Darrel melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah masih sama seperti biasanya, sepi. Darrel menghela napas panjang, lalu mengembuskan napasnya dengan kasar.
Sampai akhirnya suara lembut dari Leyla memasuki indra pendengarannya. Kedua matanya langsung berbinar. Ternyata mamanya ada di rumah. Tumben sekali. Pikirnya begitu. Sejujurnya, Darrel merasa agak heran karena akhir-akhir ini mamanya itu lebih sering ada di rumah. Tapi, di samping semua itu, dirinya merasa sangat senang karena bisa lebih sering melihat mamanya dan menghabiskan waktu lebih lama dengannya.
"Darrel, sini sebentar, Nak," panggil Leyla setelah mendengar pintu terbuka dan derap langkah kaki Darrel.
"Iya, Ma," sahut Darrel dengan suara yang agak besar. Ia takut mamanya tidak mendengarnya karena perempuan itu sedang duduk di halaman belakang.
Leyla tersenyum hangat kala melihat kehadiran Darrel. Ia bangkit berdiri dari kursi, tangan kanannya terjulur untuk mengusap punggung Darrel, kemudian ia mengecup pipi anaknya itu sekilas.
Kalau di sekolah Darrel terkenal dengan wajah sangar dan sikap semena-menanya, maka di rumah adalah kebalikannya. Saat di rumah, Darrel bersikap sangat lembut. Seolah-olah sikap buruknya yang di sekolah itu tidak pernah ada.
"Tadi Mama bikin brownies, ada di dapur tuh. Nanti habis mandi, dimakan, ya?" Leyla berucap dengan senyum lebar yang terukir di wajahnya.
Darrel mengangguk dua kali. "Iya, Ma. Makasih, ya."
Namun, tiba-tiba saja Leyla menjentikkan jarinya. Ia berjalan melewati Darrel sambil mengibaskan tangannya, menyuruh Darrel untuk mengikutinya ke dapur.
Tangan kanan Leyla menunjuk lima box makanan yang ada di atas meja makan. Kedua alis Darrel sontak bertaut, merasa bingung dengan adanya makanan-makanan tersebut di rumahnya.
"Ini tadi papa datang bawa lima box spaghetti aglio olio. Terus di atasnya ada surat cintanya tuh," ucap Leyla sembari terkekeh pelan.
Darrel menaikkan satu alisnya, melirik secarik kertas yang tertempel di salah satu box spaghetti itu. Karena penasaran, ia langsung mengambil kertas itu dan membaca isi pesannya.
Untuk anak papa, Darrel Wijaya.
Maafin papa, ya, Nak, karena lupa kalau kamu alergi udang.
Sebenarnya, papa nggak pernah lupa kok.
Mana mungkin, sih, papa lupain makanan apa yang nggak bisa dimakan anak papa? (;
Ini ada spaghetti aglio olio kesukaan kamu, papa udah request tanpa udang.
Dimakan, ya? (:Love,
PapaEntah kenapa, setelah membaca pesan singkat dari papanya itu, membuat hati Darrel benar-benar menghangat. Ia sangat tersentuh dengan pesan yang diberikan oleh papanya itu. Rasanya ia ingin menangis. Sudah lama sekali ia tidak merasakan perasaan seperti ini. Sedih sekaligus senang.
Melihat raut wajah Darrel yang terlihat sangat tersentuh itu membuat tangan Leyla langsung bergerak mengusap punggung anaknya itu.
Kemudian Darrel menoleh pada Leyla dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca. "Ini beneran papa sendiri yang anterin ke sini?" tanyanya memastikan.
Leyla mengangguk mengiyakan.
Tanpa disadari, Darrel langsung tersenyum lebar. Senyum itu, senyum yang sudah lama tidak Leyla lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good or Bad?
Teen Fiction#16 In Teen Fiction (31 Desember 2016) Awal Elora mulai dekat dengan Darrel itu di saat Darrel datang dan tiba-tiba mengaku bahwa Elora itu pacarnya. Elora kaget setengah mati. Bagaimana bisa dia tidak kaget? Sedangkan dia sendiri sudah mempunyai pa...