Mulai Nyaman

1.7K 75 86
                                    

Dua bulan berlalu.
Selama dua bulan ini juga kesalnya Nae diiringi dengan wajahnya yang berakhir merah merona. Batz selalu punya caranya sendiri untuk membuat Nae kesal dan berakhir salah tingkah.

Namun tidak dengan hari ini.

Hari ini Batz menganggur di kantornya.

Via chat
-sibuk?- Batz
-gak. Knp?- Nae
-aku ke kantormu- Batz
-iya. Aku tunggu- Nae

15 menit kemudian.
"Ada apa?" tanya Nae yang melihat Batz sudah masuk ke dalam ruangannya.
"Bosen. Ga ada kerjaan" Batz mengambil novel di rak buku Nae lalu duduk di kursi Nae.

Nae saat ini sedang berjalan di dalam ruangannya. Ia sibuk mengambil berkas-berkasnya.

"Duduklah. Aku pusing melihatmu seperti itu" Batz berbicara namun matanya tetap asik membaca.

Nae duduk di hadapan Batz.
"Ngapain disana?" tanya Batz menatap Nae yang dihadiahi tatapan bingung oleh Nae.

Batz menegakkan duduknya.
"Sini" Batz menepuk pahanya menandakan tempat yang harus diduduki oleh Nae.
"Ha?" Nae berucap tanpa bersuara.

Batz menggenggam tangan Nae yang berada di atas meja dan menariknya untuk berjalan dan duduk di atas pangkuannya.

Nae duduk secara perlahan, ia merasa tidak nyaman. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap tubuhnya yang sedikit kaku.

"Santai aja. Kan sama istri sendiri. Gimana nanti aku ajak kamu ke ranjang" goda Batz yang langsung mendapat sentilan ringan di keningnya oleh Nae.

"Ngawur!" Nae kembali duduk dan berusaha menenangkan dirinya.
"Bukannya gw ga mau santai, tapi nih hati yang ga bisa santai. Huh.." batin Nae

"Ga ngawur lah. Lambat laun juga kita ke ranjang. Tapi ya gatau kapan. Sekarang, kita mesraan disini dulu. Kamu santai aja duduknya, temenin aku baca novel ini, nunggu waktu makan siang. Ada meeting?" Batz berusaha menyandarkan badan Nae ke badannya dan membuatnya nyaman.

Perlahan, Nae mulai menyandarkan bagian belakang tubuhnya ke bagian depan tubuh Batz. Dan mulai terasa santai.

Batz yang merasa Nae mulai santai, mulai melingkarkan tangan kirinya di perut Nae sedangkan tangan kanannya memegang novel yang sedang ia baca serta wajahnya yang ia taruh di atas pundak Nae.

Nae memegang tangan Batz yang melingkar di perutnya dan mulai mengusapnya. Batz tersenyum melihat respon Nae.

"Kamu suka komik?" tanya Nae yang sudah mulai nyaman dengan posisinya.
"Ga" jawab Batz datar
"Kenapa?" tanya Nae lagi dan kali ini menolehkan wajahnya untuk melihat wajah Batz.

"Kalo komik kan udah keliatan bentuk orang-orangnya. Aku ga bisa berimajinasi. Ga seru. Aku lebih suka novel" Batz ikut menoleh dan memberi kecupan di bibir Nae lalu kembali membaca.

Wajah Nae bersemu merah dan langsung mengusap wajah Batz dari samping melalui tangan kirinya sedangkan tangan kananya memainkan hp nya.

"Chat siapa?" Batz yang iseng melirik hp Nae penasaran dengan siapa Nae bertukar chat.
"Teman SMP, sekarang jadi rekan bisnis. Nanti ngajak makan siang bareng. Gimana?" tanya Nae menoleh ke arah Batz.

"Yaudah. Nanti kamu aku anter" jawab Batz masih asik dengan novelnya.
"Tapi kamu juga ikut makan siang ya" Nae belum merubah posisinya. Ia masih asik menikmati tiap lekuk wajah Batz.

"Iya. Aku ikut. Ga mungkin aku ngebiarin kamu berduaan. Cewe apa cowo?" tanya Batz lagi dan tetap asik dengan novelnya.
"Cowo. Gpp kan?" tanya Nae lagi dan mengusap pipi Batz.

"Iya. Gpp. Ada aku" jawab Batz menoleh dan tersenyum kemudian kembali melanjutkan bacaannya.
Nae mencium pipi Batz yang membuat Batz semakin tersenyum.

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang