Tidak Merubah Rasa

2.3K 84 21
                                    

"Kenapa kamu mengatakannya?" Ucap Nae tenang. Salah. Lebih tepatnya berusaha bersikap tenang. Kenyataannya, hatinya menjerit.

"Kamu harus tau. Aku ga mau ada kebohongan di awal kita. Sekalipun itu menyakitkan. Aku tahu. Maafkan aku" jawab Batz masih menatap lekat dan dalam ke mata Nae.

Nae menghela napas.
"Aku mau mandi dan istirahat. Aku lelah" Nae memalingkan wajahnya, berdiri dan berjalan ke arah kamarnya meninggalkan Batz yang sudah menunduk.

Batz menghela napas pasrah, menyandarkan badannya ke sofa dan menatap kamar Nae yang sudah tertutup sejak tadi.

Lalu Batz ke kamarnya, mandi. Usai mamdi, ia memainkan hp namun air matanya jatuh begitu saja menghangatkan pipinya. Tak ada isak, hanya ada helaan napas berulang kali. Lalu tanpa sadar, ia tertidur dengan hp nya yang menyala dan menampilkan poto Aom yang sedari tadi ia pandangi.

Pukul 7 pm.

*tok tok tok*
"Batz.. Makan malam dulu" Nae mengetok pintu kamar Batz namun tak kunjung ada jawaban.

"Batz.. Batz.. Makan malam dulu" Nae mengetok lagi.

*ceklek*

"Eh.. Nae.. Maafkan aku. Aku ketiduran" jawab Batz dengan masih mengucek matanya yang masih terasa samar-samar.

"Makan malam dulu yuk" ajak Nae menggenggam tangan Batz yang hanya bisa dijawab anggukan oleh Batz.

Sesampainya di meja makan.
"Kamu menangis?" Tanya Nae melihat mata Batz yang sembab.
"Sepertinya iya. Belum pernah ya liat aku nangis? Hehehe" jawab Batz sambil terkekeh

"Aku pikir kamu ga bisa nangis" goda Nae sambil menaruh makanan ke atas piring Batz.
"Aku kan juga manusia. Aom aja yang bidadari bisa nangis, apalagi aku" jawab Batz mengambil minumnya.

"Aom nangis? Wah.. Aku penasaran seperti apa rupanya" jawab Nae antusias.
"Ga berubah. Mau nangis sekalipun, tetap cantik. Lah aku? Nangis dikit, kaya gembel. Hahaha" jawab Batz.
"Hahaha sama kaya aku. Kacau deh kalo udah nangis. Bidadari mah gitu ya. Ga ketandiiiiing" jawab Nae.

Mereka makan dengan berbincang ringan. Tidak ada lagi kecanggungan. Sudah seperti sedia kala.

Usai makan, Batz mengajak Nae menonton tv bersama dengan Batz merangkul pinggang Nae dan kepala Nae ditaruh di pundak Batz dan menyandarkan setengah badannya di badan Batz.

"Batz.."
"Ya, kenapa sayang?" Tanya Batz mengelus perut Nae.

Nae menoleh ke arah Batz dan mengelus pipi Batz. Batz juga ikut menoleh dan tersenyum menatap Nae.

Nae mencium bibir Batz, melumat, menghisap bahkan memberikan gigitan-gigitan kecil di bibir Batz. Batz sedikit kaget dengan ciuman panas Nae namun Batz tetap membalas dan mengikuti permainan Nae.

"Aku mencintaimu" ucap Nae sedikit memberi kesempatan untuk bernapas lalu kembali melumat bibir Batz.

Nae melingkarkan tangannya di leher Batz dan menekan tengkuk Batz, Batz menarik pinggang Nae agar badannya lebih mendekat.

Batz juga mulai meremas pinggang Nae perlahan, lalu tangannya mulai mengarah ke dada Nae. Namun Nae tetap fokus pada bibir Batz.

Batz mulai mengusap dan meremas dada Nae dari luar dan masih terhalang oleh baju. Tangan Nae naik ke kepala Batz. Tiap kali Batz meremas dada Nae, Nae sedikit meremas rambut Batz.

Lalu Batz memberanikan diri untuk memasukkan tangannya ke dalam baju Nae. Bermula dari perut Nae lalu naik semakin ke atas. Setelah mendapatkan tempatnya, Batz kembali meremas dada Nae yang kini hanya dibatasi oleh bra. Nae sedikit mendesah saat itu, namun ia tidak melepas pagutannya pada bibir Batz.

Semakin lama, remasan Batz mulai posesif, ciumannya juga sudah beralih ke leher Nae. Batz mencium, menjilat dan menghisap sehingga meninggalkan beberapa tanda di leher Nae. Desahan demi desahan terus terucap oleh Nae yang membuat Batz semakin bernafsu.

Saat Batz ingin membuka bra Nae, Nae menghentikannya.
"Jangan disini, sayang" ucap Nae yang hanya memundurkan wajahnya.

Batz menatap Nae meminta jawaban.
"Kita lanjut di kamar aja ya" ucap Nae lagi. Batz tersenyum. "Kamu yakin?" Tanya Batz menatap Nae.

"Iya. Aku yakin. Aku milikmu. Tapi gendong ya" ujar Nae mengedipkan matanya. Batz tertawa melihat sikap manja Nae.
"Apapun untukmu, baby" jawab Batz mencium bibir Nae singkat.

"Tv nya matiin dulu" ucap Nae yang dijawab anggukan oleh Batz.

Batz menutup pintu dan mematikan hp, sementara Nae merapihkan rambutnya.

"Kamu ganas" ucap Nae saat Batz sudah didepannya sambil memperlihatkan lehernya. Batz tertawa melihat hasil karyanya.

Batz mengulurkan tangannya, Nae menyambutnya. Lalu Batz menggendong Nae secara bridal style. Nae mengalungkan tangannya di leher Batz.

Saat ditangga.
"Kamu yakin?" Tanya Batz lagi.
"Iya, sayang. Aku yakin. Sangat yakin. Aku mencintaimu. Kejujuranmu tidak merubah rasaku padamu. Malam ini, aku milikmu" ucap Nae mencium pipu Batz. Batz tersenyum sangat manis karena jawaban Nae.

Sesampainya di kamar, Nae yang sedang digendong yang mengunci pintunya. Lalu Batz menaruh Nae di kasur dengan perlahan.

Batz duduk di samping Nae di pinggir ranjang dan menghadap Nae. Nae sedikit mengangkat tubuhnya dan melingkarkan tangannya ke leher Batz. Batz tersenyum dan mulai mencium Nae. Nae membalas ciuman Batz.

Batz beranjak naik dan memposisikan diri di atas tubuh Nae dengan kedua tangannya sebagai penyangga tubuhnya.

Lalu ciuman Batz turun ke leher Nae. Nae mengelus punggung Batz dan terus mendesah. Nae menarik baju Batz ke atas, Batz membantunya. Lalu Batz juga membuka baju Nae.

Tangan Batz sudah meremas dada Nae yang masih tertutupi bra. Nae menjambak rambut Batz karena permainan Batz.

Batz membuka bra Nae dan ciumannya mulai turun ke arah dada Nae. Desahan Nae semakin menjadi kala tangan Batz berada di dada kanannya dan dada kirinya terdapat Batz yang sedang kehausan.

"Oh.. God! Baby... Ah" Nae mencapai puncak pertamanya. Batz tersenyum dan kembali mencium bibir Nae.

"Huh.. Kamu.." Ucap Nae terengah.
"Maafkan aku.. Mau dilanjut ga?" Tanya Batz mengusap keringat di dahi Nae dan menciumnya.

Nae mengangguk tanda setuju dan kembali mencium Batz. Batz kembali memulai aksinya.

Lalu Batz membuka celana mereka berdua dan membuangnya ke sembarang arah.

Batz terus menciumi badan Nae keseluruhan tanpa celah dan memberikan banyak tanda di tiap tempatnya.

"Baby.." Ucap Batz menatap Nae dengan nafas memburu. Tangan kanan Batz mengusap keringat Nae dan mencium keningnya. Nae mengangguk menandakan setuju.

"Ah..." Nae sedikit meringis merasakan sakit. Batz langsung mencium bibir Nae untuk sedikit mengurangi rasa sakit tersebut.

Setelah dirasa tenang, Batz melepas ciumannya dan kembali menatap Nae. Nae menatap Batz dengan sayu lalu tersenyum.

Batz tersenyum dan kembali melanjutkan aksinya. Desahan dan ceracau Nae memenuhi ruangan kamar yang terasa panas.

Mereka terus menyatukan tubuh hingga larut.

Lalu Batz menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka setelah sebelumnya ia menjadikan lengan kanannya sebagai bantal untuk Nae.

Batz menarik tubuh Nae agar semakin mendekat dalam pelukannya. Batz mencium kening Nae dan terlelap setelahnya, mengikuti Nae yang sudah ke alam mimpi terlebih dahulu.

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang