Renjana 17

1.3K 21 0
                                    

Setelah memetik bunga mawar itu, tanpa berpaling lagi Cu Lui-ji lantas kembali ke loteng sana.

Ko Tiong dan lelaki baju hijau itu terpesona, wajah mereka tampak linglung seperti tergila-gila kepada anak dara itu sehingga lupa daratan.

Kwe Pian-sian jadi terheran-heran, ia tidak mengerti apa sebab apakah kedua orang ini berubah seperti orang kehilangan ingatan.

Padahal, sekalipun Cu Lui-ji memang seorang dara yang cantik, betapapun usianya baru 11-12 tahun, masa dua laki-laki setengah umur begini juga tergila-gila kepadanya?

Tertampak langkah Cu Lui-ji yang lemah gemulai, bajunya yang tipis bergerak terembus angin, tubuhnya yang lemah itu seolah-olah juga melayang ke sana tertiup angin. Mendadak anak dara itu menoleh dan tersenyum, sorot matanya yang bening itu seperti tidak sengaja melirik sekejap ke arah Kwe Pian-sian.

Seketika Kwe Pian-sian merasa dirinya hampir melupakan usia anak dara yang masih kecil itu, yang tampak olehnya hanya liuk pinggang si nona yang menggiurkan, selebihnya ia tak tahu lagi. Hampir-hampir saja iapun mengintil ke sana.

Tapi apapun juga dia memang lebih kuat dan dapat mempertahankan diri, hatinya hanya terguncang sekejap saja setelah itu tenang kembali. Sementara itu Cu lui juga berjalan kembali ke ujung rumah sana, Ko Tiong dan temannya mengikutinya kemudian juga ikut lenyap di balik pintu sana.

Sejak tadi Gin-hoa-nio juga mengikuti kejadian tersebut dan baru sekarang ia menghela napas dan berkata, "Siluman, budak cilik ini benar-benar siluman, sekecil itu sudah mampu memikat dua lelaki sebesar itu. Pada waktu aku berusia sebaya dia, akulah yang ikut kian kemari di belakang lelaki".

Setelah berhenti sejenak, mendadak ia tertawa dan berkata pula, "Hihi, untung iman tuan Kwe kita cukup teguh, kalau tidak, hampir saja tuan Kwe kita juga ikut terperangkap olehnya"

"Bukan karena lwekang ku tinggi, melainkan pengalamanku terhadap perempuan jauh lebih banyak daripada kedua orang itu," kata Kwe Pian-sian dengan tertawa.

"Sungguh aku tidak paham, untuk apakah budak cilik itu memikat kedua lelaki itu?" ucap Gin-hoa-nio dengan tertawa. Mendadak sinar matanya mencorong terang, ia berseru pula, "Ah, tahulah aku, budak cilik itu sedang memancing ikan, bilamana kedua orang tolol itu terpancing ke atas loteng sana, maka segenap kungfu mereka pasti akan terhisap ludes oleh si sakit tbc itu"

"Ya, memang begitu" kata Kwe Pian-sian

"Sungguh tak tersangka, sekecil itu dia sudah mahir memancing ikan dengan "Bi-jin-keh" (akal dengan memperalat perempuan cantik)," ujar Gin-hoa-nio dengan tertawa. "Tanpa disadari kedua orang tolol tadi, tahu-tahu telah terjebak."

"Tampaknya, sebabnya Ang-lian-hoa dan lain-lain datang ke sini untuk mencarinya memang juga cukup beralasan" kata Kwe Pian-sian sambil memandang Ji Pwe-giok.

"Memangnya tidak cuma sekali ini saja perbuatan nona cilik itu?" tanya Pwe-giok.

Melihat caranya bertindak tidak canggung-canggung itu, jelas sudah tidak sedikit korban yang terjebak di tangannya, makanya Ji Hong-ho mengerahkan orang sebanyak ini untuk melayani dia" ujar Kwe Pian-sian.

"Ya, kukira begitu," kata Pwe-giok. "Kalau tidak, tokoh macam Ang lian hoa tidak nanti sudi diperintah oleh Ji Hong ho."

Hal ini mungkin tidak diketahui orang lain tapi cukup diketahuinya dengan jelas, sebab Ang lian hoa juga sudah menaruh curiga terhadap "Ji Hong ho" itu.

"Hah, sungguh menarik juga," kata Kwe Pian sian dengan tertawa, "seorang anak perempuan berumur belasan ternyata begini besar kesaktiannya. Orang macam begini jelas bukan orang sembarangan, mungkin tidaklah mudah bagi Ang lian hoa untuk melayaninya."

Seri Renjana Pendekar / A Graceful Swordsman (Ming Jian Feng Liu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang