"Gue nggak mau ikut kerja sama ini lagi."
Perkataan Ali barusan sukses membuat kedua mata Clara memelotot kaget. Untuk sesaat, jantungnya serasa berhenti berdegup. Ini terlalu tiba-tiba menurutnya.
"Lo nggak bisa seenaknya batalin gini dong. Kita, kan, udah deal mau lakuin kerja sama ini bareng-bareng. Lagian, kita juga sama-sama untung, kan?" Clara tampak tidak terima, kini kedua tangannya terkepal erat.
"Gue udah nggak mau. Gue udah sadar dan gue tahu yang gue lakuin sekarang itu salah dan nggak benar. Lebih baik gue mundur sekarang daripada buat kesalahan yang lebih banyak lagi. Dan gue harap, lo juga mau berubah dan pikir lebih panjang akibat apa yang bakalan lo dapat kalau lo masih terus mau lanjutin rencana ini." Ali langsung pergi begitu saja setelah membatalkan kerja sama ini.
Oke, jika ini hasil yang ia dapatkan, maka Clara akan berjuang sendiri. Sebenarnya, Clara benar-benar sakit hati selama dua tahun ini pisah dengan Darrel, bahkan dia sempat dalam keadaan yang sangat terpuruk. Dan di saat dirinya balik lagi ke Jakarta, ia tidak terima melihat Darrel sudah melupakannya begitu saja. Rasanya seperti tidak adil saja. Dia juga butuh kebahagiaan dan hanya Darrel yang bisa memberinya kebahagiaan tersebut.
***
Elora melirik ke kanan ke kiri dengan was-was. Beberapa hari ini, dia selalu merasa diikuti oleh seseorang. Apalagi, waktu malam di mana dirinya pergi ke supermarket, tiba-tiba saja dari belakang ada satu orang lelaki bermasker yang seperti sedang membawa benda tajam di tangan kanannya. Saat itu Elora langsung panik, dia tidak tahu harus berbuat apa. Mau berlari, tapi kedua kakinya terasa lemas.
Untung saja waktu itu saat dirinya sedang berada di supermarket, Darrel menanyakan keberadaannya, sehingga pada akhirnya Darrel datang menjemput Elora dan ia berhasil membuat lelaki itu pergi secepat kilat.
Belum lama ini juga ada satu mobil dengan kaca yang gelap itu seperti ingin menabrak Elora. Elora tidak mengerti apa maksud dari semua ini dan siapa pelakunya. Tapi tunggu, jangan bilang kalau Claralah dalang di balik semua ini? Tapi, masa iya?
Saat ini, Elora tengah berjalan sendirian di jalanan yang cukup luas. Barusan, Darrel bilang kalau dia tidak bisa mengantar Elora pulang ke rumah karena ada latihan basket. Ya, Elora memakluminya karena sebentar lagi akan diadakan lomba basket antar sekolah. Darrel yang berstatus sebagai kapten basket itu tentu harus lebih giat latihan.
Saat Elora sedang sibuk dengan pemikirannya akan Darrel, tiba-tiba saja ia merasakan tubuhnya didorong ke samping. Jantungnya nyaris copot, ia menoleh ke samping, hendak memarahi siapa pun orang yang barusan mendorongnya. Rafa. Ternyata orang yang mendorongnya barusan itu adalah Rafa. Elora kaget bukan kepalang, karena ternyata Rafa benar-benar datang mengunjunginya.
Sebelumnya, Rafa memang pernah menanyakan alamat rumah Elora. Elora sempat bingung sekaligus curiga mengapa Rafa tiba-tiba menanyakan hal tersebut. Saat ditanya mau ngapain, Rafa hanya bilang mau mengirim barang ke rumahnya. Tetapi, saat itu Elora berpikiran lain. Mungkin saja Rafa ingin datang memberinya kejutan atau semacamnya, dan ternyata dugaannya benar.
"Lo gila apa nggak waras, sih?" tanya Rafa senewen. "Lo hampir ketabrak mobil, tahu nggak? Mobil beneran, bukan mobil mainan!" serunya menggebu-gebu.
Elora mencebikkan bibirnya. "Iya, tahu. Jantung gue juga nyaris copot gara-gara lo," balas Elora sarkastis.
Rafa geleng-geleng kepala seraya memegang bahu Elora dan menatapnya dalam. "Lo lagi ada masalah? Tadi waktu gue turun dari taksi, gue lihat lo jalannya kayak orang linglung gitu. Kenapa, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Good or Bad?
Teen Fiction#16 In Teen Fiction (31 Desember 2016) Awal Elora mulai dekat dengan Darrel itu di saat Darrel datang dan tiba-tiba mengaku bahwa Elora itu pacarnya. Elora kaget setengah mati. Bagaimana bisa dia tidak kaget? Sedangkan dia sendiri sudah mempunyai pa...