Ulang Tahun

1.4K 63 4
                                    

Keesokan harinya.
Semalam, Batz tertidur sangat lelap. Hal yang tidak ia dapatkan selama setahun belakangan ini. Dan lagi-lagi Aom datang dalam mimpinya dengan senyum bahagianya.

Usai mandi, Batz turun dan langsung menuju garasi. Sudah tidak ada orang di rumah. Batz menaiki mobilnya dan menjalankannya ke panti asuhan.

Sesampainya di panti.
"Miss Batz.." teriak anak-anak berhamburan memeluk Batz saat Batz turun dari mobilnya.
"Hahaha sudah.. Sudah.. Kalian main dulu ya. Bibi mau ngomong sama miss Batz dulu" ucap Bibi In menengahi mereka. Anak-anak mengangguk mengerti dan kembali bermain meninggalkan Batz dan Bibi In berdua.

"Masuk dulu, nak" ucap Bibi In lembut yang dijawab anggukan oleh Batz.
"Ini untuk Bibi" ucap Batz memberikan kantong kertas berisi dompet yang langsung dipakai oleh Bibi In.
"Wah.. Bagus sekali, Batz. Terima kasih, sayang. Dan ini untukmu. Selamat ulang tahun, anakku. Semoga bahagia selalu menyertaimu" ucap Bibi In memakaikan syal yang telah ia buat sendiri.
"Bibi.. Ini sangat bagus dan hangat. Aku sangat menyukainya. Terima kasig, Bi" ucap Batz terharu sambil menciumi syal tersebut dan dijawab anggukan oleh Bibi In serta elusan lembut di pucuk kepala Batz.

"Bi.. Sebelum Aom pergi, dia memberiku amplop coklat. Dan aku baru membukanya semalam saat aku mengingat momen romantis ulang tahun terakhirku dengannya. Di suratnya, ia juga mengucapkan meminta maaf atas semua khilafnya selama hidup dan berterima kasih atas segala yang sudah dia dapat dari kita semua. Mohon maafkan dia bi apabila ada yang kurang berkenan" ucap Batz tersenyum menatap Bibi In.
"Batz.. Seperti katamu, Aom adalah bidadari. Tidak ada yang perlu dimaafkan. Justru Bibi yang ingin berterima kasih atas kelahirannya dan kedatangan hidupnya di hidup Bibi dan semua yang ada disini. Kamu kan tahu sendiri kalo Aom udah kesini, kalian ga akan bisa pulang sebelum anak-anak pada tidur" ucap Bibi In menerawang mengingat betapa sangat senangnya anak-anak dengan Aom.
"Iya, Bi. Sampai saat ini pun, Batz tidak pernah mendengar ada pembicaraan buruk tentang Aom. Ia berhasil mewujudkan citanya" ucap Batz yang juga ikut menerawang
"Cita apa, Batz?" tanya Bibi In
"Cita-citanya hanya ingin jadi manusia yang berguna bagi manusia lainnya serta semesta" ucap Batz tersenyum
"Kamu beruntung, sayang, mendapatkannya. Tuhan lebih sayang padanya. Tuhan tidak ingin bidadarinya terus merasakan kesakitan. Kamu tahu apa yang membuatnya bahagia?" tanya Bibi In menatap Batz
"Bahagiaku, Bi. Bahagiaku adalah pencetus bahagianya. Dia selalu ingin aku bahagia karena dia akan sangat bahagia apabila aku bahagia" ucap Batz menangis.
"Gpp, sayang. Wajar kamu seperti ini selama ini. Kamu pasti sangat kehilangan. Kami saja sangat kehilangan, Bibi ga kebayang jika jadi kamu. Tapi mulai sekarang kamu harus bangkit ya, nak. Kamu harus bahagia. Bukankah kita ingin melihat bidadari kita bahagia disana?" tanya Bibi In
"Iya, bi. Kadang aku menyesal. Sudah setahun aku berantakan. Aku menyia-nyiakan kebahagiaan. Padahal aku tahu, sedihku adalah pesakitan baginya. Tapi egoku membuatku bodoh. Sampai h-1 sebelum aku ultah, dia minta secara langsung di mimpiku untuk mengikhlaskannya bi. Aku tahu, dia selalu memintaku bahagia. Tapi aku merasa sangat kehilangan, bi. Itulah mengapa aku cenderung belum ikhlas. Sampai dia yang meminta, semalam juga aku sudah mengikhlaskannya. Namun apabila aku merindunya, itu ga salah kan, bi?" tanya Batz
"Tidak, sayang. Sangat tidak salah. Kamu merindu dan tetap mencintainya adalah hal yang harus tetap kamu pegang. Bagaimanapun juga, kalian sudah saling mengikat. Bibi yakin, tidak ada yang bisa menggantikan posisi Aom sampai kapanpun di hatimu. Tapi tidak ada salahnya kan kamu mencoba membuka hati? Bibi tidak menyuruhmu jatuh cinta, hanya membuka hati" ucap Bibi In
"Bi.. Kok kalimat Bibi sama dengan surat Aom? Bibi udah baca surat Aom?" tanya Batz tidak percaya. Bibi In tersenyum mendengarkan pertanyaan Batz.
"Kapan kamu terakhir mimpiin dia?" tanya Bibi In
"Semalam. Kenapa Bi?" tanya Batz masih bingung.
"Bibi juga semalam. Dan dia memberitahu Bibi bahwa kamu akan datang. Soal surat tersebut, beberapa kalimat ia buat disini saat menidur siangkan anak-anak. Jadi ada beberapa yang Bibi tahu" ucap Bibi In menjelaskan.

"Bibi tau Aom sakit?" tanya Batz
"Tau. Tapi gatau sakit apa. Bibi pernah memergokinya batuk darah, wajahnya sangat pucat. Karna kami tidak ada uang, akhirnya kami hamya membawanya ke klinik terdekat. Tadinya bibi mau memberitahumu namun di tahan oleh Aom.

"Sangat keras kepala" gumam Batz.
"Sama kaya kamu" timpal Bibi in yang membuat Batz cemberut
"Tapi kamu percaya kan kenapa Aom ga ngasih tau kamu sekarang?" tanya Bibi In lagi.
"Iya, bi. Aku udah paham semuanya sekarang. Aku sangat beruntung, bi, memilikinya. Bibi benar, Tuhan terlalu sayang sama bidadarinya. Dan aku senang, Tuhan mengijinkanku memiliki bidadarinya" ucap Batz tersenyum
"Akhirnya senyummu kembali, Batz" ucap Bibi In mengusap rambut Batz.
"Perlahan ya, bi. Aku akan mencobanya. Ternyata, saat aku mencoba mengikhlaskannya, keberadaan Aom di hatiku makin terasa nyata, bi. Kalau kata pujangga, 'bahkan tiap nafasku menghembuskan namanya', bi" ucap Batz kembali tersenyum.
"Iya, sayang. Bibi akan bantu kamu. Baguslah kalau seperti itu. Bibi ga minta lebih. Aom juga gitu. Cukup kamu sebarkan kehangatanmu saja. Kalaupun nanti kamu kembali jatuh cinta, bibi yakin kamu sudah paham memberikan pengertian kepadanya dan bibi harap dia bisa mengerti" ucap Bibi In tersenyum
"Aamiin bi.. Makasi ya bi" ucap Batz tersenyum
"Kamu mau tidur siang?" tanya Bibi In
"Iya, bi. 26 menit yaa" ucap Batz
"Iya. Bibi tau. Pasti ga akan bisa lebih juga" ucap Bibi In menyindir Batz
"Hahahaha sandaran kenyamananku udah bersandar nyaman disana, bi. Ga ada yang bisa buat aku tidur seharian selain dia, bi. Sekalipun Mamah. Hanya dia. Aku juga heran, tubuhnya punya apa. Bibi inget kan aku tidur sampe seharian dipelukannya?" tanya Batz
"Inget banget. Sampe keluarga besarmu kaget. yang dipeluk ketawa-ketawa, yang meluk kaya ga ada dosa. 26 menitnya ga akan berlaku kalo udah sama istrinya" ucap Bibi In lembut
"Hahahahaha entahlah, bi. Semua yang ada padanya itu nyandu, bi. Padahal aku tidur malam aja ga senyenyak itu, kecuali tidur sama dia. Eh bisa-bisanya tidur siang kaya orang ga sadar. Tapi, bi.." ucap Batz terpotong
"Kenapa, Batz?" tanya Bibi In
"Aku rasa aku bisa membuka hatiku untuk Nae. Aku bisa merasakan mungkin aku bisa nyaman dengannya" ucap Batz
"Baguslah. Lagian kan, Nae juga istrimu. Soal nyaman, jangan kamu bandingin sama Aom. Jalani aja seadanya, jangan dituntut. Karena dihati dan pikirmu, nyaman Aom adalah sempurna. Saat kamu mencoba membandingkan, kamu tidak akan bisa membuka hatimu. Tolong ingat kata-kata Bibi. Saat kamu mencoba membuka hati, jangan pernah bandingkan dengan Aom. Itu hanya akan menyia-nyiakan segalanya" ucap Bibi In
"Baik, bi. Akan aku coba. Aku tidur dulu ya bi" ucap Batz yang dijawab anggukan oleh Bibi In.

Usai tidur siang, Batz menghampiri anak-anak.
"Selamat ulang tahun, miss Batz.." ucap anak-anak serempak
"Makasi, sayang" ucap Batz memeluk satu-satu dari mereka.
"Selalu bahagia ya" ucap mereka lagi dengan kompak.
Batz menatap Bibi In dan dibalas senyuman oleh Bibi In. Lalu Batz menatap semua anak-anak tersebut dengan mata yang berkaca-kaca. Batz seolah melihat Aom berada di belakang anak-anak tersebut. Itu adalah momen yang selalu terjadi di setiap ulang tahun Batz kecuali tahun kemarin karna Aom hanya ingin menghabiskan seharian penuhnya dengan Batz.

Di tahun sebelum-sebelumnya, AomBatz selalu menyempatkan mampir ke panti saat ulang tahun Aom maupun Batz, anak-anak akan mengucapkan selamat dan doa, sementara Aom/Batz berada di belakang anak-anak seolah memeluk mereka. Sebelum akhirnya pamit dan berkencan menghabisi hari ulang tahun berdua.

Momen tersebut kembali muncul kala Batz menatap para anak-anak yang sedang tersenyum padanya saat ini. Lalu salah satu anak menghampiri Batz dan mengusap air mata Batz yang jatuh di pelupuknya.
"Miss Batz jangan nangis lagi. Miss Aom mungkin tubuhnya udah ga bareng kita lagi, tapi kita semua tahu kok kalo miss bidadari selalu ada di hati kita. Dan miss Aom pasti gamau liat miss Batz sedih. Kita semua sayang miss Aom dan miss Batz. Miss Batz bahagia selalu ya biar bidadari kita disana juga bahagia" ucap seorang anak yang bernama Angel. Batz mengangguk dan menghapus air matanya.
"Makasi ya, sayang. Iya, miss Batz juga yakin miss bidadari akan selalu bersama kita. Sekarang, saatnya kita berdoa. Kalian inget kata miss Aom tentang doa?" tanya Batz menatap mereka dengan senyuman dan kali ini tanpa airmata.
"doa adalah bahasa rindu dan cinta yang paling cepat sampai ke hati tanpa perlu didengar atau dibaca" ucap Batz, Bibi In dan semua anak-anak. Lalu mereka semua saling pandang dan tersenyum bersamaan.

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang