08.00 bandara
Hari ini tiba, hari dimana Jevin kembali ke Inggris meninggalkan Jeje yang masih tidak rela Jevin pergi. Sedari tadi Jeje terus memegang tangan Jevin tidak ingin jauh darinya.
Jevin hanya diam, setelah mengetahui kekasihnya pernah menjalin hubungan diam-diam dengan Tama ia lebih banyak diam dan bersikap dingin kepada Jeje. Jevin kecewa, tapi ia juga menyalahkan dirinya, ia berpikir bahwa Jeje melakukan ini karena merasa terombang ambing saat ia tidak menghubungi Jeje selama hampir sebulan.
Jevin paham bagaimana perasaan Jeje kala itu, tapi ia juga merasa kecewa dan sakit hati karenanya. Nasi sudah menjadi bubur, dan itu juga telah lalu, Tama sudah menjelaskan semuanya dan sampai pada akhirnya Tama mundur karena Jeje terlalu mencintai Jevin. Di situ Jevin merasa lega karena Jeje masih memikirkannya masih membiarkan ruang hatinya terisi olehnya.
Saat ini Jevin hanya perlu waktu untuk memaafkan dan melupakan. Walaupun nantinya saat berada di Inggris tidak menutup kemungkinan bahwa ia merasa ketakutan Jeje akan menyakitinya lagi.
"Je, ga usah manja deh" ucap Mimi melihat Jeje yang dari tadi terus memeluk lengan kekasihnya. Jeje hanya menggeleng pelan.
"Makanya jangan jahat, ditinggal lagi kan" ketus Reno. Reno memang tau bahwa Jevin sudah mengetahui affair yang dilakukan Jeje. Jeje semakin mengeratkan tangannya. Jevin tersenyum kecil melihat tingkah kekasihnya.
"Aku cuma bentar" Jeje mendongak menatap kekasihnya yang meliriknya. "Maaf" ucap Jeje pelan, rasa bersalah masih bersarang di dirinya mengingat bahwa ia memang sudah keterlaluan karena menyakiti Jevin.
"Mau minta maaf sampai kapan?" Jeje hanya diam tidak lagi berani menatap kekasihnya. "Aku tau kamu kemarin cuma butuh pelarian dari sakit hati kamu karna aku"
Jevin menghela nafas berat. "Tapi aku ga suka, kamu cuma kurang cukup sabar buat nunggu pelangi makanya kamu bikin pelangi sendiri dengan bantuan Tama" Jeje diam, ucapan Jevin memang benar. "Kamu tunggu pelangi dari aku ya, aku yakin pelangiku lebih indah dari Tama" Jevin mengangkat wajah Jeje agar menatapnya lalu mendaratkan kecupan di kening Jeje, Jeje menikmati kecupan hangat dari kekasihnya.
"Kamu mau bersabar kan?" tanya Jevin setelah melepas kecupan di kening Jeje. Jeje menganggukkan kepalanya. Jevin tersenyum manis.
Di dalam pesawat Jevin diam sambil memandang foto dirinya dengan Jeje. Ingatannya kembali pada saat ia masih duduk di bangku SMA. Dimana ia memulai hubungannya dengan Jeje. Setiap hari bertemu, setiap hari melakukan hal konyol bersama, Jeje ada saat ayahnya pergi meninggalkan ia dan ibunya selama-lamanya. Jeje yang periang selalu bisa membuatnya bahagia, sampai pada akhirnya ia harus pergi ke Inggris untuk melanjutkan kuliahnya. Jeje yang tidak ingin Jevin pergi sampai ingin mengikuti Jevin sampai ke Inggris, Jeje yang selalu ngambek saat Jevin akan balik ke Inggris, Jeje yang selalu memeluk rilakuma pemberiannya saat video call dengannya. Terlalu banyak hal indah yang sudah ia lewati dengan Jeje, tidak mungkin hanya dengan 1 kesalahan menjadikan Jevin mengutuk Jeje bahkan meninggalkan Jeje. Jevin terlalu mencintai Jeje, Jeje terlalu berharga untuk Jevin.
1 hitam tidak akan berarti di antara jutaan putih, pikirnya. Jeje berhak mendapatkan kesempatan kedua. Jeje hanya khilaf, pikirnya. Jeje masih menyimpan dirinya dalam hatinya. Jeje masih mencintainya, pikirnya. Tama hanya iklan di hubungan mereka.
Keyakinan itu yang membuat Jevin teguh untuk mempertahankan Jeje. Jeje melakukannya karena ia kesepian, Jeje hanya butuh tempat bersandar sementara, pikirnya.
Tanpa sadar Jevin mengeluarkan air matanya, pandangan mata Jevin memudar. Jevin merasakan sakitnya sekarang. Dipakainya kacamata hitam untuk menutupi matanya yang sudah mengeluarkan airmata.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR
RomanceJarak itu hanya angka bukan pemisah, kalimat ini menjadi motto bagi mereka yang sedang menjalani cinta jarak jauh. Sama seperti pasangan LDR lainnya, Jeje dan Jevin harus menjalani hubungan dengan mengandalkan kekuatan sosial media. Bagaimana cara...