Perjalanan dari Output Club menuju apartemen-nya tidak pernah selama yang dirasakannya sekarang. Sesekali Warren menatap kaca spion di depannya hanya untuk melihat apakah gadis yang tidak dikenalnya itu tertidur dengan nyaman.Dan anehnya ketika ia melihat gadis itu bernafas dengan teratur, Warren merasakan dorongan yang besar untuk tersenyum lebar. Ini sama sekali tidak seperti dirinya yang biasa, tapi satu hal yang membuatnya heran adalah karena gadis itu memiliki kemiripan yang sangat besar dengan mantan tunangannya, Renata.
Renata mampu membuatnya tergila-gila walaupun sekarang Warren merasa sadar dan bingung mengenai apa yang disukainya dari gadis itu selain kenyataan bahwa Renata adalah gadis tercantik yang pernah ditemuinya, yang pernah berhubungan dengannya.
Kenyataan bahwa gadis yang tengah tertidur dikursi penumpangnya mampu membuatnya mengingat kembali Renata, sosok gadis yang seharusnya sudah dilupakannya sejak lama, hal itu membuatnya tidak nyaman.
*
Avelyn memaksakan dirinya untuk bangun, ia seharusnya tidak tertidur dan lebih-lebih lagi, tidak seharusnya Avelyn membiarkan serangan alcohol melemahkannya tapi matanya tidak bisa terbuka dan ia merasa sesosok wanita yang dirindukannya tengah berdiri di depannya.
"Ma...Apa yang mama-"
Dan sebuah tamparan keras melayang ke sisi wajahnya tapi Avelyn tidak bisa mengatakan apapun, ia merasa bibirnya terkunci rapat. Jadi, ia hanya menatap ibunya dalam diam. "Kalau saja kau bukan seorang perempuan, maka ayahmu tidak akan meninggalkan aku"
"Itu semua karena kelemahan mama!" teriak Avelynkeras, membuat bayangan ibunya menatapnya dengan benci, "Semua itu bukan karena aku, tapi karena kelemahan mama. Kelemahan mama-lah yang membuat papa meninggalkan mama demi keluarganya!"
"Itu semua karena kehadiran dirimu Avelyn"
Avelyn menggeleng dan berteriak kencang,"Bukan! Itu sama sekali bukan kesalahanku" mendadak ia merasa sesuatu pecah dan sekelilingnya menjadi gelap gulita, Avelyn berteriak dan berlari hanya agar kegelapan itu tidak menangkapnya. Benci... ia benci kegelapan...
Mata Avelyn mendadak terbuka, nafasnya berdetak dengan tidak wajar dan ia menyadari bahwa seluruh tubuhnya telah berkeringat. Sambil menenangkan nafasnya, Ia membuka selimut dan menuruni tempat tidur.
Kenapa aku bisa ada di sini?
Avelyn mulai menyadari adanya keanehan di sini. Pertama, pakaian yang dikenakannya tidak sama seperti yang sebelumnya. Kedua, ini bukan kamar tidurnya dan rasanya aneh kalau ini adalah tempat Bryan, karena pria itu tidak pernah membawa siapapun ke apartemen-nya kecuali Adrian.
Terakhir merupakan pertanyaan wajar yang seharusnya menjadi pertanyaan pertama. Di mana aku sekarang?
Dengan perlahan Avelyn membuka pintu berwarna gading itu dan menatap sekilas sebelum memutuskan untuk menuruni tangga. Perabotan di tempat ini tidak semewah seperti di hotel Brooklyn, namun terasa sangat menenangkan dan maskulin. Dengan hanya berbekal beberapa lukisan pemandangan yang menempel di dinding, perabotan simple seperti peralatan dapur, sofa panjang beserta couch, bookshelf, dan Kitchen Island yang sangat besar, semuanya dalam terlihat maskulin dan berwarna gelap.
Ia berjalan menuju ruang tamu dan menatap seorang pria sedang berbaring di atas sofa panjang, Avelyn bisa merasakan bahwa pria itu tidak terlalu senang dengam tempat istirahatnya karena kaki jenjang pria itu menjuntai melewati pinggiran sofa dan alisnya menekuk tidak suka.
Avelyn mendekati pria itu dan mengernyit, ia tidak mengenal pria itu. Namun Avelyn ingat bahwa pria itu sudah menolongnya.
Benarkah seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Soprano Love [COMPLETED] SUDAH TERBIT.
Romance[COMPLETED random private . Follow first to read all part of story] Bisa kalian dapatkan di toko buku terdekat :) The past and the future. Both of these things is scary, but it also provides hope that too big until she finally had to choose to lov...