part 9

9.8K 234 4
                                    

10.00 bandara

Jeje berdiri dengan gelisah menanti kekasihnya dan tante Indri yang akan kembali ke Indonesia hari ini.

Pikirannya juga tak pernah terlepas dari Tama, lelaki yang beberapa waktu yg lalu selalu membuatnya tertawa bahagia. Dia tau bahwa dia sudah menyakiti Tama, terlebih lagi ia menyakiti Jevan karena membagi hatinya dengan Tama.

"Jeje" panggil tante Indri yang sedang berjalan ke arahnya dengan mendorong kursi roda yang diduduki Jevin. Jevin masih dalam proses penyembuhan, kaki kiri Jevin mengalami patah tulang maka dari itu Jevin harus menggunakan kursi roda.

Seketika perasaan dan pikiran Jeje tidak lagi mengarah pada Tama, Jevin kekasihnya yang sudah hampir setahun tidak ditemuinya semakin terlihat tampan. Kerinduan dan rasa amarahnya hilang seketika melihat Jevin tersenyum manis kepadanya.

Jeje langsung menghampiri Jevin dan Tante Indri. Jeje menyapa keduanya lalu memeluk mereka bergantian.

"Kamu bikin aku khawatir" ucap Jeje yang sekarang mensejajarkan tubuhnya dengan Jevin. Jevin mengecup tangan Jeje lembut.

"Maaf, ponsel aku hilang" ucapnya lalu mengusap airmata yg keluar dari mata Jeje. Jeje lega, rasa penasarannya terjawab. Kemarin Jeje takut jika Jevin melupakannya, tapi pada kenyataannya Jeje yang melupakan Jevin karena memberi ruang untuk Tama.

••••

12.00 rumah Jevin

Jeje sedang mencuci piring setelah selesai makan siang dengan Tante Indri dan Jevin. Saat ini tante Indri sedang beristirahat di kamarnya, sedangkan Jevin sedang menonton tv di ruang tengah.

"Sayang, aku pengen jus jeruk!" teriak Jevin dari ruang tengah, Jeje yang baru selesai mencuci piring langsung buru-buru membersihkan tangannya dan mengambil jus jeruk yang ada di lemari es.

Jeje berjalan menuju ruang tengah dengan membawa segelas jus jeruk ditangannya. Ia mendengar Jevin yang sedang tertawa melihat tayangan stand up comedy di televisi.

"Asik banget" Jeje meletakkan minumannya di meja di depan Jevin lalu duduk di sofa samping Jevin.

Jevin lalu memeluk kekasih yang ia rindukan itu dengan tangan kanannya.

"Kangen ga?" tanya Jevin pada Jeje.

"Kangen" Jeje mengeratkan pelukannya dipinggang Jevin.

"Maaf ya" Jeje hanya mengangguk, ia merasa seharusnya ia yg meminta maaf bukan Jevin.

"Makanya kamu tuh hati-hati kalau naik sepeda"

"Bukan aku yank yg salah, orang mabuknya yg salah nabrak aku"

"Kamu pasti ngebut"

"Naik sepeda gimana ngebutnya sih yank" Jevin gemas dengan Jeje.

"Kali aja kamunya pakai tenaga kuda, kenceng. Wusss gitu" Jevin tertawa mendengarnya.

"Kamu ini saking kangennya sama aku jadi agak gesrek ya" ejek Jevin.

"ih nyebelin, tapi sayang kan sama aku" Jeje mencolek dagu Jevin.

"Sayang ga ya?" Jevin menggoda Jeje dengan berpura-pura berfikir.

"Kamu ih" Jeje menggelitik pinggang Jevin sampai Jevin tertawa geli.

Bersama Jevin, Jeje tidak lagi memikirkan Tama, tidak memikirkan hatinya yang sudah terbagi. Yang ia rasakan hari ini, dia bahagia karena kekasihnya memberi kehangatan untuknya lagi, membuatnya lupa dengan hati yg lain pernah memberikan ia kehangatan juga.

••••

21.00 kamar Jeje

Jeje baru saja menutup pintu kamarnya setelah dari mengambil minum dengan tangan satunya memegang ponsel yang ia letakkan di telinga.

"Iya besok selesai kuliah aku ke rumah kamu" Jeje sedang berbicara dengan Jevin. Mereka berdua seolah tidak ingin berjauhan.

"Pengen aku bawain apa?" Jeje sambil meminum susu vanilanya.

"Dih gombal" Jeje tertawa pelan mendengar gombalan dari kekasihnya.

"Yauda kamu tidur gih, iya sampai jumpa besok. I love you too" Jeje meletakkan ponselnya di nakas samping gelas susunya.

Ketika Jeje sedang bersiap akan tidur, ponselnya kembali berdering. Diraihnya ponselnya dan ada 1 pesan masuk.

From: Tama

Have a nice dream. I love you Je :)

Jeje terpaku menatap layar ponselnya, ada rasa bersalah yang hinggap di dirinya saat ini. Dia lupa bahwa ada 1 hati lain yang tersakiti saat ini.

Tanpa sadar Jeje mengeluarkan airmatanya, hatinya bimbang saat ini. Dia tidak mungkin meninggalkan Jevin dan juga tidak mungkin menyakiti Tama lagi. Baru sebentar Jeje membahagiakan Tama, ini tidak sebanding dengan apa yang sudah Tama lakukan untuknya.

Dan malam ini Jeje tidak akan bisa tidur nyenyak memikirkan 2 hati yang sudah dia pegang saat ini. Kesalahan yang dia lakukan fatal, seharusnya dia tidak membawa Tama dalam hidupnya, seharusnya dia bersabar menghadapi sakitnya kemarin. Berkali-kali ia menyalahkan dirinya dan kebodohannya bagaimana bisa dia menyakiti Jevin dengan membuka pintu untuk Tama karena kehangatan yang dia terima selama Jevin tidak ada.

"Harusnya gue ga bodoh" ucap Jeje lirih sambil meremas rambutnya. Air matanya sudah luruh. Pesan dari Tama tidak ia balas. Ia bertekat untuk fokus pada Jevin, tapi pikirannya tidak bisa lari dari Tama. Ia bimbang.

••••

10.00 kantin kampus

Mimi dan Reno menatap ngeri ke arah Jeje yang duduk di depannya. Jeje duduk melamun dan terlihat kantong mata yang menghitam dan sedikit bengkak.

"Lo serem Je" ucap Mimi lirih.

"Lo kenapa Je?" tanya Reno hati-hati.

"Jevin...." Jeje mengeluarkan suaranya dengan nada pelan tapi masih bisa didengar oleh kedua temannya.

"Jevin kenapa Je?!" tanya Reno tidak sabaran.

"Pulang" jawab Jeje dengan lirih.

Reno dan Mimi yang tadinya khawatir karena takut mendengar kabar buruk tentang Jevin akhirnya bernafas lega.

"Kirain Jevin kenapa Je, yauda yuk kumpul bareng lagi yuk. Gue kangen sama dia!" teriak Reno antusias.

"Trus kenapa lo kok frustasi gitu?" selidik Mimi, yang ditanya hanya diam. "Oh gue tau, gara-gara Tama kan?" tebak Mimi membuat Reno menatap kekasihnya dan Jeje bergantian. Jeje hanya menghela nafas berat.

"Emang ada apaan sama Tama?" tanya Reno bingung. Mimi menunjuk ke arah Jeje yang menundukkan kepalanya.

"Jeje selingkuh sama Tama" ucap Mimi ketus. Reno melotot lalu menggebrak meja di depannya membuat seisi kantin menatapnya terutama Jeje yang hampir saja mengeluarkan latah ayamnya karena kaget.

Reno hanya menatap Jeje tajam lalu pergi meninggalkan kantin membuat Jeje dan Mimi menatapnya bingung.

"Kok aku ditinggalin sih sayang?!!" teriak Mimi kesal lalu menyusul kekasihnya.

Jeje hanya menatap sendu ke arah 2 temannya yang pergi meninggalkan dia sendirian.

"Mereka aja marah apalagi Jevin" Jeje menundukkan kepalanya lalu meminum es jeruknya yg sedikit tumpah karena gebrakan di meja yg Reno lakukan.

••••

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang