Saat malam, Darin main ke rumah Batz.
"Hey, yang.. Gimana kabar Batz?" Tanya Darin langsung duduk di depan badan Nae yang sedang nonton film di laptop Batz
"Udah mendingan, lagi telponan sama Aom" jawab Nar jutek
"Loh kok kamu jutek? Kamu cemburu?" Tanya Darin menarik tangan Nae untuk memeluknya
"Gak. Filmnya lagi bagus" ucap Nae memeluk Darin dan menaruh dagunya di pundak Darin
"Apakah kamu lelah?" Tanya Darin mencium pipi Nae
"Sangat" jawab Nae mengangguk
"Kamu ngapain aja hari ini?" Tanya Darin mengelus pipi Nae dari samping
"Cuma masak sama nonton film seharian" jawab Nae lemas
"Kan sekarang aku sudah datang. Masih lelah?"
"Iya. Maafkan aku mengacuhkanmu. Aku kangen kamu" ucap Nae menarik dagu Darin dan menciumnya.
Darin membalas ciuman Nae. Nae menangis, Darin membuka matanya. Nae menangis dengan mata terpejam dan tetap melumat bibir Darin. Darin ingin melepas ciuman mereka namun dengan cepat Nae menahan wajah Darin dan memperdalam ciuman mereka. Darin membiarkannya dan mengikuti alur ciuman Nae. Nae menangis makin menjadi, Darin mengusap rambut Nae dengan bibir mereka tetap bertautan.Tak lama, Batz turun untuk mengambil minum dengan masih telponan sama Aom.
Batz kaget melihat pemandangan di depannya.
"Cake.. Ada apa?" Tanya Aom via telpon
"Ah.. Itu.. Nae sama Darin sedang ciuman di ruang tengah" ucap Batz menjawab dengan kikuk
"Kamu cemburu?" Tanya Aom
"Bukan gitu, masalahnya Nae nangis di sela ciuman mereka" jawab Batz masih memperhatikan NaeDarin
"Ada apa ya, cake?" Tanya Aom
"..."
"Cake.." Panggil Aom
"..."
"Cake.." Aom kembali memanggil Batz
"Eh.. Iya, kenapa Pie?" Tanya Batz
"Kamu lelah? Istirahatlah" ucap Aom lemah
"Ga kok. Aku abis nuangin minum. Jangan dimatiin. Aku balik lagi ke kamar sekarang" ucap Batz yang tau Aom cemburu mendengar perubahan suara Batz
Batz masih terus berbincang dengan Aom via telpon, ia berjalan kembali ke kamar dengan sesekali memperhatikan Darin Nae yang masih berciuman.Di ruang tengah.
Nae melepas ciumannya dan langsung memeluk Darin erat. Darin mengusap punggung Nae.
"Kamu minep sini ya" bujuk Nae
"Iya. Aku temenin kamu bobo malem ini" ucap Darin mencium pelipis Nae
"Kita ke kamar yuk. Kamu mandi dulu, aku siapkan bajunya" ajak Nae
"Jangan menangis lagi. Aku sangat menyayangimu" ucap Darin menghapus air mata Nae
Nae mengangguk
Setelah merapikan laptop Batz, lalu masuk ke kamar bersama Darin.Usai mandi, Darin memeluk Nae dari belakang, tak butuh waktu lama, Nae sudah terlelap di pelukan Darin.
Darin yang belum bisa tidur memutuskan untuk mengambil minum di dapur dan bergerak sangat hati-hati agar tidak membangunkan Nae.Usai mengambil minum, Darin duduk di ruang tengah.
"Kenapa belum tidur?" Tanya Batz yang sudah duduk di samping Darin
"Belum ngantuk. Lo kenapa ga tidur? Katanya sakit?" Tanya Darin tanpa menoleh ke arah Batz
"Tadi udah tidur, abis telponan sama Aom, belum bisa tidur lagi. Nae udah tidur?"
"Udah, barusan. Lo sayang Nae?" Tanya Darin tiba-tiba
"Sayang. Lo cinta Nae?" Tanya Batz balik
"Gw gatau. Gw tau dia cinta gw. Gw sayang dia. Gw cinta Mario tapi gw ga mau Nae berpaling cintanya dari gw" ucap Darin menghela napas berat
"Keparat" ucap Batz datar
"Iya. Gw emang sekeparat itu" ucap Darin mengakui
"Lo B?" Tanya Batz
Batz Darin tidak ada yang saling memandang. Mereka sama-sama menatap kosong tv yang menyala.
"Ga. Gw S. Tapi beda saat gw sama Nae. Lo tadi liat kan kami ciuman? Gw menikmatinya, sama kaya gw ciuman sama Mario" ucap Darin menyesal
"Jangan sakiti hatinya. Kalo emang lo ga bisa bales, kasi dia pilihan untuk tinggalkan atau bertahan" ucap Batz
"Lo cinta Nae?" Tanya Darin
"Cuma sebatas sayang. Gw cinta Aom" ucap Batz menyandarkan badannya
Darin mengangguk
"Dan gw rasa Nae nyaman sama Aom" ucap Darin ikut menyandarkan badannya
"Apa yang bakal lo lakuin?" Tanya Batz melirik sekilas ke arah Darin
"Entahlah.. Menurut lo gimana?" Tanya Darin
Batz mengangkat bahunya. Lalu mereka diam, sibuk dengan pemikiran masing-masing.15 menit kemudian.
"Gw tidur duluan. Jangan tidur terlalu pagi. Kasi Nae pilihan, jangan jadi keparat" ucap Batz menepuk pundak Darin dan berlalu menuju kamarnya.
Darin mengangguk dan menghela napas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice
Fiksi Penggemar"doa adalah bahasa rindu dan cinta yang paling cepat sampai ke hati tanpa perlu didengar atau dibaca"