Ini hari kedua setelah Avelyn mendengar ibunya meninggal dan sudah dua hari berlalu tapi yang dilakukannya hanyalah terdiam di dalam Apartemennya. Avelyn bahkan tidak mengacuhkan kedatangan Bryan ke dalam apartment-nya selama dua hari ini.Avelyn bahkan tidak tahu apa yang tengah dirasakannya sekarang. Menyesal? Marah atau sedih? Entahlah, ia bahkan tidak bisa memutuskannya.
"Lyn, apa kau berencana menghabiskan malammu di sini?" tanya Adrian yang merupakan salah satu bartender terkenal di Output Club
"Martini, please" Avelyn menghela nafas dan menumpukan kepalanya di meja bar.
"Lyn, kau sudah meminum tiga gelas martini dan berencana untuk memesannya lagi?" Adrian menatap Avelyn dengan khawatir.
Semua pria yang dekat dengan Avelyn tahu bagaimana kebiasaan gadis itu, apalagi jika gadis itu memilih untuk meminum minuman keras sendirian. "Pulanglah, Bryan pasti mengkhawatirkanmu, Lyn"
Adrian berusaha untuk membuat Avelyn pulang ke apartemen-nya sebelum pada akhirnya gadis itu benar-benar mabuk. Tapi seperti biasanya, Avelyn sangat keras kepala, ia malah menarik kerah kemeja Adrian dan memiringkan kepalanya, lalu mencium bartender itu dengan keras dan intens.
"Jangan berisik, Dri. Aku tidak butuh kau untuk ikut campur dalam kehidupanku" gumam Avelyn setelah melepaskan ciuman mereka.
"Kau benar-benar gadis yang keras kepala" gerutu Adrian sambil berdecak kemudian ia membuatkan sebuah minuman untuk gadis itu"Satu gelas martini dan kau harus pulang setelah ini, Lyn"
Avelyn meneguk minuman itu dalam satu tegukan, membiarkan rasa panas membakar kerongkongannya. "Cara minum yang buruk, sayang"
Ia menatap ke arah suara yang sepertinya tengah berbicara kepadanya. Avelyn bisa melihat seorang pria dengan rambut pirang terang dan mata biru tengah tersenyum lebar kepadanya. Mungkin secara keseluruhan memang pria itu memiliki charisma-nya sendiri hanya saja tidak cukup untuk membuat dirinya merasa bergairah.
"Pergilah, dude. Aku sedang tidak tertarik berbicara dengan orang asing" Gumam Avelyn pelan lalu kembali meletakan kepalanya di atas meja, membuang mukanya dan terdiam, hingga mendadak sebuah tangan menyentuh perut ratanya dan perlahan naik ke arah dadanya yang berisi.
"Bagaimana kalau kau menghabiskan malam ini bersamaku?" bisik pria itu dan dengan perlahan meletakkan kunci kamar dihadapannya.
Avelyn mendorong kunci itu kembali ke arah pria di sebelahnya dan tersenyum dengan sangat dingin,"Aku tidak tertarik untuk menghabiskan malam dengan anda, sir"
"Aku bisa membantumu menghilangkan kebosanan. Tidak tertarik?" pria itu masih berusaha menggoda dengan remasan dipayudara Avelyn.
Remasan itu bukannya membuat Avelyn merasa baik tapi menyakitkan, ia menepis tangan pria itu dan berdecak kesal, "Kau bisa mencari gadis lainnya yang mau menghangatkan ranjangmu, dude. Tinggalkan aku sendiri!"
"Kau sudah dengar apa yang dikatakannya, tinggalkan gadis ini sendirian bung" Adrian terkekeh sambil melanjutkan aktivitas kerjanya.
Avelyn berpaling ke arah gelas martini-nya yang kosong dan detik kemudian ia memekik kesakitan karena mendadak tubuhnya ditarik oleh pria itu. Pria besar itu memaksa Avelyn untuk membuka mulutnya dan menciumnya dengan sangat kasar.
Ia meronta dan berusaha mendorong pria itu bahkan ia bisa mendengar Adrian berteriak kepada pria itu untuk menjauh dari tubuhnya.
"Hentikan perbuatan anda sekarang juga, sir!" Adrian keluar dari biliknya dan hendak menarik pria itu menjauh dari Avelyn, sementara gadis itu meringis kesakitan karena pria itu meremas payudaranya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soprano Love [COMPLETED] SUDAH TERBIT.
Romance[COMPLETED random private . Follow first to read all part of story] Bisa kalian dapatkan di toko buku terdekat :) The past and the future. Both of these things is scary, but it also provides hope that too big until she finally had to choose to lov...