part 5

12K 264 0
                                    

13.00 cafe dekat kampus

Selesai kuliah, Jeje dan Mimi menghabiskan waktu di cafe dekat kampusnya. Jeje dan Mimi sedang menikmati makanan yang dipesannya sambil becanda. Tawa mereka berhenti ketika ada 2 orang duduk di depan mereka.

"kok berhenti ketawanya?" tanya Reno dengan senyum jahil.

"elo sih pake ke sini, ngapain sih gangguin gue sama Mimi aja" ketus Jeje.

"Mimi kan cewe gue, ya suka-suka gue donk. Ya kan sayang?" Reno mencari pembelaan dari Mimi. Mimi mengangguk semangat menanggapi ucapan Reno membuat Jeje mendengus kesal. Jeje melihat Tama duduk di depannya dengan senyum geli melihat tingkah laku teman-temannya yang hobi banget saling ejek.

"hay Tam" sapa Jeje.

Tama menoleh ke arah Jeje " Hay juga Je" balasnya.

Jeje dan 3 temannya menghabiskan waktu di cafe dengan obrolan yang seru dan becanda bersama. Kecanggungan yang terjadi Sabtu malam antara Jeje dan Tama sudah tidak ada lagi. Tama sadar bahwa perasaannya tidak akan terbalas karna hati Jeje sudah menjadi milik Jevin.

••••

19.00 kamar Jeje

Jeje dari tadi terus memandang ponselnya. Tidak ada tanda-tanda kekasihnya menghubungi, terakhir Jevin menghubungi tadi siang saat ia masih di kampus. Itu saja Jevin hanya bilang bahwa dia akan sibuk karena sudah memulai penelitian untuk tugas akhirnya.

Jeje merindukan kekasihnya, ia memandang fotonya bersama Jevin dengan memeluk boneka rilakuma miliknya dan membayangkan bahwa yang ada dipelukannya adalah Jevin.

"Jevin sibuk ya?" tanyanya pada boneka yang ia pegang dan diletakkan di atas bantal didepannya. Tangan Jeje bersidekap dan wajahnya ditekuk.

"Jeje kangen"

"Apa ga bisa sih kirim pesan 1 aja gitu?"

"Jevin kapan pulang"

Jeje mulai merengek dan memukul-mukul bantalnya, kesal karena merindukan kekasihnya dan ditambah tidak ada kabar dari kekasihnya.

••••

10.00 kampus

Jeje berjalan lesu menuju kelasnya, dia merasa tidak bersemangat mengikuti perkuliahan. Sudah 3 hari Jevin tidak ada kabar. Jeje merasa khawatir dengan kekasihnya karena teleponnya juga tidak dijawab, segala macam pesan tidak ada yang dibalas.

"Lesu amat bu?" tegur Mimi yang baru saja datang bersama Reno. Jeje hanya menghela nafas.

"Kenapa lo Je? Sakit?" tanya Reno, Mimi juga penasaran dengan sahabatnya yang akhir-akhir ini tidak bersemangat.

Jeje yang sudah tidak tahan langsung memeluk Mimi dan menangis di pundak Mimi. Mimi dan Reno saling berpandangan dengan raut wajah bingung.

"Je lo kenapa? Crita sama gue" tanya Mimi khawatir dengan mengusap punggung Jeje. Reno hanya menggaruk kepalanya bingung melihat temannya yg selalu ceria sekarang sedang menangis.

••••

12.00 kantin kampus

Jeje meletakkan gelas yang sudah habis isinya, menangis membuat Jeje haus dan sudah menghabiskan 2 gelas air putih.

Mimi dan Reno menatap Jeje horor.

"Oke, lo uda tenang kan?" tanya Mimi hati-hati. Jeje mengangguk dengan masih sesenggukkan.

"Mungkin emang Jevin sibuk Je" Reno mengeluarkan pendapatnya.

"Mungkin juga, cuma gue takut aja Jevin kenapa-napa. Disana dia sendirian" kata Jeje sambil memakan pisang goreng.

"Tar dicoba telpon lagi Je" usul Mimi sambil menatap Jeje yang saat ini sedang membuka bungkus keripik kentang.

Sambil mengunyah makanannya Jeje terus mencurahkan kekesalan dan kekhawatirannya terhadap Jevin kepada teman-temannya. Sedangkan Reno dan Mimi hanya mendengarkan dan sekali-kali mengusap dan menutup wajahnya karena makanan di mulut Jeje sebagian ada yg loncat, Jeje curhat sambil makan. Ya begitulah.

••••

19.00 cafe maps

Jeje sedang duduk menikmati minumannya sambil terus menatap ponselnya yang tidak ada tanda-tanda Jevin akan menghubungi.

"Loh Jeje?" sapa Tama yang tiba-tiba datang mengagetkan Jeje.

"Oh hay Tam" balas Jeje berusaha untuk membuat suaranya terlihat riang.

"Lo sendirian?" tanya Tama yang dibalas anggukan oleh Jeje.

"Lo habis nangis?" Jeje reflek memegang matanya apakah basah atau tidak, takut kalo ternyata dia tidak sadar meneteskan airmata.

"Panik amat, hehe lagi galau ya?"

"Enggak" elak Jeje.

"Keliatan lagi dari wajah lo, ga semangat gitu"

Jeje menatap Tama dengan bibir manyun.

"Gue ga jago akting ya?" Tama tertawa mendengar ucapan Jeje.

"Yauda lo disini aja tar gue hibur pake suara gue" Tama mengangkat kedua alisnya menggoda Jeje.

"Lo manggung di sini?"

"Iya, lo mau request lagu?" Jeje menggeleng.

"Yauda kalo gitu gue ke sana dulu ya, lo disini aja tar gue balik sini" Tama mengusap rambut Jeje lalu pergi menuju panggung dan bersiap-siap untuk bernyanyi bersama teman-temannya.

Jeje mendengarkan Tama yang menyanyikan banyak lagu malam ini. Dan malam ini Jeje merasa terhibur dengan adanya Tama, karena lagu-lagu yg dinyanyikan. Ia juga bisa sejenak melupakan sedih hatinya.

Selesai manggung Tama menghampiri Jeje yang masih setia duduk di tempatnya tadi.

"Makasih" ucap Jeje ketika Tama duduk di depannya. Tama memandang Jeje dengan tatapan bertanya.

"Gue kehibur" Tama tersenyum mendengarnya.

"Sama-sama, jangan sedih lagi ya, kalo sedih telpon gue aja tar gue nyanyiin" goda Tama membuat Jeje tertawa kecil. Lalu malam ini Tama menjadi obat galau Jeje, menjadi penghiburnya. Tama membuat Jeje melupakan sedihnya.

••••

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang