Bab 09: Pergi (Tamat)

725 20 0
                                    

Tempat tidur di kamar si janda Hoa memang sangat besar, sepreinya putih bersih, kasur selimutnya masih baru, begitu masuk ke situ, dengan kemalas-malasan Hoa-kuahu lantas menjatuhkan diri di tempat tidur.

Siau-hong hanya berdiri saja di depan ranjang.

Si janda Hoa mengawasi Siau-hong dengan pandangan yang sayu, katanya tiba-tiba, "Sekarang tentunya kau sudah tahu aku ini lah Hoa-kuahu yang menakutkan itu."

Siau-hong mengangguk.

"Tentunya kau pun pernah mendengar orang bilang aku ini anjing betina, anjing betina yang bisa makan manusia."

Kembali Siau-hong mengangguk.

"Apakah kau tahu setiap lelaki di sini sama mengira setiap saat aku dapat ikut tidur bersama dia?"

Siau-hong tetap mengangguk saja.

Mata Hoa-kuahu tambah sayu dan penuh harap. "Jika begitu, mengapa tidak lekas kau naik kemari?"

Tapi Siau-hong tidak bergerak sama sekali.

"Engkau tidak berani?" tanya Hoa-kuahu.

Siau-hong tidak mengangguk lagi, juga tidak menggeleng.

Hoa-kuahu menghela napas, ucapnya, "Ya, tentu saja engkau belum berani, sebab sesungguhnya aku ini orang macam apa belum lagi kau ketahui?!"

Tiba-tiba Siau-hong tertawa, katanya, "Tidaklah banyak orang yang dapat manggabungkan Lwekang asli keluarga Liu di Hoaypak dan ilmu pedang Liu-in-kiam-hoat Tiam-jong-pay menjadi satu, sebab itulah ...."

"Sebab itu apa?" tanya Hoa-kuahu.

"Sebab itulah kuyakin engkau pasti putri Hoay-lam-tayhiap, istri Tiam-jong-kiam-kek, Liu Jing-jing."

"Dan tentunya kau pun tahu aku pernah naik ranjang bersama empat kawan baik Cia Kian (Tiam-jong-kiam-kek, si pendekar pedang dari Tiam-jong-pay)."

Siau-hong mengangguk, hal itu memang merupakan berita sensasi yang sangat menggemparkan dunia Kangouw.

"Jika kau tahu semuanya, mengapa tidak lekas naik kemari?" kata Hoa-kuahu pula.

Kembali Siau-hong tertawa, "'Sebab aku tidak suka, dan juga lantaran aku tidak dapat kau perintah."

Hoa-kuahu tertawa juga, "Wah, tampaknya kau ini memang rada berbeda daripada lelaki lain."

Mendadak ia melompat bangun dari tempat tidur dan berseru, "Mari kusuguh kau minum arak."

Minum arak memang kegemaran Liok Siau-hong.

Semakin banyak arak yang ditenggak, mata Hoa-kuahu juga tambah sayu seperti kuncup kabut.

Di lembah pegunungan ini memang selalu berkabut, sebab itulah selalu bertahan kemisteriusannya. Dan sekarang bukankah demikian dengan Hoa-kuahu?

Untuk melihat tubuhnya yang telanjang mungkin tidak sulit, jika ingin melihat hatinya rasanya tidaklah mudah.

Setelah minum secawan arak pula tiba-tiba si janda bertanya "Apakah kau tahu sebab apa Hay Ki-hoat senantiasa berharap aku mau naik ranjang bersama dia?"

"Sebab dia anggap engkau pernah naik ranjang dengan lelaki lain yang berada di tempat ini," kata Siau-hong.

"Ya, setiap orang berpikir begitu." Hoa-kuahu tertawa. "Padahal ... berapa lelaki yang benar-benar pernah naik ranjang bersamaku, mungkin kau sendiri tidak dapat menerkanya."

"Tiada satu pun?" tanya Siau-hong.

"Ada, cuma satu," kala Hoa-kuahu.

Siau-hong menenggak arak lagi.

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang