Avelyn merasa sangat tenang dan nyaman. Ia merasa seakan-akan ada seseorang yang memeluknya dan mengelus kepalanya. Ia yakin ini semua hanyalah mimpi namun terasa sangat nyata. Avelyn tidak ingin membuka matanya, ia ingin bergelung didalam kenyamanan ini dan menghabiskan waktu yang dimilikinya.
Namun hembusan nafas lembut di atas kepalanya membuatnya membuka matanya perlahan.
Ia melihat sepasang mata yang terpejam, hidung mancung dan juga rahang yang ditumbuhi beberapa bulu halus. Avelyn terpaku karena otaknya dapat menjawab dengan jelas siapa yang berada dihadapannya. Dan bukan itu saja yang membuatnya terkejut.
Alasan kedua adalah karena lengan pria itu berada di pinggulnya dengan salah satu kaki pria itu melingkar di pahanya yang mulus. Alasan ketiga merupakan alasan yang sangat buruk karena ia tidak bisa menemukan alasan yang tepat mengapa ia tidak merasa risih dengan kedekatan mereka
Avelyn tidak dapat menggerakkan tubuhnya sama sekali.
Warren?
Ia berusaha merangsang otaknya agar bekerja dengan lebih cepat, karena ia sama sekali tidak bisa mengingat kenapa pria ini berada dihadapannya. Sementara otaknya berpikir, jantungnya berpacu dua kali lipat dari biasanya.
Ketika Avelyn masih bingung dengan keadaan yang sedang terjadi, kedua kelopak mata Warren terbuka dan menatapnya dengan tatapan mengantuk yang terasa begitu menggairahkan.
"Apa kau sudah puas menatap wajahku?" ucap Warren parau
Avelyn menelan saliva-nya dan membuang mukanya kesisi yang berlawanan, "aku tidak sedang menatapmu, jangan terlalu percaya diri"
"Lalu apa yang kau lakukan kalau bukan menatapku?"
"Aku tidak menatapmu!" Kali ini Avelyn membantah dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya.
Namun Warren mengulurkan tangan, menahan rahangnya dan memutarnya agar gadis itu menatapnya sementara kedua mata mereka saling bertemu, ia menggerakkan tubuhnya agar mendekat pada gadis itu dan Warren memerangkap tubuh kecil itu di bawahnya.
"Minggir" ucap Avelyn ketus
Warren menyipitkan matanya dan mendengus, "bukankah aku sudah pernah mengatakan kepadamu untuk berhenti bersikap murahan, Avelyn? Kau sudah terlalu menganggu ketenangan hidupku, kau tahu?"
"Aku juga sudah pernah mengatakannya kepadamu, Vasquez untuk berhenti menguliahiku. Kau bisa mengatur hidupmu sendiri, ataupun hidup Thalia, tapi jangan campuri urusanku"
"Urusanmu selalu menganggu ketenanganku. Kalau saja Foster tidak menghubungiku, apa kau tahu bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Apapun yang akan terjadi padaku, sama sekali tidak ada hubungannya denganmu, Vasquez" balas Avelyn dengan ketus.
Untuk sesaat Warren ingin melihat wajah Avelyn yang mungkin saja akan berubah, tapi ia salah. Gadis itu sama sekali tidak menunjukkan wajah apapun, tidak sedikitpun penyesalan di wajah gadis itu. Tidak sama sekali.
Warren kemudian bangkit turun dari kasur dan mendengus seakan menghina Avelyn, "seharusnya aku tidak perlu membantumu semalam. Kau gadis yang tidak tahu diri"
"..."
Setelah Warren turun, Avelyn segera menyibakkan selimut dari tubuhnya dengan kasar dan turun dari kasur dengan perlahan. Lalu ia mengambil ponselnya yang berada di nakas dan menekan nomor Bryan.
"Aku berada di New York, apartemen Vasquez, aku ingin kau menjemputku dalam sepuluh menit, Bry" ucap Avelyn cepat lalu segera mematikan sambungan telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soprano Love [COMPLETED] SUDAH TERBIT.
Romance[COMPLETED random private . Follow first to read all part of story] Bisa kalian dapatkan di toko buku terdekat :) The past and the future. Both of these things is scary, but it also provides hope that too big until she finally had to choose to lov...