Imbauan 5

1.5K 21 1
                                    

Hiang-hiang memijit pergelangan tangannya yang kesakitan sambil memandang Hay Tong-jing.

"Apa katamu?" tanya Hay Tong-jing.

"Kulihat kau pasti juga menyukai nona Cu itu, cuma sayang dia sudah..."

"Plak", belum habis ucapan Hian-hiang, tahu-tahu Hay Tong-jing telah menggamparnya sehingga dia mencelat jauh ke sana dan terbanting cukup keras.

Keruan nona yang lain menjadi ketakutan dan tiada yang berani bergerak.

Hiang-hiang menangis sambil mendekap mukanya, ratapnya, "Kejam amat kau, jika mau, bunuh saja diriku sekalian!"

Dengan suara bengis Hay Tong-jing membentak, "Supaya kau tahu, jangan kau main gila di depanku, jika kau berani menangis lagi, bisa kubinasakan kau dahulu"

Hiang-hiang benar-benar tidak berani menangis lagi, "Orang galak hanya takut pada orang yang lebih galak", agaknya pepatah ini memang beralasan. Perempuan macam Hiang-hiang, bilamana kau sungkan padanya, maka yang celaka adalah dirimu sendiri.

Hay Tong jing lantas berkata pula, "Baik, sekarang berdirilah kau, tunjukkan padaku di mana mereka."

Sambil menangis Hiang-hiang menjawab, "Tidak perlu cari lagi, mereka... mereka sudah pergi sejak tadi."

"Hm, memang sudah kuketahui tiada sepatah katapun ucapanmu dapat dipercaya." jengek Hay Tong-jing. Mendadak ia menyeret bangun Hiang-hiang, lalu membentak pula, "Coba katakan, kemana mereka pergi?"

"Nona ... nona Cu itu seperti mengidap penyakit berat apa, rupanya dia menyadari umurnya tidak panjang lagi, maka Ji-kongcu didesak agar menikahi dia, bahkan kami dipaksa mengadakan perayaan bagi perkawinannya," tutur Hiang-hiang.

Cerita ini mau tak mau harus dipercaya oleh Hay Tong-jing, diam-diam ia seperti menghela napas, tanyanya kemudian, "Lalu bagaimana?"

"Lalu merekapun masuk kamar pengantin, malahan aku diminta menjadi pengapitnya, dengan sendirinya akupun ikut bahagia bagi mereka, siapa tahu begitu masuk kamar pengantin, mendadak ... mendadak nona Cu itu ..."

"Mendadak kenapa?" Hay Tong-hiang menegas dengan terkesiap.

"Baru saja mereka masuk kamar, seketika nona Cu roboh, tujuh lubang inderanya mengeluarkan darah, keadaannya sungguh sangat mengerikan. Aku menjadi kaget dan ketakutan, hampir saja ku jatuh pingsan. Kulihat Ji-kongcu itu menatap mayat nona Cu dengan terkesima seperti orang linglung, mendadak ia memondong mayat nona Cu terus dibawa keluar..." Hiang-hiang menghela napas panjang, lalu melanjutkan dengan rawan, "Ketika kususul keluar, ternyata mereka sudah menghilang entah kemana, sungguh cepat sekali lari Ji-kongcu itu seperti bisa terbang saja, betapapun tak dapat kususul dia."

"Mengapa kejadian ini tidak kau ceritakan sejak tadi?" bentak Hay Tong-jing.

"Karena...karena para saudara di sini tidak ada yang tahu kejadian ini, maka sengaja ku tutup rahasia ini," jawab Hiang-hiang dengan menunduk.

"Mengapa kau tutup rahasia ini bagi mereka?" Dengan muka merah Hiang-hiang menjawab, "Ku kuatir bilamana diketahui di kamarku ada orang mati, kalau cerita ini tersiar dan diketahui para tamu langgananku, bisa jadi semua langgananku akan meninggalkan diriku."

Cerita ini memang cukup beralasan dan masuk akal, sedikitpun tidak ada titik kelemahannya.

Apalagi Hay Tong-jing juga mengetahui Cu Lui-ji memang keracunan dan racun akan bekerja hari ini, bilamana si nona mati keracunan, ia tahu Ji Pwe-giok pasti juga akan sangat berduka. Dan seorang kalau terluka berduka, dengan sendirinya tindak-tanduknya akan luar biasa dan tidak mengherankan jika mendadak ia lari pergi dengan membawa mayat Cu Lui-ji.

Seri Renjana Pendekar / A Graceful Swordsman (Ming Jian Feng Liu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang