Bab 11: Penyelamatan di Istana

1K 15 0
                                    

Bulan sembilan tanggal 15, tengah malam.

Liok Siau-hong berjalan keluar dari balik pintu bercat hitam yang terkenal angker lantaran tulisan "Hukuman mati bagi siapa yang berani masuk ke sini". Dengan menyusuri dinding istana, ia berjalan keluar Thay-ho-tian, ingin sekali ia pergi mencari sebuah tempat yang nyaman, damai dan tenang untuk beristirahat.

Pada saat itulah tiba-tiba dia melihat sesosok bayangan hitam berdiri tidak bergerak, berdiri ditutupi bayangan istana yang gelap, dia terlihat lesu dan berwajah kusut.

Tanpa melihat untuk kedua kalinya, segera ia tahu bahwa orang itu adalah Pok Ki. Ia tahu bahwa ilmu ginkang Pok Ki memang tidak terlalu bagus, untuk dapat melompat naik ke atas wuwungan istana tentu saja ia harus menguasai ginkang yang sempurna.

Ia masih belum melupakan senyuman sinis orang ini waktu bertemu dengannya tadi, maka ia ingin menghampiri dan balas tersenyum dengan cara yang sama, tapi ketika ia berjalan menghampiri, di wajahnya hanya terlihat senyuman yang simpatik dan menghibur.

Tapi perasaan simpatik ada kalanya lebih melukai perasaan orang daripada sindiran.

Pok Ki memandang sekejap kepadanya, lalu membuang muka.

Liok Siau-hong tiba-tiba berkata, "Dulu ada seekor burung gereja yang selalu menganggap dirinya hebat, karena dia bisa terbang tinggi ke angkasa. Suatu hari dia melihat seekor harimau. Ia pun mengejek harimau itu, dan menantangnya untuk terbang tinggi seperti dirinya. Kau tahu apa yang dilakukan harimau itu?"

Pok Ki menggelengkan kepalanya.

Mulanya ia bermaksud untuk tinggal pergi, siapa yang mengira kalau Liok Siau-hong tiba-tiba malah mendongeng untuknya. Tanpa sadar dia pun akhirnya mendengarkan. Rasa ingin tahu memang selalu dimiliki setiap orang.

Liok Siau-hong berkata, "Tentu saja harimau itu tidak bisa terbang, dia hanya meniup keras-keras sekali, dan burung gereja itu pun ditelan mentah-mentah ke dalam perutnya."

Ia tersenyum dan berkata, "Sejak itu, tiada lagi burung gereja yang berani mencari harimau tadi untuk ditantang terbang, karena burung gereja akhirnya telah faham, bisa terbang tinggi di angkasa bukanlah berarti telah menjadi ksatria yang luar biasa."

Pok Ki pun tersenyum, wajah yang tersenyum itu penuh dengan rasa haru dan terima kasih, hatinya pun merasakan kehangatan yang luar biasa, tiba-tiba ia menyadari bahwa Liok Siau-hong bukanlah seorang telur busuk seperti yang ia bayangkan semula.

Liok Siau-hong menepuk bahunya dan berkata, "Kau pernah melihat harimau memanjat naik di atas seutas tali?"

Pok Ki menjawab, "Belum."

Liok Siau-hong berkata, "Aku juga belum, tapi aku ingin melihatnya."

Pok Ki berkata, "Kau pernah melihat harimau yang membawa tali di pinggangnya?"

Liok Siau-hong menjawab, "Belum."

Pok Ki pun berkata pula, "Maka kau akan melihatnya sekarang."

Di tubuhnya memang terlilit seutas tali yang panjang. Semula dia sama sekali tidak berani memperlihatkannya, takut dipandang rendah oleh orang lain.

Liok Siau-hong menerima ujung tali itu, ia mendongakkan kepalanya dan menghela nafas panjang. "Burung gereja pun belum tentu sanggup terbang melintas di atas sana."

Bangunan istana itu seperti mata kail, kail yang menjulang tinggi ke angkasa seakan hendak menggaet rembulan.

Tempat yang demikian tinggi, tiada seorang pun di dunia ini yang mampu melompat naik ke atasnya. Liok Siau-hong pun tidak sanggup.

Tapi dia punya cara.

Dengan Pok Ki mengawasi dari bawah, dilihatnya Liok Siau-hong merayap di dinding istana seperti seekor cecak, lalu bergerak melompat-lompat seperti seekor kera, dalam beberapa kali lompatan saja sosok tubuhnya sudah tidak kelihatan lagi. Karena tidak bisa melihat dengan jelas, Pok Ki lalu menyelinap ke belakang. Dalam hatinya dia pun yakin bahwa di dalam Bulim tiada seorang pun yang memiliki ginkang setinggi Liok Siau-hong.

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang