20.00 cafe maps
Jeje sedang duduk sendirian di sudut cafe sambil menatap Tama yang sedang menyanyikan lagu Fall for You milik Secondhand Serenade. Tama bernyanyi sambil sesekali menatap Jeje yang duduk sambil menopang dagunya. Tama memberikan senyumannya kepada Jeje yang sedang menatapnya.
Selesai bernyanyi, Tama langsung menghampiri Jeje lalu duduk di sampingnya.
"bosen ya?" tanyanya kepada Jeje yang sedang memainkan ponselnya.
"enggak, seneng kok" jawab Jeje dengan gelengan kepala dan meletakkan ponselnya di meja.
"pulang yuk" ajak Tama lalu memegang tangan Jeje, Jeje hanya mengangguk dan mengikuti Tama menuju mobilnya terparkir.
Selama perjalanan Tama dan Jeje tidak pernah berhenti tertawa, obrolan mereka terlihat sangat menyenangkan.
Sampai pada akhirnya mobil Tama berhenti di depan rumah Jeje, Tama menahan tangan Jeje ketika Jeje akan turun dari mobilnya. Jeje menatapnya dengan tatapan bertanya.
"Je" panggil Tama pelan.
"ya?" Tama mengambil nafas lalu menghebuskannya pelan, Tama merasakan kegugupan yang luar biasa. Sampai pada akhirnya bibir Tama mengecup kening Jeje dalam. Jeje menikmati kecupan Tama di keningnya, ia merasakan kehangatan yang sudah lama tidak ia rasakan.
"Good night Je" ucap Tama setelah melepaskan ciumannya di kening Jeje. Jeje masih menahan nafas karena terkejut dengan apa yang Tama lakukan baru saja dan juga sedang berusaha mengendalikan deguban jantungnya. Jeje mengangguk ragu. Tanpa mengucapkan sepatah katapun Jeje langsung turun dari mobil Tama lalu masuk ke dalam rumahnya.
Sedangkan di dalam mobil, Tama mengusap wajahnya merasa sangat bersalah dengan apa yang baru saja ia lakukan kepada Jeje.
"bodoh banget sih lo Tam, Jeje itu masih milik orang lain" Tama mencengkram setir mobilnya. Setelah menenangkan pikirannya Tama melajukan mobilnya meninggalkan rumah Jeje.
Keadaan Jeje tidak kalah dari Tama, ia berdiri di dekat jendela kamarnya melihat mobil Tama pergi. Ia merasakan perasaan yang hangat ketika bersama Tama. Lagi-lagi ia dibuat bingung dengan perasaannya.
"Duh Je, hati lo cuma buat Jevin" ucapnya sambil mengepalkan tangannya, tetapi tiba-tiba raut wajahnya berubah sedih kala mengingat bahwa sekarang ini Jevin seperti hilang ditelan bumi, tak ada kabar. Jeje berusaha meyakinkan dirinya untuk setia pada Jevin, tapi mengingat Tama ia merasakan perasaan hangat, seolah mendapatkan oase di gurun pasir. Ketika hatinya membutuhkan tempat untuk berbahagia Tamalah jawabannya.
••••10.00 kantin kampus
Jeje sedang menatap ponselnya dengan senyum yang ga pernah hilang dari wajahnya yang cantik. Reno dan Mimi yang ada di depannya menatapnya heran. Reno menyenggol lengan Mimi dengan menatapnya penuh tanya karena Jeje yang ada di depannya terlihat tidak waras, Mimi hanya menggeleng menjawab tatapan dari kekasihnya.
Mimi berdehem pelan membuat Jeje menatapnya.
"bahagia bener, Jevin udah ada kabar ya Je?" tanya Mimi dengan mengangkat alisnya jahil.
Jeje langsung meletakkan ponselnya di atas meja dengan kasar. Wajah Jeje yang tadinya cerah sekarang terlihat seram. Mimi dan Reno merasa takut melihat perubahan wajah sahabatnya.
"kok ga senyum-senyum lagi Je?" Jeje hanya mengangkat bahu sambil meminum jus jeruknya.
"tadi liat video lucu ya Je?" tanya Reno dengan hati-hati takut Jeje marah lagi.
"gak" jawab Jeje jutek.
"trus ngapain Je?" tanya Mimi.
"KE-PO" Jeje tersenyum jahil kepada 2 sahabatnya. Mimi yang gemas langsung melempari Jeje dengan tisu bekas.
"MIMI JOROK IHHHHH!" teriak Jeje membuat seisi kantin menatap ke arah mereka bertiga. Jeje yang ga mau kalah membalas dengan melempar plastik bekas keripiknya. Lalu terjadilah perang antara Mimi dan Jeje, Reno yang melihatnya hanya gigit jari. Ingin menghentikan keduanya tapi takut kena tisu kotor, akhirnya Reno hanya diam sambil sembunyi di bawah meja.
Mimi menghentikan gerakan tangannya yang akan melemparkan tisu ke arah Jeje. Jeje menatap Mimi dengan pandangan bingung. Sedangkan Reno yang merasa perang sudah selesai mengintip dari balik meja dan terkejut mendapati seseorang yang dikenalnya sedang berdiri di belakang Jeje.
"Tama?" Reno lalu keluar dari kolong meja. Jeje lalu memutar kepalanya dan mendapati Tama sedang tersenyum manis lalu membelai rambut Jeje. Jeje tersenyum sumringah mendapati Tama datang. Mimi masih menatap keduanya dengan tatapan bertanya.
"Hay" sapa Jeje, Tama lalu duduk disamping Jeje.
"Kok kotor gini?" Tama melihat meja di depannya terdapat banyak tisu dan plastik-plastik yang tadi dijadikan alat perang oleh Mimi dan Jeje.
"Iya tuh Mimi jahat sama aku, masa aku dilempar tisu kotor" Jeje mengadu pada Tama. Mimi dan Reno makin bingung melihat tingkah keduanya.
"Lo berdua kenapa jadi akrab banget gitu?" tanya Mimi heran.
"Bukannya emang akrab dari dulu ya?" jawab Jeje.
"Iyasih, tapi kok ada yg beda. Apanya ya?" Mimi tampak berfikir.
"Udah ah gue mau cabut dulu, daaaaah" pamit Jeje pada yang lain lalu diikuti oleh Tama meninggalkan Mimi dan Reno yang masih menatap mereka berdua bingung.
"Kamu ngrasa ada yg ga beres ga sih yank?" tanya Mimi pada Reno.
"Iya aku juga mikir gitu. Masa iya Jeje selingkuh" jawab Reno enteng, Mimi langsung menatap tajam kekasihnya yang masih melihat punggung Jeje dan Tama yang mulai menjauh.
"Yang bener aja Jeje selingkuh"
Reno hanya mengangkat bahu menanggapi ucapan kekasihnya.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR
RomanceJarak itu hanya angka bukan pemisah, kalimat ini menjadi motto bagi mereka yang sedang menjalani cinta jarak jauh. Sama seperti pasangan LDR lainnya, Jeje dan Jevin harus menjalani hubungan dengan mengandalkan kekuatan sosial media. Bagaimana cara...