Keesokan harinya.
Pukul 6 am.
Nae ke dapur untuk mengambil minum. Saat Nae sedang menghadap kulkas, Ninew datang dan memeluknya dari belakang. Nae sempat terkejut lalu menoleh.
"Eh.. Ny.. Kamu disini? Kok bisa?" Tanya Nae
"Kenapa kamu menangis saat menciumnya?" Tanya Ninew mencium pipi Nae dan mengacuhkan pertanyaan Nae
"Ah.. Itu.. Aku bingung" ucap Nae memegang tangan Ninew yang memeluknyaNinew membalikkan badan Nae, memegang kedua pipi Nae dan mencium bibir Nae. Nae sempat kaget namun tangan Ninew mengelus pelan rambut Nae yang membuat Nae tenang dan mulai memejamkan matanya serta membalas ciuman Ninew.
Saat lidah Ninew meminta mulut Nae membuka, Nae membuka matanya dan melihat Aom di depannya. Nae melepas ciuman mereka. Dan sedikit mendorong tubuh Ninew. Ninew menoleh mengikuti arah tatapan Nae dan menatap datar Aom lalu memalingkan wajahnya menatap Nae.
"Aku pergi dulu. Nanti aku chat kamu" bisik Ninew di telinga Nae dan mencium kilat bibir Nae
Nae terkejut dan mengangguk cepat. Ninew berjalan melewati Aom, mengambil tasnya di ruang tengah dan keluar dari rumah Batz."Aom.. Itu.. Aku bisa jelaskan" ucap Nae terbata dan mendekati Aom
Aom hanya menatap dingin ke arah Nae.
"Aom.. Bicaralah" ucap Nae menggoyangkan lengan Aom
"Aku mau ngambil susu" ucap Aom datar
"Aom.. Tolong dengarkan aku" ucap Nae menggenggam tangan Aom
"Aku ga berhak marah. Memangnya siapa aku?" Ucap Aom masih datar membawa susu yang telah ia ambil dari kulkas.
"Ya, itu jawaban atas pertanyaanmu" ucap Nae menatap Aom
"Aku mau mandi, minggirlah" ucap Aom masih tetap datar
"Maafkan aku. Jangan acuhkan aku. Aku sangat menyayangimu" ucap Nae menggenggam erat tangan Aom
"Jauhi dia" ucap Aom yang sudah hendak berjalan
Nae tidak menjawab dan melepas genggamannya. Aom menghela napas kasar dan berjalan ke arah kamar Batz. Nae menatap punggung Aom yang berjalan cepat."Kenapa serumit ini" batin Nae
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Darin yang saat ini sedang melihat ke arah Nae. Nae hanya menatap nanar ke arah Darin dan langsung berlari untuk memeluknya. Darin mengelus punggung Nae yang sudah dipelukannya.Setelah pelukan Nae melonggar, Darin mengecup pelipis Nae.
"Aom ngapain kamu?" Tanya Darin memundurkan wajahnya untuk melihat wajah Nae
"Apa yang kamu lihat" tanya Nae menatap mata Darin
"Dia ngapain kamu?" Tanya Darin tegas
"Gak. Aku yang salah" ucap Nae mencium kilat bibir Darin
"Spell the truth" ucap Darin
"Jangan jutekin Aom lagi, dia ga salah" ucap Nae menatap DarinDarin menatap Nae balik, ia ingin melepas pelukannya namun ditahan Nae. Nae makin erat memeluk Darin.
"Jangan seperti ini. Maafkan aku. Tapi kamu juga jangan menyalahkan Aom. Dia ga salah" ucap Nae menangis
"Jangan menangisinya" bentak Darin
"Ga usah ngebentak" ucap Aom datar dibelakang Nae.
Nae menoleh dan mendapatkan Aom yang sedang menatap mereka dingin dan datar. Tatapan Aom Darin saling menusuk tajam. Nae hanya memperhatikan dua orang kesayangannya yang sedang diselimuti aura peperangan dingin."Bukan urusan lo!" Ucap Darin tak kalah datar menatap Aom
"Jelas urusan gw, lo bawa-bawa nama gw" balas Aom.
Mereka tetap saling menatap tajam dan tidak menghiraukan Nae yang sedang bingung menatap mereka."Lo apain Nae?" Tanya Darin
"Nothing" jawab Aom
"Ga usah mainin hatinya"
"Ngaca! Gw apa lo yang mainin hati dia, pengecut" cibir Aom mulai kesal
"..."
"Kenapa lo diem? Ada yang salah dengan kalimat gw? Atau lo ga punya kaca?" Tanya Aom kembali datar
"Fuck you!"
"Yes, you can fuck me if you want. Do it right now my bitch, before i kill you in my shitty bed!" ucap Aom santai
Nae terbelalak dan melepas pelukannya dengan Darin sedangkan Darin geram mendengar jawaban Aom."Pie.." Panggil Batz keluar kamar
"Ya, sayang" jawab Aom lembut menatap Batz dari bawah
"Kamu lagi apa?" Tanya Batz menuruni tangga
"Mau buat sarapan, cake. Kok kamu udah bangun" tanya Aom mengulurkan tangannya menyambut Batz. Batz membalas uluran tangan Aom dan memeluknya.
"Waw.. Kamu udah mandi?" Tanya Batz mencium pelipis Aom
Aom mengangguk
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice
Fanfiction"doa adalah bahasa rindu dan cinta yang paling cepat sampai ke hati tanpa perlu didengar atau dibaca"