Bab 11: Orang yang Paling Cerdas

2.4K 38 0
                                    

Udara dipenuhi oleh aroma arak yang harum dan memabukkan, api di dalam tungku tanah liat kecil itu tidak besar, tapi cukup untuk menghangatkan gua yang dingin itu.

"Yah, paling tidak aku datang ke tempat yang tepat," Liok Siau-hong menarik nafas. "Dan pada waktu yang tepat pula."

Ho Siu juga menarik nafas.

"Aku tidak mengerti kenapa orang ini selalu muncul waktu aku hendak menikmati arak bagus."
Dia tersenyum dan berpaling ke arah mereka. Matanya yang berkilauan dan bersemangat mampu membuat pakaiannya yang butut itu jadi tidak diperhatikan orang lagi.

"Jika kalian tidak takut pakaian kalian terkena noda, kenapa kalian tidak duduk dan minum bersamaku?" Ia bertanya sambil tersenyum.

Liok Siau-hong memandang jubah merah menyala yang ia kenakan dan pakaian Ho Siu yang mulai pudar warnanya itu, dan tertawa.

"Bila aku punya pelayan sebanyak jumlah pelayanmu sekarang, aku juga akan memakai pakaian seperti itu."

"Oh?"

"Pakaianmu adalah pakaian yang hanya dikenakan oleh orang-orang terkaya, jadi aku belum pantas."

"Kenapa?"

"Karena bila seseorang benar-benar telah memiliki uang yang banyak, maka orang tak perduli lagi dia mengenakan apa."

"Sayangnya kau tak akan pernah menjadi kaya!" Ho Siu tersenyum.

"Mengapa?"

"Karena kau terlalu cerdas, tak ada orang secerdas dirimu yang jadi kaya."

"Tapi waktu terakhir kali kita bertemu, kau mengatakan bahwa aku akan bisa kaya cepat atau lambat."

"Itu karena aku belum tahu betapa cerdas sebenarnya dirimu."

"Jadi kapan kau mengetahuinya?"

"Sekarang."

Liok Siau-hong kembali tertawa.

"Selain dari dirimu, mungkin tidak ada lagi orang yang bisa masuk ke sini tanpa perlu banyak usaha."

"Apakah itu karena tidak ada lagi orang yang sepenurut diriku?" Liok Siau-hong bergurau.

Ho Siu mengangguk.

"Bila mereka melihat kata "DORONG" di pintu, paling sedikit 9 dari 10 orang tentu tidak mau mendorong pintu itu, dan jika kau tidak mendorong pintu tersebut maka tidak mungkin kau bisa masuk ke sini. Jika kau tidak berbelok waktu melihat kata "BELOK", maka tidak mungkin kau mampu keluar dari jalan rahasiaku itu. Jika kau tidak berhenti waktu melihat kata "BERHENTI", maka biarpun kau berhasil menghindari serangan panah, paling tidak selembar kulitmu akan hilang terkena minyak panas yang ditumpahkan padamu."

"Tapi yang paling keji adalah gas beracun yang kau semburkan ke ruangan tempat kami berada, bahkan Hoa Ban-lau pun hampir semaput. Mungkin tidak terlalu banyak orang yang bisa menduga bahwa bukan hanya tidak ada racun di dalam arak itu, tapi di situlah obat penawarnya berada."

"Tapi kau berhasil menebaknya."

Liok Siau-hong tersenyum.

"Aku hanya tahu bahwa tidak perduli apakah kau adalah orang baik atau jahat, paling tidak kau bukanlah orang yang tega berdusta pada sahabatmu. Karena kau tidak memiliki banyak sahabat, kau tentu tidak mau kehilangan satu orang pun."

Ho Siu menatapnya dengan matanya yang cerah, menatapnya selama beberapa lama.

"Apa lagi yang engkau ketahui?" Tiba-tiba dia bertanya.

Liok Siau-hong juga menatapnya, menatapnya untuk waktu yang lama.

"Aku juga tahu bahwa margamu bukan Ho, namamu yang sebenarnya adalah Siangkoan Bok." Ia menjawab lambat-lambat.

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang