Renjana 7

1.6K 21 0
                                    

"Tampaknya kau tidak sabar menunggu lagi, boleh kau keluar saja jika mau, " kata Ko-lothau. "Cuma kau harus hati2..., Ya, sesungguhnya akupun tidak sabar ingin kau dilihat orang lain, agar seluruh umat manusia di dunia ini mengetahui bahwa lelaku paling cakap dan sempurna di dunia kini telah lahir!"

Ia memutar kasuran yang menutupi lobang keluar itu, maka cahaya lantas menerangi wajah Ji Pwe giok.

Sekuatnya Ko lothau menepuk pula pundak Ji Pwe giok, katanya dengan tertawa, "Kenapa tidak lekas kau keluar?"

"Boleh...boleh kukeluar sekarang juga?" tanya Ji Pwe giok dengan ragu2.

"Mengapa tidak?" jawab Ko lothau dengan tertawa. Hendaklah kautahu, selanjutnya tidak perlu lagi kau takut bertemu dengan siapapun, seterusnya tiada orang yang mengenal kau lagi.

Pwe giok memandangi Cia Thian pi sekejap, dilihatnya ketua Tiam jong pay itu masih terus bergumam, "Orang mati bisa berkeringat...orang mati telah menghilang..."

Pedih juga hati Pwe giok, ia pegang tangan Cia Thian pi, katanya dengan menyesal, "Cianpwe, engkau..."

"Tak perlu kau pikirkan dia, " seru Leng hong mendadak sambil berpaling, "Karena aku yang mengakibatkan dia gila, dengan sendirinya akan kujaga dia. Di Sat jin ceng ini tiada orang lain yang akan tahu rahasiaku, juga tidak bakal ada orang yang menemukan dia.

"Jadi nona sendiri masih akan berdiam di Sat jin ceng sini?" tanya Pwe giok.

"Mengapa tidak?" jawab Leng hong ketus.

"Tapi Ki Song hoa..." Pwe giok ragu2 untuk meneruskan.

"Hm, jika dia tahu aku belum mati, asal melihat mukaku mungkin akan lari terbirit-birit, mana ia berani mencari perkara lagi padaku, " jengek Ki Leng hong. "Maka jangan kuatir terhadap dia, tidak nanti dia berani menanyaiku cara bagaimana kita dapat lari keluar."

Mendadak ia memandang Pwe giok dengan sorot mata dingin dan tajam, dia telah kembali kepada keangkuahannya semula, lalu katanya pula, "Nah, kenapa kau tidak lekas pergi? apakah perlu tunggu pikiranku berubah lagi?"

Ko lotahu menyela dengan tersenyum, "Ya, tampaknya memang lebih baik lekas kaupergi saja, pikiran orang perempuan memang sangat mudah berubah."

OOOO00000OOOO

Tiba di luar rumah kertas itu, cahaya sang surya menyinari baju Pwe giok yang putih bersih itu, pakaian ini dengan sendirinya juga disediakan oleh Ko lothau.

Dengan baju yang baru, dengan wajah baru, kini Ji Pwe giok berada kembali ditengah Sat jin ceng. Dunia ini seakan-akan sedang menyambut kemunculannya dengan segala sesuatu yang serba baru.

Di bawah cahaya sang surya yang cemerlang, sampai-sampai Sat jin ceng yang biasanya seram menakutkan inipun penuh suasana hangat, tercium bau harum bunga dan kicau burung yang merdu sama sekali tidak tercium bau darah lagi.

Pwe giok mendekati sebuah sungai kecil, dengan air sungai ia berkaca, dilihatnya bayangan seorang pemuda tampan seperti lukisan sedang memandangnya.

Pemuda ini kelihatan seperti Ji Pwe giok, tapi seperti bukan Ji Pwe giok, meski mata alis pemuda ini menyerupai Ji Pwe giok,namun entah berapa kali lebih cakap daripada Ji Pwe giok.

Jika alis Pwe giok semula agak tebal, sekarang alis pemuda ini sudah dibenahi sedemikian bagusnya. Jika pemuda sekarang ini diibaratkan sebuah lukisan karya seniman nomor wahid, maka Ji Pwe giok boleh dikatakan cuma barang tiruan dari pelukis kaki lima.

Sampai terkesima sendiri Pwe giok memandangi bayangan di permukaan air itu, gumamnyal "Masakan ini diriku?...wahai Ji Pwe giok, perlu kau ingat, wajah ini kaupinjang pakai untuk sementara waktu saja, jangan sekali-kali kau melupakan dirimu sendiri.

Seri Renjana Pendekar / A Graceful Swordsman (Ming Jian Feng Liu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang