Dari semua tempat yang mungkin dikunjunginya, Avelyn berharap ia mengunjungi tempat yang dapat membuatnya tenang seperti club atau kafe, namun kakinya malah melangkah ke perumahan Brooklyn dan matanya menatap ke apotik kecil milik Amelia Foster.
Avelyn merasa sangat lelah.
Dan ia terlalu lelah untuk mengetahui betapa lelah hatinya. Kenapa ia selalu kembali ke lingkaran yang sama, di mana semua orang terasa sedang menatap rendah dirinya?
Beratus-ratus kali Avelyn mengatakannya kepada dirinya sendiri, ini bukan Bogor, tidak ada seorangpun yang akan menemukannya di sini, tidak ada satu orangpun yang akan mengetahui seperti apa dirinya yang dulu.
Tidak akan ada lagi orang yang akan menghinanya.
Disini Avelyn dipandang sebagai Avelyn, bukannya Avelyn Tedjanarta. Tapi segalanya tidak semudah itu. Segalanya tidak semudah itu...
Mendadak Avelyn merasa seseorang menepuk punggungnya dengan lembut. Ia membalikkan tubuhnya dan menatap tubuh tinggi yang selama hampir satu tahun ini terus menopangnya ketika Avelyn benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Ketika Avelyn merasakan jalan buntu tanpa jalan keluar, pria tua itu selalu ada didepannya.
Albert Foster.
"Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat begitu pucat, Ave?" tanya Albert sambil membawa kantong kertas yang berisi belanjaannya.
Avelyn tidak menjawab.
Seharusnya Avelyn menjawab tidak apa-apa dan ia seharusnya segera meninggalkan tempat itu. Seharusnya ia melakukan hal itu. Seharusnya... tapi ia tidak dapat melakukan hal itu, atau sesungguhnya Avelyn tidak ingin berlari?
Melihat wajah datar Avelyn, Albert mendekati gadis itu dan melingkarkan lengannya disekeliling tubuh Avelyn dan menepuknya lembut. "Kita bicarakan di dalam" ucapnya pelan
Avelyn menggeleng pelan
Kenapa ia tidak bisa bersuara? Kenapa ia tidak bisa mengatakan apapun yang seharusnya dapat dikatakannya dengan mudah seperti biasanya?
"Baiklah, kita tidak akan mengatakan apapun. Tapi kita akan tetap kedalam, okay? Amelia pasti sudah memasakkan sesuatu untuk kita" ucap Albert lembut dan melepaskan pelukan mereka.
Tangan Albert menggandeng tangan Avelyn dan menuntunnya lembut kedalam rumahnya. Sementara Avelyn mengikuti langkah Albert dengan pelan.
∞
Aroma jeruk menghiasi ruangan, bukan aroma mawar ataupun tulip seperti biasa namun jeruk. Aroma yang dapat menenangkan Avelyn. Tangannya masih digenggam dengan erat oleh Albert ketika mereka telah berada diruang tamu sementara matanya telah kabur.
"Papa sudah pulang?" tanya Amelia sambil membawa sepiring pancake ditangan kanannya, wajahnya terkejut ketika melihat Avelyn berada disamping ayahnya.
Ia berjalan kearah mereka, memberikan piring berisi pancake tersebut kearah ayahnya. Albert tersenyum mengerti, tangannya melepaskan genggamannya dan beralih menggenggam piring tersebut. "Aku akan berada di dapur kalau kalian membutuhkanku"
Baik Avelyn maupun Amelia sama-sama tidak mengatakan apapun.
Tangan Amelia terulur menggenggam jemari Avelyn yang terasa dingin. "Apa yang terjadi padamu, Avelyn?"
Avelyn tidak menjawab.
Untuk sementara yang dilakukan mereka adalah menatap satu sama lain, Avelyn tidak bisa mengatakan apapun. Ia bahkan tidak bisa lagi menangis walaupun itulah yang diinginkannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soprano Love [COMPLETED] SUDAH TERBIT.
Romance[COMPLETED random private . Follow first to read all part of story] Bisa kalian dapatkan di toko buku terdekat :) The past and the future. Both of these things is scary, but it also provides hope that too big until she finally had to choose to lov...