"Tapi masih ada satu hal yang tidak diketahui nona," kata Oh-lolo dengan tertawa.
"Oo? Hal apa?" tanya Lui-ji.
"Racun itu sebenarnya adalah buatanku, makanya adik perempuanku tidak mempunyai obat penawarnya," tutur Oh-lolo.Seketika Lui-ji melonjak kegirangan, teriaknya, "Betul, biarpun racun buatan adik perempuannya, dengan sendirinya iapun paham cara bagaimana menawarkannya."
Keterangan Oh-lolo ini membuat semua orang terkejut dan juga bergirang.
Saking senangnya muka Cu Lui-ji menjadi merah, serunya dengan suara parau, "Jadi pada... padamu terdapat obat penawarnya?"
Oh-lolo mengeluarkan sebuah kotak kecil, katanya, "Inilah obat penawarnya."
Kejadian ini datangnya sungguh terlalu mendadak dan terlalu beruntung, benar2 sukar untuk dipercaya. Cu Lui-ji terbelalak memandangi kotak kecil yang dipegang nenek itu, sekujur badan sampai bergemetar.
"Obat ini sebenarnya tidak ingin kuberikan," kata Oh-lolo sambil menghela nafas. "Tapi Samya benar2 seorang berbudi, bilamana orang baik semacam Samya sampai tidak tertolong, memangnya di dunia ini tidak ada keadilan lagi?"
"Tak ter... tak tersangka kau masih punya Liangsim (hati nurani yang baik)," seru Lui-ji dengan ter-putus2.
Mendadak ia rampas kotak kecil yang dipegang Oh-lolo itu dan didekap erat2 di dalam pangkuannya se-olah2 takut direbut orang lagi. Air matapun bercucuran, serunya saking kegirangan, "Sacek... O, Sacek! Akhirnya... akhirnya kita tertolong! Sudah lama kita seperti bermimpi buruk dan mimpi buruk kini sudah berakhir. Sacek, apakah engkau bergembira?"
Tampaknya Hong Sam juga sangat terangsang dan hampir tak dapat menguasai perasaannya. Setelah mengalami siksa derita sekian tahun, kini dapat terlepas dari lautan derita itu, tentu saja iapun bergirang.
Lui-ji mendekap di depan tempat tidur, saking gembira ia terus menangis ter-gerung2.
Hong Sam membelai rambutnya dengan perlahan, seperti ingin omong apa2, tapi suaranya tersendat sehingga tiada terucapkan sekatapun.
Tampaknya Oh-lolo juga sangat terharu, desisnya dengan hati lega, "Orang baik tentu mendapat ganjaran yang baik, keadilan tentu terdapat pada hati setiap orang. Ai, rasanya sekarang nenek harus pergi saja."
Tapi baru saja ia membalik tubuh, mendadak Pwe-giok menghadang di depannya dan menegur, "Apakah obat itu benar2 obat penawar?"
Oh-lolo tersenyum, katanya, "Ai, anak muda, mungkin sudah terlalu banyak orang jahat yang kau temui, makanya kau tidak percaya kepada siapapun. Apakah kau lihat nenek seperti aku ini tega membikin celaka orang macam Hong-sam sianseng?"
"Memang betul sudah terlalu banyak orang jahat yang kutemui, makanya baru sekarang ku tahu biarpun orang semacam Hong-locianpwe terkadang juga bisa dicelakai orang," jawab Pwe-giok dengan perlahan.
Tiba2 Kwe Pian-sian juga menimbrung, "Apalagi, Hong-locianpwe sudah pinjam ilmu silatmu, tapi kau berbalik hendak menolongnya? Betapapun aku menjadi ikut curiga apakah di dunia ini benar2 ada orang baik hati seperti kau ini?"
Padahal sejak mula ia sudah curiga, cuma urusannya tidak menyangkut kepentingannya, maka dia diam saja. Kini Pwe-giok sudah mendahului membongkar hal itu, maka iapun membonceng biar kelihatan berjasa.
Karena ucapan mereka berdua, hati Cu Lui-ji jadi cemas lagi, perlahan ia berbangkit, katanya dengan melotot terhadap Oh-lolo, "Coba ka... katakan, obatmu ini sesungguhnya obat penawar atau bukan?"
Oh-lolo menghela nafas, jawabnya, "Kalau nona tidak percaya, boleh kau kembalikan saja obat itu kepadaku."
"Mana boleh," jawab Lui-ji dengan suara bengis. "Pendek kata jika obat ini bukan obat penawar, segera kucabut nyawamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seri Renjana Pendekar / A Graceful Swordsman (Ming Jian Feng Liu) - Gu Long
Ficción General1. Renjana Pendekar 2. Imbauan Pendekar Ji Pwee Giok menyaksikan ayahnya yang sudah mengasingkan diri dari dunia persilatan meninggal dibunuh orang, kemudian ayahnya hidup lagi, paman-pamannya yang sudah matipun bisa hidup lagi. Menyaksikan adanya k...