part 16

13K 488 48
                                    

Inggris

Jevin mengenakan baju kelulusannya, ia terlihat tampan pagi ini. Dia tengah mempersiapkan diri untuk menghadiri acara kelulusannya hari ini. Dibantu ibunya mengenakan dasi, Jevin tersenyum melihat wajah ibunya terlihat bahagia. Walau tidak ada Jeje, ibunya sudah lebih dari cukup mendampinginya di sini.

"Jeje pasti datang" ibunya berusaha menenangkan Jevin, ia tau anaknya sedih karena Jeje tidak di sini. Jevin tersenyum, dengan senyumnya ia berusaha mengatakan bahwa ia tidak apa-apa. "Jeje hanya bersikap baik dengan oranglain Vin, kontrol perasaanmu" setelahnya Ibunya pergi meninggalkan Jevin di kamarnya sendirian.

"tapi, Tama bukan orang lain mah" ucapnya pelan ketika ibunya sudah pergi. Jevin menatap pemandangan kota Inggris dari jendela kamarnya. Jeje tidak menghubunginya lagi setelah pesan yang ia kirim beberapa hari yang lalu yang mengabarkan bahwa ia tidak bisa berangkat karena Tama, dan Jevin tida berniat untuk membalas pesan Jeje sampai sekarang.

Jevin sedang menyembuhkan hatinya.

Di kampusnya, Jevin terlihat bahagia bersama teman-temannya. Upacara kelulusan sudah selesai, dan sekarang Jevin sedang berfoto bersama teman-temannya dan juga ibunya. Ia menerima bunga dari teman-temannya yang lain. Jevin tampak bahagia, tapi dalam hatinya ia masih mengharapkan Jeje datang.

Jevin menutup matanya menikmati udara Inggris yang akan ia rindukan nanti, sebentar lagi ia akan pulang ke rumah, Jakarta. Dalam bayangannya, ia akan bisa dengan mudah bertemu Jeje, pergi ke tempat yang ia dan Jeje suka kunjungi, tertawa bersama Jeje, menikmati masakan Jeje. Dan sepertinya amarahnya sudah reda seiring dengan bayangan Jeje di pikirannya.

"JEVIN!" Jevin tersenyum seolah mendengar suara Jeje, "bahkan bayanganmu saja bisa terasa dekat Je"

"JEVIN !!" dan kali ini suara itu terdengar sangat dekat.

Jevin membuka matanya ketika mendapat tepukan di lengannya, ia melihat ibunya tersenyum.

"Mama" panggil Jevin pelan, bayangan tentang Jeje buyar. Ibunya Jevin menunjuk arah belakang Jevin dengan matanya, menyuruh Jevin berbalik.

Jevin terkejut mendapati Jeje terengah-engah dengan koper di sampingnya, rambut dan pakaian Jeje terlihat berantakan tapi di mata Jevin Jeje tetap terlihat cantik.

"Jeje...." Jevin tidak percaya Jeje ada di sini, Jeje menatap Jevin dengan senyum manisnya sambil mengatur nafasnya. Ia merasa lelah karena berlari-lari dari bandara tadi, ia takut acara kelulusan Jevin selesai. Dan memang benar ia sudah terlambat, Jeje masih terlihat kusut karena memang tidak sempat mengganti pakaiannya.

"ma-maaf, hahh hahh a-aku telat y-ya hah hah" ucapnya terengah-engah.

Jevin menghampiri Jeje yang tampak kelelahan, Jeje mendongak dan mendapati Jevin tersenyum padanya.

"A-aku kyaaaaa..... !! Jevin...!!" Jeje berteriak karena dengan tiba-tiba Jevin mengangkat tubuhnya dan memutar-mutar badannya. Jevin tertawa bahagia, kali ini benar-benar bahagia. Jeje terus berteriak meminta Jevin menurunkannya tapi jevin seolah tidak mendengarnya.

••••

apartemen Jevin

Jevin menatap kekasihnya yang duduk di depannya dengan cengiran bahagia, Jeje baru saja meletakkan gelas kosongnya di atas meja di depannya.

"hah, hah. Legaaaaa...." Jeje mengusap air yang menempel di atas bibirnya. Kening Jeje berkerut melihat kekasihnya terus menatapnya dari tadi tanpa berbicara sedikitpun apalgi Jevin tidak berhenti tersenyum membuat Jeje sedikit takut kali ini.

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang