Bab 06: Pembunuh Bayaran

848 22 0
                                    

Liok Siau-hong pernah bercerita, "Ketika berada di Yu-leng-san-ceng, aku sempat melihat seorang menyamar menjadi seekor anjing, tapi orang itu mengatakan kepandaiannya baru sepertiga kemampuan Sukong Ti-sing."

Kini si Genderang dan si Sepatu betul-betul berdiri bodoh, meskipun nama besar Sukong Ti-sing sering mereka dengar, dan mereka pun tahu nama besar si Raja pencuri tak kalah dengan Sebun Jui-soat, namun mereka tidak mengira si Raja pencuri bisa menyamar jadi Dewa pedang, bahkan berhasil mengelabui mereka.

Padahal mereka pun pandai menyamar, syarat mutlak bagi orang yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran.

Mereka tak menyangka kemampuan orang ini mengubah nada suara serta hawa membunuh dapat dilakukan dalam waktu singkat.

Untuk menyamar adalah pekerjaaan mudah, tapi untuk mengubah suara dan logat, jelas bukan pekerjaan gampang, ia mesti belajar mengendalikan otot-otot tenggorokannya, kepandaian langka yang sudah lama punah.

Si Genderang besar tidak bicara lagi, dari sakunya ia ambil setumpuk uang kertas, lalu diangsurkan ke hadapan si Kuah daging, dan bagaikan seekor kupu-kupu yang gemuk, pergi meninggalkan tempat itu.

Si Sepatu bersulam bunga juga tidak bicara, ia ikut angkat kaki dari situ, suara langkahnya jauh lebih enteng bila dibandingkan sewaktu datang tadi.

Memandang kepergian kedua orang itu, Sukong Ti-sing tertawa, tiba-tiba tanyanya kepada si Kuah daging, "Kenapa kau tidak berusaha menahannya?"
"Untuk apa?"
"Sepertinya ia lupa memberikan suatu barang padamu!" yang dimaksud Sukong Ti-sing adalah duit, seperti yang dilakukan si Genderang besar, "Dalam hal ini, tidak seharusnya ia lupa, kau pun bukan seorang pelupa? Kalian pun sama-sama perempuan."
Sesudah berhenti sejenak, kembali kata Sukong Ti-sing, "Biarpun pengalamanku tentang perempuan tidak sehebat Liok Siau-hong, tapi terhitung tidak rendah juga, menurut pengalamanku, jika emas, perak dan intan berlian sudah berada di tangan perempuan, ibarat satu guci arak Li-ji-ang masuk ke perut Liok Siau-hong, jangan harap bisa menyuruhnya memuntahkan keluar."
"Kau keliru besar," tukas si Kuah daging.
"Oya?"
"Justru lantaran aku pun perempuan, maka tak menahannya."
"Kenapa?"
"Karena aku pun seorang pelupa," sahut si Kuah daging tertawa cerah, secerah bunga mawar yang sedang mekar, "aku pun lupa menyerahkan uang kepadanya."
"Kau tidak lupa memberi si Genderang besar segepok duit masakah lupa memberinya pula?''
"Ehmm."
"Kenapa?"
"Sebab ia perempuan, kalau ada orang mengatakan perempuan mesti waspada terhadap kaum pria, pendapat itu keliru besar."
"Jadi yang mesti diwaspadai kaum perempuan adalah perempuan?" sela Sukong Ti-sing.
"Tepat sekali!"

Perempuan memang lebih mengerti kaumnya. "Kini tinggal satu hal yang belum kupahami, dapatkah kau beritahukan kepadaku?" pinta si Kuah daging pada si Pencuri sakti.
"Dapat!" Sukong Ti-sing mengangguk, "biarpun aku bukan Liok Siau-hong, tapi aku pun tak bisa menampik permintaan seorang gadis cantik yang menawan."
"Aku lihat kau punya kesamaan dengannya, mulutmu semanis mulutnya," si Kuah daging tertawa.
Kau sudah mencicipi mulutnya, apakah ingin juga mencicipi mulutku?
Si Kuah daging selain cantik dan menawan, juga pandai, tentu saja apa yang sedang dibayangkan lelaki busuk macam Liok Siau-hong serta Sukong Ti-sing dapat dipahami olehnya, kendati belum mereka utarakan.
Oleh sebab itu ia tak memberi kesempatan kepada lelaki itu unluk bicara, segera ujarnya, "Darimana kau bisa membaca surat tantangan duelku dengan Sebun Jui-soat yang kuminta Lau-sit Hwesio membuat?"
"Darimana kau tahu aku telah membacanya?"
"Kalau belum membaca, kenapa kau bisa menyamar sebagai Sebun Jui-soat menungguku di sini?"
"Jawabannya mudah," Sukong Ti-sing menghela napas panjang, "aku yakin kau pun pasti beranggapan memang begitu kejadiannya. Sayang, dugaanmu kali ini keliru."
"Jadi bukan begitu?"
"Ya."
"Lantas bagaimana?"
"Aku tak ingin menjawab pertanyaanmu, sekarang aku hanya ingin mencicipi semangkuk besar kuah daging yang masih panas dan mengepul ...."
"Bahkan harus aku sendiri yang menyediakan untukmu."
"Tepat sekali," Sukong Ti-sing tertawa tergelak.

Serial Pendekar Empat Alis (Gu Long)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang