10.00 kampus
"Je, tugas jurnalistik udah lo kerjain?" tanya Mimi sambil mengunyah batagornya.
"Anjir, gue lupa Mi" Jeje baru ingat bahwa dia belum mengerjakan tugas jurnalistik yang seharusnya dikumpulkan besok di jam pertama.
"Sana gih bikin" ucap Mimi cuek sambil menyuapi Reno.
"Tapi gue belum dapet foto buat artikelnya Mi, gimana donk? Mana kamera gue juga dirumah rusak" Jeje terlihat bingung sambil terus menggigit kuku jarinya.
"Ya trus gimana? Oya yank pinjemin kamera kamu ke Jeje gih" usul Mimi.
"Ga, orang mau aku pake kok" Reno langsung memeluk erat tasnya yg berisi kamera takut takut Jeje mengambilnya.
"Pelit lo sama temen sendiri" Jeje merasa sebal dan terlihat semakin panik.
Mimi juga terlihat bingung dan ikut berfikir, sedangkan Reno hanya cuek tidak peduli dan memilih untuk menghabiskan batagor milik Mimi.
"Oya minta tolong Tama aja!" Mimi mendapat ide. Reno menoleh ke arah Mimi dengan mulut penuh batagor.
"Tama temen Reno?" tanya Jeje.
"Iya, dia fotografer kan?" Reno dan Jeje mengangguk kompak.
"Yauda minta tolong dia aja, yank kamu telpon Tama gih suruh ke sini" Reno langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tama. Jeje terlihat nampak lebih sedikit tenang.
••••
14.00 festival kuliner
Dan disinilah sekarang Tama dan Jeje akan mengambil gambar untuk tugas jurnalistiknya. Tama dan Jeje langsung berkeliling ke berbagai stand makanan, Tama memotret berbagai macam stand dan juga produk makanannya sedangkan Jeje malah sibuk membeli berbagai macam makanan.
"Je, lo kalap gitu" ucap Tama terkikik melihat Jeje membawa berbagai macam kantong makanan dari berbagai stand makanan.
"Hehe, soalnya keliatan menggoda sih" jawab Jeje lalu berjalan melewati Tama lalu duduk di gazebo yang disediakan oleh penyelenggara.
Tama mengikuti Jeje lalu duduk di depan Jeje yang sudah menikmati kue cubit. Jeje lalu menyodorkan berbagai macam makanan kepada Tama, Tama lalu ikut menikmati makanan yang dibeli Jeje tadi.
"Ga takut gendut Je makan segini banyaknya?" tanyanya kepada Jeje yang sudah menghabiskan kue cubitnya dan mulai menikmati cupcakenya.
"Takut sih, cuman gpp lah sekali-kali" jawab Jeje setelah menelan cupcake nya. Tama tersenyum geli, lalu jarinya mengusap bibir Jeje yang belepotan krim cupcake. Jeje tampak tercengang melihat perlakuan Tama.
"Maaf tadi ada krim soalnya" ucap Tama gugup setelah menjauhkan tangannya dari wajah Jeje.
"Oh, thanks" Jeje juga menjadi salting sama seperti Tama.
"Oya! Lo mau lihat foto-fotonya ga ?" Tama berusaha untuk mencairkan suasana yang canggung diantara mereka.
"Ohya boleh-boleh mana?" Tama lalu memperlihatkan kameranya kepada Jeje.
Kemudian Jeje dan Tama terlibat percakapan seru dan kecanggungan tadi dengan sudah menghilang digantikan dengan obrolan seru.
••••
21.00 kamar Jeje
Jeje melihat ponselnya dan membaca 1 pesan dari Jevin.
From : Jevin ❤
Sampai jumpa di mimpi sayank, I love you :*
Jeje tersenyum membaca pesan Jevin, lelakinya itu masih sama seperti dulu, selalu membuatnya jatuh cinta berkali-kali.
Setelah membalas pesan Jevin, kini Jeje masuk ke dalam selimutnya dan memeluk boneka kesayangannya.
Baru sebentar memejamkan mata, ponsel Jeje berbunyi, ada 1 pesan masuk dari nomer tidak dikenal.
From : 081279xxxxx
Selamat beristirahat Jeje 😊
Tama.
Jeje hanya membaca pesan tersebut tanpa ada niatan untuk membalasnya lalu melanjutkan tidurnya untuk bermimpi bertemu kekasihnya yang tampan.
••••
10.00 kampus
Jeje baru saja keluar dari ruangan dosen untuk mengumpulkan tugasnya. Saat berbalik setelah menutup pintu Jeje bertabrakkan dengan lelaki bertubuh tinggi yang sedang berjalan.
"Maaf" ucap Jeje.
"Loh Jeje?"
Jeje mengangkat wajahnya melihat Tama berdiri di depannya.
"Loh, kok lo ada di sini?" tunjuk Jeje pada Tama.
"Iya, mau janjian sama Reno. Disuruh ke kantin gitu tapi gue ga tau dimana kantinnya"
"Oh gitu, yaudah yuk gue anterin" Jeje lalu berjalan berdua dengan Tama menuju kantin.
Sesampainya di kantin, Jeje dan Tama langsung duduk di depan Reno dan Mimi yang sedang suap-suappan bakso.
"Duh romantisnya" cibir Jeje.
"Dengki amat lo" ucap Reno sewot.
"Namanya juga udah lama ga ngrasain diromantisin ya gitu yank, bawaannya sewooooot mulu" ejek Mimi. Jeje semakin cemberut dan Tama terkikik mendengar obrolan teman-teman didepannya.
"Oya Tam, bisa kan lo bantuin gue buat motret prewedding? Temen gue yg biasanya bantuin lagi sakit soalnya" ucap Reno kepada Tama.
"Bisa kok bisa, atur aja" Tama manggut-manggut.
"Besok Sabtu di hutan mangrove" Tama manggut-manggut.
"Hutan mangrove?" tanya Jeje dengan bersemangat.
"Iya Je kenapa? Mau ikut?" tanya Reno.
"Mau mau mau" ucap Jeje bersemangat, "eh tapi itu jadwal video call gue sama Jevin" Jeje teringat bahwa setiap weekend memang jatahnya Jeje menghabiskan waktu untuk bervideo call dengan kekasihnya yang ada di Inggris.
"Jevin?" tanya Tama bingung.
"Cowonya dia, LDR" jelas Mimi, Tama hanya ngangguk-ngangguk paham.
"Ya sekali-kali Je ga video call dulu ya gpp kali kan bisa malemnya apa besoknya" ucap Mimi.
Jeje tampak berfikir.
"Iyadeh mau, tar gue ngomong sama Jevin" putus Jeje pada akhirnya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR
RomanceJarak itu hanya angka bukan pemisah, kalimat ini menjadi motto bagi mereka yang sedang menjalani cinta jarak jauh. Sama seperti pasangan LDR lainnya, Jeje dan Jevin harus menjalani hubungan dengan mengandalkan kekuatan sosial media. Bagaimana cara...