02

7.2K 364 5
                                    

Aryo melemparkan sebungkus rokok diatas meja kaca. Dengan malas dia menjatuhkan dirinya dan terduduk santai diatas sofa empuk. Tangannya menyalakan pematik dan mulai membakar sebatang rokok yang terselip dijarinya. Menghisap dan menghembuskan asap racun itu keudara.

"Dapat darimana tuh bule-bule?"

Terdengar kekehan pelan, Aryo menoleh ke sosok pria disebelahnya yang hanya mengenakan celana boxer sama seperti dirinya. Pria itu Valdie, sahabat karibnya.

"Ujang yang cari. Gue lagi pengen 'main' sama cewek bule."

Mata mereka bersamaan menatap liar kearah tempat tidur besar yang terlihat sangat berantakan. Dua tubuh polos wanita berambut pirang dan berkulit seputih susu terbaring lelap dengan damai. Mereka berdua tidak mau repot-repot menutupi tubuh telanjang para wanita itu. Toh, pemiliknya sendiri tidak masalah.

Aryo masih menikmati hisapan rokoknya saat suara ponselnya berbunyi menandakan ada pesan. Dengan malas dia meraih ponsel itu dan membaca pesan yang masuk. Tiba-tiba rahangnya mengeras seperti menahan emosi. Valdie, disebelahnya tersenyum miring melihat reaksi Aryo. Pasti masalah itu lagi.

Terdengar suara lemparan keras diatas meja kaca, syukurlah meja itu tidak pecah. Ponselnya sendiri terpelanting kebawah meja setelah dilempar dengan kasar.

"Ibu lu lagi?" tebak Valdie

Aryo menghela nafas lelah dan menganggukkan kepala. Tangannya disilangkan kedepan dadanya dan memunculkan ukiran otot-otot yang begitu dipuja banyak wanita.

"Dia mau ngundang tuh cewek parasit kerumah, dan nyuruh gue pulang buat ketemuan. Gila ga tuh?! Tetap aja usaha buat jodohin gue sama cewek lintah!" jelasnya ketus

Kali ini Valdie tidak bisa menahan tawanya dan harus menerima tatapan mematikan dari sahabatnya yang sedang galau.

"Tapi kan cakep, Ar. Body nya juga mantap. Lumayan lah buat bikin lu senang diranjang...hahaha!" canda Valdie yang bukannya menghibur tapi menambah kerutan dikening Aryo.

Aryo menatap tajam kearah Valdie sebelum membalas perkataan sahabatnya itu.

"Hana Habiebah tidak lebih dari parasit, jijik gue bahkan dekat dengan dia. Dia sudah memanfaatkan kebaikan ibu gue dan sekarang mau jalan pintas jadi orang kaya dengan mengikat gue. Mimpi kali itu lintah!" geram Aryo.

Valdie memutuskan sekarang waktunya serius. Jika menyangkut seorang wanita bernama Hana, Aryo pasti akan selalu naik darah.

"Yah, lu bilang aja ga mau. Beres kan?!"

Aryo terdiam mendengar perkataan Valdie. Bisa saja dia menolak. Namun setiap membicarakan Hana, ibunya sangatlah antusias. Tersirat kebahagiaan jika mendengar apapun kabar tentang Hana. Entah guna-guna apa yang telah diberikan parasit itu pada ibunya.

"Dan bikin ibu gue kecewa. Tidak Val, aku tidak mau." balas Aryo

Aryo begitu sayang dan hormat pada ibunya. Kejadian saat dia berumur tujuh tahun dulu begitu mengakar diotaknya. Dia hampir kehilangan sosok ibu yang selalu menyayanginya karena penyakit jantung. Karena itulah, Aryo selalu menyanggupi apapun keinginan ibunya selama dia sanggup. Tapi kali ini Aryo benar-benar menyerah.

"Sekarang lu mau ngapain?" tanya Valdie sambil mengecap minuman keras langsung dari botolnya.

Aryo masih terdiam ditempat. Bahkan rokoknya dibiarkan menyala tanpa ada niatan kembali menghisapnya.

"Gue ga tau mau ngapain..." jawan Aryo sendu

Dan keheningan menyelimuti mereka.
Terlihat gerakan pelan dari atas tempat tidur. Sosok seorang wanita berambut pirang dengan malas mendudukkan dirinya dan menatap sekeliling. Matanya menangkap dua orang pria duduk disofa tidak jauh dari tempat tidur. Senyum merekah dibibir merahnya. Dengan pelan namun intens dia mengguncang tubuh telanjang lain disebelahnya dan membuat tubuh itu terbangun. Dengan nakal dia mengerling dan mengisyaratkan dengan mata kearah dua pria yang mengawasi mereka dari sofa. Wanita itu ikut tersenyum.

Kedua wanita itu beranjak dan berdiri mengabaikan ketelanjangan mereka. Berjalan dengan erotis kearah para pria yang kembali mengeras menerima kehadiran mereka.

"Sekarang lupain dulu masalah lu dan kita nikmati 'santap malam' ini, bagaimana?" tawar Valdie

Kedua wanita pirang itu mendudukkan pantat polos mereka dipangkuan para pria dan menciumi apapun yang bisa digapai dengan bibir merah mereka.

Desahan Aryo terdengar jelas memenuhi ruangan saat sepasang tangan memijat pangkal pahanya, tepatnya di kejantanannya.

"Udah daritadi gue lupain, Val"

Dan mereka berdua tertawa disela-sela desahan.

-----------------------------------------

Ditempat berbeda diwaktu yang sama, terlihat seorang wanita terduduk diatas tempat tidur sambil memegang sebuah frame foto.

Matanya menatap rindu pada tiga manusia yang berada didalam foto. Seorang pria merangkul mesra wanita disebelahnya dan seorang wanita paruh baya berdiri disisi lain siwanita dan menggenggam tangannya lembut. Senyum bahagia memenuhi wajah mereka bertiga.

"Ayah, Ibu, Nenek...Hana rindu kalian"

Tangan mungilnya mengusap pelan airmata yang menetes disudut matanya.

Seminggu sudah nenek yang begitu dia sayangi pergi menyusul kedua orangtuanya. Sekarang Hana hanya tinggal sendiri dirumah kecil milik neneknya. Dia sangat kesepian dan selalu menangis dimalam hari. Hana tahu jika perbuatannya akan membuat sedih nenek dan kedua orang tuanya. Tapi dia hanya seorang manusia biasa yang berusaha tegar didepan semua orang namun rapuh disaat dirinya hanya sendiri.

Perlahan tangannya meletakkan frame foto itu diatas meja. Hana menidurkan dirinya dan menarik selimut tinggi hingga kedadanya. Berharap kehangatan selembar kain itu mampu menghilangkan rasa sepi dihatinya.

Selamat tidur Ayah, Ibu, Nenek....aku mencintai kalian

-------------------------------

Ciaaooooo......



L.O.V.E (Why You Hurt Me So Much)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang