Bab 04: Usul Keji

770 18 0
                                    

Lau-sit Hwesio seperti tidak melihat kehadiran Liok Siau-hong di situ, ia merangkap kedua tangan di depan dada dan memandang si kuah daging dengan tertawa.

Melihat ketiga orang ini, benar juga si kuah daging tampak sangat senang, ia pun tertawa dan berkata, "Aha, peristiwa aneh setiap tahun selalu ada, tapi tahun ini terlebih banyak. Mengapa dari dalam peti bisa mendadak muncul seorang Hwesio?"

"Nona cilik direcoki orang, Hwesio gede terpaksa masuk peti. Omitohud! Siancai, Siancai!" ucap Lau-sit Hwesio.

Segera Bok It-poan menambahkan, "Kiu-siauya tahu ketiga orang ini pernah bersalah kepada Kiongcu, maka hamba disuruh lekas mengantarnya kemari agar Kiongcu dapat memberi hukuman setimpal kepada mereka."

Berulang-ulang ia menyebut Kiongcu atau Tuan Puteri, dan si kuah daging juga menerimanya dengan wajar serupa Tuan Puteri benar-benar.
Terdengar Bok It-poan berkata pula, "Dan entah dengan cara bagaimana Kiongcu akan menghukum mereka?"
Si kuah daging berkedip-kedip, katanya kemudian, "Wan, seketika tak teringat olehku, coba, boleh kau usulkan bagiku."
"Untuk ini perlu hamba tahu apakah Kiongcu ingin memberi hukuman berat atau hukuman ringan?"
"Kalau hukuman ringan bagaimana caranya?" kata si kuah daging dengan mengikik tawa.
"Boleh lepaskan celana mereka dan pukul pantat mereka barang sekian puluh kali," kata Bok It-poan.
"Dan kalau hukuman berat?"
"Potong kepala mereka, dibikin dendeng dan dihadiahkan kepada hamba untuk lauk minum arak."
"Aha, usul bagus, usul sangat bagus, pantas Kiuko sayang padamu," seru si kuah daging sambil berkeplok.

Usul Bok It-poan itu memang sangat keji. Mendingan kalau kepala akan dipotong dan akan dijadikan dendeng untuk lauk minum arak, jika buka celana dan dirangket, jelas membuat orang tidak enak.

Si kurus yang berbaju hitam tampak pucat, sebaliknya Lau-sit Hwesio tetap tertawa saja seperti tidak menghiraukan apa yang bakal terjadi.
Watak Suto Kang sangat keras dan berangasan, kontan la berteriak, "Setelah kami jatuh dalam cengkeramanmu, mau bunuh atau sembelih boleh silakan, tidak nanti aku gentar. Tapi Jika sengaja hendak kau hina diriku, mati pun takkan kuampuni kau."
Biasanya Suto Kang malang melintang di dunia Kangouw dan tidak gampang mengaku kalah, tapi ucapan "mati pun takkan kuampuni kau", jelas menunjukkan dia mengaku bukan tandingan si kuah daging dan rela menerima nasib.

Si genit lantas berkata dengan tersenyum, "Waktu hidup saja tak bisa kau lawan diriku, setelah mati kau bilang takkan mengampuni aku, memangnya sesudah jadi setan akan kau cekik leherku?"

Suto Kang mengertak gigi dan mandi keringat, mendadak ia meraung murka. Sebelah tangannya terus menghantam kepala sendiri.

Kelima jari Suto Kang hampir sama panjangnya, kukunya juga hampir copot semua, telapak tangannya bersemu hitam, jelas ilmu pukulan telapak tangan besinya sudah terlatih cukup sempurna, pukulannya ini meski mengarah kepala sendiri, sekali kena pasti juga akan membuatnya binasa.

Siapa tahu si kuah daging lantas melayang maju, jarinya yang lentik mengebas perlahan bagai tangkai bunga bergoyang, seketika lengan Suto Kang terkulai ke bawah dan tidak dapat bergerak lagi.
"Kungfu bagus!" seru Bok It-poan.
"Ah, ini kan cuma gerakan yang paling sederhana dari Ji-ih-lan-hoa-jiu (kebasan bebas tangkai anggrek), masa kau bilang kungfu bagus segala?" ujar si kuah daging dengan tak acuh.
Meski dia meremehkan kungfu sendiri, namun Liok Siau-hong lantas terkejut, meski nama Ji-ih-lan-hoa-jiu itu kedengarannya sangat indah, namun termasuk salah satu kungfu yang paling menakutkan di dunia persilatan, dapat membuat urat orang putus dan tulang keseleo tanpa diketahui orang yang bersangkutan.

Sekarang Suto Kang tampaknya tidak terluka apa-apa, padahal sebelah lengannya sudah cacat selamanya, satu jam lagi lukanya akan kambuh dan tak terperikan sakitnya, kecuali lengan ditabas sebatas pangkal bahu, rasanya tidak ada cara pertolongan yang lain.
Muka Suto Kang menjadi pucat seperti mayat, serunya gemetar, "Masa ... masa aku ingin mati pun tidak kau luluskan?"
Meski dia berseru dengan suara keras, tidak urung terputus dan gemetar, semua ini menandakan betapa rasa takut hatinya.
Si kuah daging menghela napas, "Mati enak tidak lebih baik daripada hidup susah, kenapa kau pilih mati saja? Biarpun kau sadar akan kesalahanmu dan harus dihukum mati, kan dapat kau cari seorang untuk menggantikan kematianmu."
Suto Kang melengak, segera ia bertanya, "Cara bagaimana mencari pengganti?"
"Boleh kau pilih salah seorang yang berada di sini, asalkan dapat kau kalahkan dia sejurus saja, maka dapat kujadikan dia sebagai pengganti kematianmu," tutur si kuah daging.
"Tapi kukira tiada seorang pun yang hadir di sini berani ditunjuk olehnya," kata Bok It-poan.
"Jika tidak ada seorang, setengah orang saja bagaimana?" ujar si kuah daging dengan tertawa.

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang