Seketika Ki Song-hoa melonjak murka, teriaknya sambil memukuli dada sendiri, "Kau, kau datang lagi! Kenapa kau selalu mengganggu diriku, apakah tak dapat aku diberi sedikit ketenangan?!"
"Dia sudah mati, mengapa tidak kau berikan ketenangan pula?" jawab Leng-hong dengan hambar.
"Justru sekarang akan kuberi ketenangan abadi baginya dengan membaringkannya di bawah tanah" kata Ki Song-hoa."Orang yang kau kubur mana bisa terbang? Bisa jadi setiap saat kau akan kembali lagi ke sini dan menggalinya untuk diperiksa pula" jengek Ki Leng-hong.
Dengan gusar Ki Song-hoa berkata, "Mana boleh kau bicara demikian kepadaku?.... Seumpama aku bukan ayahmu, berdasarkan apa pula kau kira aku takut padamu? Enyah, lekas enyah! Kalau tidak, bisa kukubur kau hidup-hidup bersama dia."
Namun Ki Leng hong tanpa bergerak, ucapnya pelahan, "Tak nanti kau berani menyentuh diriku, betul tidak?.... Kau tahu sebelum wafat kakek telah banyak menyerahkan rahasia padaku, satu di antaranya adalah paling ditakutimu."
Kata-kata Leng-hong ini ternyata sangat manjur, seketika Ki Song-hoa menjadi lesu, katanya, "Sesungguhnya apa kehendakmu?"
"Mayat ini adalah kepunyaanku, tidak boleh kau sentuh dia!" ucap Leng-hong dengan tegas.
"Hahahahaha! Sungguh lucu, mengapa kau pun merasa tertarik pada orang mati? Apakah kaupun serupa diriku...Aha, memang betul, betapapun kau juga she Ki, biarlah kuberikan mayat ini padamu."
Sambil berjingkrak gembira dan tertawa latah, lalu Ki Song-hoa berlari pergi.
Ki Leng-hong mengangkat tubuh Ji Pwe-giok, gumamnya, "Orang lain sama menganggap kau sudah mati, siapa pula yang tahu bahwa orang mati kadang-kadang juga dapat hidup kembali."
Angin dingin menghembus, cabaya bintang berkerlip redup, alam ini memang penuh kegaiban.
oooo 0000 oooo
Di atas batu-batu raksasa itu sudah banyak lumut hijau, di sudut-sudut yang gelap penuh sawang, sampai-sampai debu kotoran juga berbau apek.
Di dalam rumah batu yang seram ini tiada terdapat jendela, tiada angin, tiada cahaya matahari, apapun tidak-ada, yang ada cuma hawa kematian.
Di atap rumah yang tinggi dan lebar itu ada sebuah lubang buncar kecil, setitik sinar matahari menembus masuk dari situ, langsung menyoroti tubuh Ji Pwe-giok.
Anak muda itu sedang gemetar, jangan-jangan Pwe giok benar-benar telah hidup kembali?
Pelahan ia membuka mata, hampir-hampir ia sendiripun terperanjat. Cepat ia melompat bangun, maka terlihatlah pemandangan di dalam rumah batu ini.
Seketika dapat diterkanya tempat ini pasti rumah kuburan yang misterius itu. Kini ia ternyata berada di dalam makam leluhur keluarga Ki.
Kaki dan tangan Pwe-giok terasa dingin, tanpa terasa ia menggigil, pikirnya, "Tentunya aku sudah mati, maka dikubur di sini... Tapi orang mati masa dapat bergerak?... Jangan-jangan sekarang aku telah berubah menjadi setan, menjadi arwah halus?"
Ia kucek-kucek matanya, segera dilihatnya satu orang.
Orang ini berbaju kain belacu putih, duduk di suatu kursi yang longgar dan besar, mukanya kuning, tanpa bergerak, tampatnya juga sangat seram dan penuh misterius.
Tapi Pwe-giok tidak merasakan apa-apa, ia pikir tentu sebuah patung lilin lagi
Ia coba berjalan ke depan, ia merasa di ruangan ini ada silirnya angin, dengan sendirinya angin masuk dari lubang kecil di atap rum ah itu sehingga rambut dan jenggot "patung lilin" tertiup bergerak-gerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seri Renjana Pendekar / A Graceful Swordsman (Ming Jian Feng Liu) - Gu Long
General Fiction1. Renjana Pendekar 2. Imbauan Pendekar Ji Pwee Giok menyaksikan ayahnya yang sudah mengasingkan diri dari dunia persilatan meninggal dibunuh orang, kemudian ayahnya hidup lagi, paman-pamannya yang sudah matipun bisa hidup lagi. Menyaksikan adanya k...