Avelyn memasuki lift yang menghubungkan ke lantai apartment-nya. Kakinya terasa sangat lelah dan pegal, ia telah menggunakan sepatu pump-nya hampir 9 jam, berdiri serta melayani beberapa bandot tua menyebalkan.
Ia meletakkan punggungnya di sisi besi lift dan menghela nafas panjang, hari yang sangat melelahkan bukanlah kata-kata yang pantas untuk diucapkannya sekarang.
Setidaknya kata lelah memang merupakan kata yang sangat pas. Pertama, ia sudah sangat bodoh dengan menyetujui untuk membantu Thalia yang sama sekali tidak ada hubungan dengan dirinya. Kedua, ia telah menampar si bodoh Mikaela dan itu sepertinya bukan permulaan yang bagus.
Sialan, kenapa dalam 1 hari Avelyn harus menemui 2 masalah sekaligus dari orang yang tidak diharapkannya?
Dan yang ketiga...
Mendadak ponselnya bordering, Avelyn menatap ID Caller yang tertampang di handphonenya dan mendesah.
Renata Calling
Sialan..! Tidak bisakah keluarga itu membiarkannya hidup tenang? Avelyn memasukkan ponselnya kembali ke sakunya setelah menekan tombol reject sehingga kakak perempuannya akan menerima pesan kalau ia sedang sibuk atau berada di luar area.
Apapun, ia tidak perduli.
Saat lift terbuka, Avelyn melangkah masuk menelusuri lorong dan memasukkan card key. Setelah masuk ke dalam apartment-nya, Avelyn langsung melepaskan sepatu yang masih bertengger di kaki-nya dan ia melakukan hal seperti biasanya.
Melempar tas Givenchy keluaran terbaru yang diberikan oleh Bryan, menuang segelas Shipwreck wine yang berwarna merah menyala ke dalam gelas sampanye dan merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang sengaja diletakkan di samping jendela besar-nya.
Avelyn suka interior di apartment-nya setelah meminta tolong kepada Bryan untuk memanggil professional interior dan melakukan beberapa perubahan di sana-sini dan sekarang ia mendapatkan apa yang diinginkannya—salah satu dari sekian banyak yang diinginkannya.
Tempat idamannya sendiri
Beberapa bulan yang lalu Avelyn tidak akan sanggup membayar penthouse besar seperti yang ditempatinya ini, tapi sekarang keadaannya sudah berbeda. Well, inilah harga yang kau dapat setelah menjual dirimu, Lyn. Harga yang sangat mahal..
Kemudian ponsel-nya lagi-lagi berdering.
Dengan bodohnya ia tidak melihat ID Caller yang tertampang dilayar dan langsung menjawab panggilan masuk itu. "Avelyn here, who's speaking?"
"Hey Ave, ini aku Renata"
Sialan..
Avelyn terdiam saat kakak perempuannya memanggil namanya. Inilah masalah ketiga yang dihadapinya hari ini dan ini merupakan salah satu masalah yang berhasil dihindarinya selama hampir 1 tahun terakhir.
Biasanya Avelyn akan sangat beruntung dengan hanya meninggalkan pesan bahwa ia tidak berada di tempat dan kakak perempuannya akan menyerah untuk menghubunginya.
Tapi sekarang... Apa keberuntungannya sudah habis?
Avelyn berusaha untuk tenang dan meletakkan gelas wine-nya di atas nakas sebelum ia menjawab telepon. "Oh, hei. Renata, apa kabarmu?"
"Baik. Bagaimana denganmu, Ave? Semuanya baik-baik saja?"
"Tentu, semuanya baik-baik saja, aman terkendali" Avelyn berusaha bersikap ceria, "Bagaimana dengan keadaan di sana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Soprano Love [COMPLETED] SUDAH TERBIT.
Romance[COMPLETED random private . Follow first to read all part of story] Bisa kalian dapatkan di toko buku terdekat :) The past and the future. Both of these things is scary, but it also provides hope that too big until she finally had to choose to lov...