14.00 rumah Jevin
Reno dan Mimi sedang berbincang seru dengan Jevin di ruang keluarga. Ketiga sahabat itu sedang melepas rindunya karena sudah sangat lama tidak bertemu. Sedangkan Jeje baru saja masuk ke dalam rumah Jevin bersama tante Indri dengan membawa kantong belanjaan berisi banyak cemilan dan kebutuhan rumah.
"Ya ampun mah kok belanja banyak banget?" Jevin melihat 4 kantong belanjaan yang dibawa oleh ibunya dan Jeje.
"Kan sekalian belanja buat kebutuhan rumah Vin, mumpung ada Jeje yg mau nemenin mama" ucap ibunya lalu masuk ke dalam dapur meletakkan belanjaan yg berisi sayuran dan bahan-bahan untuk memasak.
Jeje meletakkan tasnya dan juga kantong plastik berisi cemilan untuk Jevin dan 2 temannya.
"Cape yank?" tanya Jevin kepada Jeje yang sedang melepas tasnya dan di letakkan di atas meja. Jeje hanya menggeleng sambil tersenyum manis kemudian melirik Reno dan Mimi yang hanya diam sambil membuka bungkus cemilan. Jeje menghela nafas karena kedua temannya masih marah kepadanya, kemudian ia masuk ke dalam dapur bermaksud untuk membantu tante Indri.
"Bagi donk sini 1" Jevin berusaha meraih kantong plastik yg dipegang Reno. Reno yang usil langsung menjauhkan kantong plastiknya agar Jevin tidak bisa mengambilnya.
"Rese ah"
"Dih ngambek, kayak cewe lo" cibir Reno. Mimi hanya melirik kedua temannya sebentar lalu melanjutkan stalking sosmed di ponselnya.
Reno dan Jevin masih terus berebutan cemilan sampai pada akhirnya berhenti karena mendengar suara dering telpon di ponsel Jeje.
Tama calling....
Jevin mengernyit melihat ponsel Jeje. Dengan cepat Jevin menekan tombol answer dan meletakkan ponsel Jeje di telinganya.
"Halo" jawab Jevin.
"...." lalu sambungan telepon diputus sepihak oleh Tama. Jevin semakin bingung.
"Sekarang Jeje temenan sama orang aneh ya" ucap Jevin setelah meletakkan ponsel Jeje di meja.
"Kenapa Vin?" tanya Reno sambil memakan keripik kentang baladonya.
"Itu tadi telpon tapi diem aja trs dimantiin sendiri"
"Siapa emang yg tlp?"
"Tama" Reno dan Mimi kompak menoleh ke arah Jevin yang sedang meminum susu milonya dan fokus pada layar televisi yang menayangkan acara musik.
Merasa diperhatikan Jevin melirik ke arah 2 temannya.
"Kenapa?" tanya Jevin polos.
Kemudian datang Jeje sambil membawa apel yang sudah dikupas lalu diletakkan di atas meja.
"Sayang tadi ada yg telpon"
"Siapa?" tanya Jeje lalu mengambil ponselnya di atas meja kemudian duduk di samping Jevin.
"Tama"
Seketika tubuh Jeje membeku. Reno dan Mimi melirik Jeje dan tersenyum sinis.
"Dia bilang apa?" tanya Jeje dengan nada normal, berusaha untuk menutupi kegugupannya.
"Langsung dimatiin" ucap Jevin dengan masih fokus dengan acara tv yang sedang menayangkan video clip Stitches milik Shawn Mendes. Jeje bernafas lega.
"Kamu punya temen kok aneh mulu sih, ga bosen apa?" Jeje mengernyit melihat ke arah Jevin.
"Tuh Reno uda somplak apa kurang kok ada Tama yg ga jelas gitu" jawab Jevin dengan polosnya sambil menunjuk Reno. Reno langsung melempar Jevin dengan apel yang baru setengah ia gigit. Membuat Jevin melotot ke arah Reno kemudian melempat kotak susu milonya yg kosong.
"Rasain noh" Reno semakin bersemangat melempar Jevin dengan cemilan yang lain. Jevin hanya tertawa sambil menjauhkan kakinya yg sakit agar tidak terkena. Sedangkan Jeje menjadi tameng Jevin agar lemparan Reno tidak mengenai kaki kiri Jevin. Mimi hanya cuek sambil erus memakan apelnya.
••••
Di tempat lain, tepatnya di studio musik tempat latihan Tama. Tama sedang menatap ponsel yang ada digenggamannya.
"Tam, ayo latian" temen satu bandnya menepuk pundak Tama membuyarkan lamunan Tama tentang kebodohannya tadi karena sudah dengan lancang menghubungi Jeje.
"Ah iya yuk" Tama mengangguk lalu mengambil gitarnya dan mulai menyanyikan lagu milik Hivi! Orang ke tiga.
••••
21.00 rumah Jeje
Jeje baru saja memasukkan mobilnya di garasi, setelah menutup pintu mobilnya Jeje terkejut melihat Tama berdiri di dekat pagar rumahnya.
"Tama kamu ngapain di sini?" tanyanya ketika sudah berdiri di depan Tama. Tama hanya diam lalu memeluk Jeje.
Tubuh Tama bergetar, kemudian Jeje mendengar isak tangis dari Tama. Jeje mengusap lembut punggung Tama.
"Maafin aku Je" ucapnya setelah bisa menguasai dirinya.
"Aku yg harusnya minta maaf" Jeje merasa bersalah sudah menyakiti Tama."Ga seharusnya aku bikin kamu kejebak dihubungan aku Tam, harusnya kamu ga sakit"
"Enggak, aku yg ga bisa nahan perasaan aku ke kamu" ucap Tama setelah melepas pelukannya. "Tapi aku juga bahagia kamu bisa balas perasaan aku walau cuma bentar" Jeje menggeleng keras mendengar ucapan Tama. Jeje memang membalas perasaan Tama, tapi tidak seperti yg dikatakan Tama. Rasa untuk Tama masih ada, ia tidak akan semudah itu menghapuskan rasa untuk Tama.
"Biarin kayak gini dulu Je, sebentar" Jeje membiarkan Tama memeluknya. Baru sebentar ia merasakan bahagia karena perasaannya terbalas dan terlalu berat untuknya melepaskan kebahagiaannya karena itu keharusan.
Kesalahan memang harus segera diakhiri kan.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR
RomanceJarak itu hanya angka bukan pemisah, kalimat ini menjadi motto bagi mereka yang sedang menjalani cinta jarak jauh. Sama seperti pasangan LDR lainnya, Jeje dan Jevin harus menjalani hubungan dengan mengandalkan kekuatan sosial media. Bagaimana cara...