10.00 kamar Jeje
Jeje sedang memasukkan pakaian ke koper pinknya. Di sekelilingnya masih banyak pakaian dan segala macam kebutuhan untuk dibawanya ke Inggris. Besok ia akan berangkat bersama ibunya Jevin, Tante Indri.
Setelah beberapa barang sudah dimasukkan ke dalam koper, Jeje tampak berfikir mengingat-ingat kembali.
"Oya handuk" ucapnya lalu berlari menuju lemari pakaian yg ada di kamarnya untuk mengambil handuk.
Ketika sibuk mencari handuk yg ia cari, ponselnya berdering. Jeje menghampiri ponselnya yg ada di nakas dekat tempat tidurnya.
"Halo?"
"...."
Wajah Jeje tiba-tiba memucat, bibirnya bergetar. Badan Jeje lemas dan ambruk di samping tempat tidur.
••••
RSJeje berlari di sepanjang koridor RS, wajahnya tampak cemas. Siang ini lagi-lagi ia mendapatkan berita Tama sakit, kali ini bukan pingsan. Kali ini Resti mengabarkan Tama mengalami kecelakaan. Mobil yang dikendarai Tama menabrak pembatas jalan saat menghindari anak kecil yg menyebrang mengambil bola. Berita yang disampaikan Resti tadi terus terngiang-ngiang di kepalanya.
"Resti" Jeje menemukan Resti sedang berdiri dengan seorang anak laki-laki dan juga seorang ibu yg sedang memeluk anak laki-laki tersebut.
"M-maafkan anak saya mba" suara sang ibu bergetar terdengar ketakutan. Jeje menatap sang ibu lalu beralih ke anak laki-laki yang bersembunyi di belakang kaki ibunya. Jeje tersenyum lalu berjongkok di depan anak laki-laki itu.
"Adek tidak apa-apa? Ada yg luka?" tanyanya kepada anak laki-laki itu, sang bocah mengangguk pelan dan masih tetap bersembunyi di balik kaki ibunya.
"Ma-maapin A-ali"
Jeje tersenyum manis, "tidak apa-apa"
Jeje berdiri ketika dokter yang menangani Tama keluar.
"Bagaimana keadaan teman saya Dok?" Jeje terlihat cemas. Sang Dokter menatap Jeje dan Resti bergantian, Dokter laki-laki yang masih mengenakan pakaian operasi itu terlihat lelah.
••••
20.00 cafetaria RS
Jeje memegang kopi hangatnya erat di atas meja cafetaria sendirian. Matanya terus terpaku pada kopi yg di pegangnya, kopi itu seakan memberi ia kehangatan untuk melawan dinginnya malam ini. Terlihat tetesan air di jendela di sebelah Jeje.
Ia memikirkan Tama saat ini. Tama sendirian, Tama membutuhkannya, pikirnya. Karena itulah baru saja ia memutuskan untuk menunda kepergiannya ke Inggris, dan membiarkan Tante Indri berangkat besok sendirian.
Jeje tahu Jevin akan kecewa padanya, tapi dia juga tidak dapat meninggalkan Tama sendirian. Orangtua Tama masih belum bisa dihubungi saat ini.
"Aku janji ini yg terakhir Vin, aku janji" Jeje berjanji dalam hati, seiring dengan bulir air mata yg menetes.
Ia merasa sangat bersalah, untuk kesekian kalinya ia menyakiti kekasihnya, dengan sengaja.
••••
Bandara
"Tante, Jeje minta maaf ya" Jeje melepas pelukannya dari Tante Indri, Tante Indri mengangguk dan selalu mengucapkan kalimat untuk menenangkan Jeje.
"Gpp Je, nanti kamu bisa nyusul" Tante Indri menyelipkan rambut Jeje yg terlihat berantakan. Jeje mencoba tersenyum, tapi yg didapat tidak membuatnya terlihat lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR
RomantizmJarak itu hanya angka bukan pemisah, kalimat ini menjadi motto bagi mereka yang sedang menjalani cinta jarak jauh. Sama seperti pasangan LDR lainnya, Jeje dan Jevin harus menjalani hubungan dengan mengandalkan kekuatan sosial media. Bagaimana cara...