17

2.6K 210 48
                                    

Nih ane kasih lagi amunisi cinta...HAHAHAHA!!!

-------------------------------------

"Harus ya? Apa tidak bisa diganti Surat Keterangan Lahir dari Bidannya, bu? Kalau itu Saya ada...nanti difotokopi."

"Tidak bisa Bu Hana, maaf. Tapi sesuai peraturan yang dibuat Kepala Yayasan yang baru, pendaftar harus melampirkan fotokopi Akte Kelahiran dan memperlihatkan yang asli pada pihak sekolah."

Sungguh, salah satu guru yang memang sudah mengenal Hana tidak tega melihat wajah lesu wanita itu. Tapi apa boleh buat. Kepala Yayasan yang sekarang begitu ketat dengan peraturan.

Ada sih beberapa sekolah yang masih menerima Surat Lahir tapi lokasinya terlalu jauh hanya untuk TK. Dan Yuri sudah sangat bersemangat untuk masuk sekolah. Gadis kecil itu pasti kecewa jika Hana membatalkannya.

"Ya sudah Bu...apa boleh buat. Terima Kasih ya, Bu. Permisi." pamit Hana.

"Sama-sama Bu Hana. Sekali lagi Saya minta maaf."

Hana hanya membalas dengan senyum dan anggukan samar.

Sampai diluar, Hana kembali berbalik dan memandang bangunan yang dia kira bakal menjadi sekolah putrinya. Desahan lelah dan kesal pun terhembus.

"Ck...kenapa juga Kepala Yayasan harus ganti pas Yuri mau masuk..." gerutunya sambil berjalan kearah parkiran motor.

Hana pulang dengan membawa kembali berkas-berkas Yuri.
.
.
.

Rika. Mahasiswi yang sedang liburan dan pulang kekampung. Hitung-hitung memperbaiki gizi katanya.

Gadis manis itu sekarang sedang bermain dengan Yuri dan seekor kucing berbulu setengah lebat. Hasil perselingkuhan kucing persia Pak RT dengan joni, si kucing kampung yang suka berkeliaran didekat Panti Asuhan.

"si Kutil makin gede makin lucu ya, Dek?"

Yuri manggut-manggu dengan semangat. "Iya Kak Lika...lucu banget deh...Adek suka. Tapi mamanya udah ga cinta cinta lagi sama joni..."

Rika takjub. Apa ini. Inikah wujud anak milenial yang sebenarnya. TK aja belum udah tau cinta cinta.

"Ee...Emang adek tau cinta itu apa?" tanya Rika penasaran.

"Tau dong!"

Bibi Yi yang sudah memperhatikan mereka dari tadi jalan mendekat dan duduk disebelah Rika. Sama-sama penasaran.

"Cinta cinta itu kalo cowok sama cewek ketawa-ketawa beldua, bicik-bicik tlus dekat-dekat."

Tawa Rika langsung pecah dan Bibi Yi mengurut dada mengucap syukur. Untung Yuri tidak berpikir jauh. Mulai malam ini Bibi Yi akan melarang sinetron diputar di Panti. Nenek Dana harus nurut dan tidak boleh membantah. Padahal Bibi Yi dan Hana juga suka nimbrung. Nonton bareng, bahas bareng, baper bareng, emosi bareng.

Suara motor Hana terdengar mendekat. Ketiga perempuan berbeda generasi itu langsung menoleh.

Yuri yang tahu bundanya pulang langsung bangkit berlari kearah motor Hana yang sudah berhenti.

Yuri menunggu Hana selesai mematikan mesin dan menggantung helm, baru gadis kecil itu melompat kepelukan bundanya.

"Bunda gimana? Adek jadi sekolah kan?"

Hana tersenyum dan menyelipkan anak rambut Yuri kebalik telinganya. Dengan gemas dicubitnya pipi gembil itu lembut.

"Iya dong, Dek...masa ga jadi. Tapi syaratnya Adek harus bobo siang sekarang, ya?"

Yuri langsung merosot turun dari gendongan Hana dengan cepat sampai membuat Hana kaget.

"Dek Yuri jangan gitu lagi, bahaya!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

L.O.V.E (Why You Hurt Me So Much)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang