Seutuhnya

2.1K 77 22
                                    

Saat diperjalanan pulang, Batz baru ingat kalau ia akan menjemput Nae. Sebenarnya, satu belokan lagi, Batz sampai ke komplek perumahannya. Namun karena sikap pelupanya, alhasil ia memutar balik mobilnya menuju kantor Nae.

"Astagaaaa Batz.. Bodoh banget" gumam Batz sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di stir.
"Mau dihubungin juga percuma, ga akan diangkat, tapi pasti dia masih disana" gumam Batz lagi.

Sesampainya di kantor Nae, Batz langsung masuk menuju lobby dan benar saja seperti dugaannya. Nae masih setia menunggu Batz dengan posisi duduk bersandar di sofa, tangan bersedekap di dada, tasnya ia taruh di atas paha dengan mata terpejam.

"Cantik" ucap Batz tanpa sadar.

Batz duduk di samping Nae dan merapikan rambut Nae yang menutupi wajah cantiknya. Kaca mata yang dipakai oleh Nae sudah dibuka oleh Batz. Kali ini, Batz hanya memainkan hp nya.

15 menit kemudian, Nae mengerjabkan matanya dan menyamankan posisinya. Lalu ia melihat tas yang sangat ia kenali ada di meja di depannya.

Nae langsung membuka matanya dan menegakkan duduknya lalu duduk menyamping melihat Batz yang sedang asik bersandar di sampingnya sambil memainkan hp nya.

"Dari kapan?" Tanya Nae menatap Batz. Batz menatap balik mata Nae, "20 menit lah" jawab Batz dan merapihkan rambut Nae lalu mencium kilat bibir Nae.

"Kenapa ga dibangunin aja?" Tanya Nae mengelus pipi Batz dan mencium bibir Batz kilat.
"Maaf, aku tadi sempat lupa mau jemput kamu. Makanya telat. Sampe sini, kamu tidur karna nunggu aku, mana tega aku ngebangunin kamu. Pasti kamu cape. Apalagi abis meeting. Kita makan di luar dulu ya" ajak Batz memeluk pinggang Nae dan mengeratkan pelukannya.

"Kamu kenapa manja banget deh" tanya Nae ikut merapatkan badannya ke arah Batz.

"Aku kangen" jawab Batz menaruh wajahnya di leher Nae.
Darah Nae berdesir, biasanya, Batz hanya menaruh wajahnya di pundaknya, bukan di lehernya.

"Batz.. Kamu kenapa? Tadi katanya kita mau makan?" Tanya Nae mengalihkan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Oh iya. Kita makan dulu ya" jawab Batz mencium kilas leher Nae lalu melepaskan pelukannya.

Nae menghela napas namun wajahnya merona merasakan kecupan Batz tadi.

Batz berdiri dan mengulurkan tangannya. Usai membereskan hp dan tasnya, Nae menerima uluran tangan Batz dan berdiri. Batz memeluk pinggang Nae dengan posesif sambil mereka berjalan ke arah mobil Batz yang terparkir.

Nae sangat bingung dengan sikap Batz namun dia juga senang karenanya.

Batz mengajak Nae makan di resto. Batz duduk di samping Nae. Mereka duduk di sofa. Sebelum makanan yang dipesan datang, Batz menarik pinggang Nae agar merapatkan badannya di badan Batz. Lalu mengelus lengan Nae.

Nae tersenyum melihat perlakuan Batz. Secara sadar, Nae menyandarkan kepala dan setengah badannya ke pundak dan badan Batz. Batz makin merangkul pinggang Nae bahkan mengusap perut Nae.

Nae ikut mengusap tangan Batz yang memeluk tubuhnya lalu Batz mencium pelipis Nae.

"Kamu kenapa, hah? Kok manja banget?" Tanya Nae menoleh dan mencium pipi Batz.
"Aku mencintaimu" ucap Batz dan langsung melumat bibir Nae. Nae tersenyum sebelum membalas ciuman Batz.

Lalu Batz melepas ciumannya dan Nae mengusap bibir Batz dengan ibu jarinya.

"Iya. Aku juga mencintaimu" jawab Nae dan mencium singkat bibir Batz.

"Maafkan aku ya. Apalagi sifat pelupaku. Bukan sekali aku lupa menjemputmu. Belum lagi masalah yang lainnya yang tentu saja membuatmu kesal. Tapi aku datang hanya bisa membawa kata maaf. Huh.. Kesalahan fatal" ucap Batz menghela napasnya.

"Sayang.. Tidak ada salah benar dalam cinta. Semua lebur. Satu. Itu sih kata pujangga. Yatapi aku percaya semua yang terjadi ada alasannya. Dan aku percaya kamu. Bukan mau dan maksudmu seperti itu. Kalo salah, ya kita perbaiki aja. Jangan dibuat repot" jawab Nae menenangkan Batz.

"Makasih ya udah nerima aku yang ga ada apa-apanya ini" Batz makin mengeratkan pelukannya. "jangan pernah bicara seperti itu. Aku ga suka" ucap Nae mengelus pipi Batz yang dibalas anggukan oleh Batz.

Tak lama, makanan datang. Batz melepas pelukan dari tangan kanannya namun tangan kirinya masih memeluk pinggang Nae posesif.

"Kamu mau makan sambil meluk aku?" Tanya Nae menatap Batz dengan wajah bingung.

"Iya. Biar semua tau kalo kamu cuma milik aku. Gpp kan mb?" jawab Batz posesif dan bertanya pada pramusaji yang dijawab anggukan oleh pramusaji tersebut.

Sontak saja hal tersebut membuat Nae menatap Batz dan pramusaji tersebut dengan tatapan bingung dan senyum canggung namun tidak menutupi wajahnya yang sudah merona.

Setelah pramusaji tersebut pergi, Nae menatap Batz meminta penjelasan namun Batz mengacuhkan tatapan Nae.

"Sejak kapan kamu seposesif ini?" Tanya Nae yang masih betah menatap Batz yang sudah mulai makan.

"Sejak saat ini sampai selamanya. Udah ah. Makan dulu. Aku lapar. Kamu juga. Aaaa..." Jawab Batz dan langsung menyuapkan makanan ke mulut Nae. Mau tidak mau Nae membuka mulutnya dan mengunyah suapan Batz.

Nae menghela napas dan memulai makan dengan perutnya yang terus diusap oleh Batz. Sesekali, Batz minta disuapi dan mencium pipi ataupun bibir Nae dan Nae hanya bisa menerima semua perlakuan Batz.

Usai makan, Batz memesan es krim dan saat ini Nae sedang memainkan hp nya sementara Batz menciumi pundak Nae yang masih ditutupi baju.

"Kamu kenapa?" Tanya Nae menaruh hpnya dan mengelus pipi Batz serta sedikit duduk menghadap Batz.

"Aku ingin memilikimu" jawab Batz singkat. "Kan kita sudah menikah. Udah jelas kita saling memiliki" jawab Nae masih mengelus pipi Batz.

Es krim datang. Nae mulai mencicipi es krimnya lalu menoleh ke arah Batz. Batz langsung melumat bibir Nae yang membuat Nae sedikit kaget.

"Es krimnya enak" jawab Batz setelah melepas ciumannya. "Astagaaaa kelakuanmu yaa" ucap Nae memukul pelan dada Batz yang dijawab tawa kecil dari Batz.

"Nae.."
Batz tertawa kecil melihat Nae yang masih asik memakan es krimnya.
"Iya, sayang" ucap Nae setelah memasukkan buah strawberry ke dalam mulutnya dan menatap Batz.

"Mancing nih" batin Batz.

Benar saja, Batz langsung melumat -lagi- bibir Nae dengan alibi memakan strawberry. Nae tersenyum dan memukul dada Batz namun bibirnya membalas ciuman Batz.

Sangat lama sampai strawberry di mulut mereka habis dan berakhir dengan senyuman. Wajah Nae sudah merona karena perlakuan Batz dan ia memilih menaruh wajahnya diantara pundak dan leher Batz.

"Hahaha sudahlah, ga perlu malu. Sama istri sendiri gini" jawab Batz mencium pelipis Nae.

Nae menegakkan duduknya dan menatap Batz.
"Kamu sih kelakuannya. Hih.." Ambek Nae sambil memajukan bibirnya.
"Minta lagi?" Tanya Batz menggoda Nae yang langsung ditatap tajam oleh Nae. Batz tertawa melihat ekspresi Nae.

"Maafkan aku. Aku hanya ingin memilikimu. Seutuhnya. Seluruhnya. Jiwa raga..." Ucap Batz bersungguh-sungguh menatap dalam mata Nae.

Nae diam mendengar pernyataan Batz dan ikut menatap dalam mata Batz.
Diam.
Cukup lama.

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang