue secara tiba-tiba. Lo nggak pernah tahu dan nggak bakalan tahu. Ibaratnya gini deh, lo udah pecahin kaca, terus lo mau perbaiki lagi. Kalau emang kacanya bisa balik ke semula, tapi tetap masih ada bekas pecahan kacanya, kan? Sama artinya dengan hati, rasa sakit itu masih membekas di hati gue. Seberapa besar usaha yang gue lakuin supaya rasa sakit itu hilang, nyatanya nggak bisa. Dia masih terus ada. Nggak segampang itu perbaiki suatu hubungan yang udah retak walaupun di mulut kita udah bilang kata maaf."

Ali melengos, kemudian Elora langsung melangkah pergi dan meninggalkan Ali sendirian. Ali menghela napas berat seiring dirinya menatap punggung Elora yang semakin lama semakin menjauh, sampai akhirnya menghilang dari pandangannya.

Untuk yang pertama kalinya, Ali merasa sangat kehilangan. Dia merasa bodoh karena pernah melepaskan dan menyia-nyiakan Elora begitu saja. Tapi, apa yang sudah terjadi tidak bisa diulang kembali. Dan mau tidak mau, Ali harus menerima keadaan sekarang ini dan dia harus mulai terbiasa. Karena hati yang sudah dilukai itu tidak akan pernah sama lagi.

Di lain tempat yang tidak jauh dari tempat Ali berdiri, seseorang dibalik pilar itu tengah mengangkat satu alisnya dan tersenyum miring. Dia bersedekap, memperhatikan setiap gerak-gerik yang Ali lakukan. Sepertinya dia harus mengajak Ali bekerja sama. Setelah itu, kedua kakinya melangkah maju menuju ke tempat di mana Ali berdiri saat ini.

"Eh, halo? Al siapa namanya? Kenalin, gue Clara," ucap perempuan yang rambutnya digerai itu dengan senyum miring khasnya, tangannya terjulur untuk menyalami Ali.

Ali menoleh dengan satu alis yang terangkat, merasa bingung dengan perempuan yang tiba-tiba muncul dan memperkenalkan dirinya sendiri ini. Tetapi, dia tetap membalas uluran tangan Clara. "Ali," jawabnya singkat.

"Oke, gue nggak mau basa-basi, intinya lo mau nggak kerja sama sama gue?" tanya Clara langsung to the point.

Kedua alis Ali bertaut heran. "Kerja sama apaan? Dan kenapa harus sama gue?"

"Karena tujuan kita sama. Lo mau balikan sama Elora, kan? Dan gue mau sama Darrel. Jadi dengan kita lakuin kerja sama ini, lo bisa sama Elora dan gue bisa sama Darrel. Nggak ada yang akan ganggu kita lagi. Tenang aja, kita sama-sama untung di sini," jelas Clara, berusaha meyakinkan Ali dengan kata-katanya.

"Tapi, lo siapanya Darrel?"

"Gue mantannya," jawab Clara spontan.

"Hmm... kedengarannya oke. Jadi, apa rencananya?" tanya Ali kemudian.

Saat itu juga, Clara langsung membisikkan rencananya itu ke telinga Ali. Mereka berdua sama-sama mengulas senyum tipis sebelum akhirnya Ali mengangguk setuju.

A/N: Yeaaa, it's been two weeks since I unpublish some part of this story. Apa kabar kalian semuaaa? Jadi, mulai dari part 19-21 itu part baru. Nah, dari sini jalan ceritanya agak diubah sedikit dan nanti ada konflik yang aku hapus juga. Semoga kalian sukaaa! 💓

Good or Bad?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang