Kedua wanita itu menatap kehamparan rumput ditaman belakang sebuah rumah sakit. Menikmati hembusan angin yang menerpa lembut wajah mereka. Berkhayal andaikan angin bisa membawa beban masing-masing, mereka mungkin bisa kembali tersenyum bahagia.
"Sebentar lagi yah?"
Wanita disebelahnya mengangguk dan tersenyum. Tangan kanannya dengan lembut mengusap-usap perutnya yang sudah membesar sempurna. Tak bisa ditutupi raut bahagia yang terpancar dari wajah cantiknya.
"Iyah. Dokter Yudha mengatakan dia akan menjadi gadis yang sangat cantik"
Wanita yang bertanya tadi terkekeh pelan.
"Ternyata kau sudah menaklukannya yah? Biasanya dia selalu dingin pada pasien manapun. Mukanya itu sedatar papan triplek!"
Wanita yang sedang hamil besar itupun ikut tertawa pelan
"Dia itu suamimu, Ika. Kau ini jahat sekali"
Dan mereka tertawa bersama dilatari matahari sore. Perlahan tawa itu berhenti dan mereka berdua kembali dalam kesunyian.
"Suci. Jika nanti aku tidak bisa bersama kalian lagi. Titip Aryo yah..." wanita itu menggigit bibirnya keras berusaha menahan isakan yang akan keluar dari mulutnya. Tanpa dia sadari airmatanya kembali mengalir.
"Ika! Kau akan baik-baik saja. Kau tidak akan pergi kema..."
"Aku. Akan. Mati, Suci!" Ika langsung memotong perkataan Suci.
Sudah lelah hatinya diberi harapan-harapan yang jelas hanya sebuah kebohongan belaka. Sampai saat ini belum ada satupun donor yang berhasil dia dapatkan. Menjadi istri seorang dokter dan pemilik rumah sakit besar tidaklah menjadi jaminan. Ika sudah pasrah.
"Kau terlalu lemah! Apa kau berhenti berjuang untuk suami, putra dan untuk dirimu sendiri!"
Hilang sudah kesabaran Suci. Untuknya yang sudah melalui banyak penderitaan, sikap pasrah Ika benar-benar membuatnya sangat marah.
Suci harus mempertahankan kehamilannya disaat sang suami pergi untuk selamanya. Kehidupan rumah tangga yang pas-pasan membuatnya tidak memiliki peninggalan apapun. Hanya ibunyalah yang kini dia miliki. Seakan itu belum cukup, Suci harus berjuang melawan kanker payudara yang menggerogoti tubuhnya sejak remaja. Dan dia berhasil.
Namun kali ini kasusnya berbeda. Ika, wanita yang baru menjadi sahabatnya selama dia dirawat, menderita penyakit jantung yang sudah tergolong parah. Ika membutuhkan donor yang sampai sekarang belum didapatnya.
"Tidak! Aku lah yang paling tidak ingin meninggalkan mereka, Suci! Tapi masa tungguku sudah mulai menipis...rasa sakit itu semakin lama semakin sering kurasakan...aku...aku...ukh!"
Ika merasakan sakit yang teramat sangat didadanya. Tubuhnya langsung jatuh bersimpuh. Seakan bisa mengurangi rasa sakitnya, Ika meremas lapisan baju didadanya dengan sangat erat.
"ASTAGA!!! IKA!!"
Betapa paniknya Suci melihat Ika yang sudah tersungkur ditanah dan meringis kesakitan. Tanpa memperdulikan perutnya yang sudah membesar, Suci langsung menarik dan memapah tubuh lemah Ika dan menyeretnya setengah berlari. Disepanjang jalan Suci berteriak minta tolong.
"TOLONG...TOLONG! DOKTER! SIAPAPUN TOLONGLAH!!!"
Sontak para perawat langsung berlarian kearah mereka dan mengangkat Ika dari tubuh Suci. Dengan cepat mereka membawa tubuh kesakitan itu berbaring diatas tempat tidur dan mendorongnya ke unit darurat.
Mata Suci tidak pernah lepas ke Ika yang sedang berbaring, mendapatkan berbagai macam perawatan dari para dokter. Posisinya yang sebagai istri pemilik rumah sakit cukup menjadikannya prioritas. Suci terus dan terus berdoa didalam hati mengharapkan yang terbaik untuk teman barunya itu.
Suci tidak menyadari sesosok yang sedang berlari panik kearahnya sampai tangan pria itu menyentuh bahunya.
"Suci, dimana istriku?" tanya dokter Yudha panik.
Tanpa berlama-lama Suci langsung menunjuk kearah IGD.
"Dia disana, tadi..."
Tanpa menunggu Suci menyelesaikan ucapannya, Yudha langsung berlari masuk ketempat dimana istrinya sedang memperjuangkan hidupnya.
"Suci!"
Suara seorang wanita menarik atensinya. Dengan cepat dia menoleh kebelakang dan mendapati ibunya berlari tergopoh-gopoh kearahnya.
"Kau seharusnya istirahat dikamarmu, nak! Bukannya malah berdiri disini!"
Ibunya menarik dengan lembut tangan Suci dan membawanya kearah kamar rawat inapnya.
"Bu, aku haus~" pintanya lirih
Ibunya hanya menggelengkan kepala mendapati raut lelah putrinya. Berusaha menguraikan ketegangan yang baru dialami putrinya, sang ibu berkata
"Kamu itu yah, sebentar lagi mau jadi ibu masih aja manja. Nanti kalau..."
Suci sudah tidak lagi mendengar kata-kata ibunya. Semuanya terdengar samar bagai suara gaung. Tubuh ibunya yang sedang membelakangi terlihat mengabur dipandangannya. Suci berusaha memanggil ibunya namun tidak ada satupun suara yang berhasil dia keluarkan. Wajahnya memucat saat rasa sakit itu disertai aliran hangat diantara kedua kakinya.
Darah
"YA TUHAN, SUCI!!!"
Tidak lagi diperdulikan ibunya gelas plastik yang sudah terlepas dari genggamannya dan airnya membasahi lantai.
Ibunya langsung beranjak panik mendekati tubuh putrinya yang meringis kesakitan. Betapa takutnya dia saat melihat aliran darah yang sudah menggenang dibawah kaki Suci.
Ibunya langsung berlari dan berteriak dari depan pintu. Sesekali matanya melihat keadaan Suci yang semakin melemah. Dengan emosi Ibunya terus berteriak memanggil dokter dan perawat mencari bantuan. Detik berikutnya para perawat dan dokter masuk dan langsung menangani Suci.
Manusia tidak bisa menebak apa takdir yang akan mendatangi mereka. Manusia tidak bisa mendahului kehendak dari Tuhan.
Terutama Nyawa.
Ika yang pasrah dan mengira akan pergi meninggalkan Yudha dan Aryo untuk selamanya, kembali mendapatkan harapan untuh hidup.
Suci yang akhirnya melahirkan putrinya, Hana Habiebah, ditakdirkan Tuhan untuk menyusul suaminya dan meninggalkan putrinya seorang diri didunia ini.
Sekali lagi manusia tidak dapat menebak dan mendahului kehendak Tuhan.
Suci merelakan jantungnya untuk Ika
Dan kejadian hari ini yang akan memulai kisah anak- anak mereka yang penuh dengan tawa dan air mata.
---------------------------------
Maafkan ane...
Belum beres cerita yang lain malah nambah lagi
Tiba-tiba aja pengen nulis cerita model begini...Ciaoooo
![](https://img.wattpad.com/cover/85849491-288-k901345.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
L.O.V.E (Why You Hurt Me So Much)
RomansaBersama mereka Menyayangi kedua nya dan mungkin jatuh cinta pada keduanya Tapi yang tidak aku tahu Mereka berdualah yang menghancurkan masa depanku Kedua pria itulah yang mengelapkan masa laluku Dan kedua pria itu pula yang telah merenggut kehormata...