05

5.9K 332 5
                                    

Aryo memandangi sahabatnya yang sedang bercumbu dengan wanita penghibur berwajah oriental. Tangan Valdie bahkan sudah menghilang, masuk kedalam gaun mini yang sudah terangkat sampai keperut siwanita. Wanita itu membuka lebar tungkainya mengangkangi paha Valdie dan semakin memberikan keleluasaan jemari pria itu untuk mengaduk-aduk pusat gairahnya. Desahan dan erangan yang tidak ditutup-tutupi keluar dari bibir merah itu. Bahkan wanita itu sengaja menggerakkan pinggulnya, memancing Valdie untuk memasukkan jarinya semakin dalam. Wanita itu melumat bibir Valdie dengan liar, terus dan terus merasa tidak cukup. Sedangkan Valdie hanya terkekeh disela ciuman mereka. Namun matanya melirik kearah Aryo yang terus menenggak minumannya sampai tandas. Matanya mengikuti gerakan Aryo kembali menuang minumannya kegelas. Valdie yakin jika sahabatnya itu sudah hampir mabuk. Dengan lembut dia melepaskan ciumannya.

"Baby, kau tunggu aku dikamar yah?" rayu Valdie

"Okey" balas siwanita sebelum mencuri satu ciuman kilat.

Valdie tersenyum geli memandang kepergian si wanita penghibur yang berjalan dan tanpa malu memakai kembali celana dalamnya didepan orang-orang yang memandangnya lapar. Namun detik berikutnya matanya langsung fokus pada sang sahabat.

"Jadi kali ini apa lagi, sobat?" tanya Valdie sambil menuang minuman untuknya

Aryo mendesah lelah. "Seminggu lagi, Val. Lebih baik gue mati aja sekarang."

"Dan meninggalkan semua kesenangan seperti ini." tangan Valdie melebar terbuka.

Aryo yang malas membalas ucapan Valdie menidurkan kepalanya kesofa dan memejamkan mata. Valdie yang melihatnya lama-lama tidak tega juga.

"Ya udahlah, Ar. Kalau memang ga bisa dicegah, nikmati saja. Lo tinggal bilang ke istri parasit lo nanti buat urus diri masing-masing. Gue rasa dia ga akan berani menolak."

"Tetap aja gue tidak sanggup, Val. Melihatnya sebentar saja udah bikin gue muak. Apalagi ini, setiap hari. Bisa mati muda."

Valdie terkekeh mendengar betapa frustasi sahabatnya ini. Akhirnya mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Valdie yang sibuk dengan minumannya dan Aryo yang entah tertidur atau tidak.

"LAKI-LAKI BRENGSEK. KAU JUGA PEREMPUAN JALANG. AKU AKAN MEMBUNUH KALIAN BERDUA!!!"

Hampir saja Valdie tersedak minuman karena terkejut dan Aryo terlonjak bangun dari mati surinya saat mendengar bentakan seorang perempuan yang kuatnya mengalahkan suara musik.

"Apa itu?!" tanya Aryo yang kesal dibangunkan paksa

Valdie hanya mengangkat bahunya cuek dan mengelap percikan minuman yang mengotori bajunya.

Tak lama jawaban atas pertanyaan Aryo pun datang dengan sendirinya.

Seorang wanita paruh baya menyeret seorang perempuan muda yang setengah telanjang dengan jambakan dirambut. Terlihat dibelakang mereka seorang laki-laki tua tergopoh-gopoh mengikuti kedua wanita itu. Terdengar jeritan tangis keluar dari mulut si perempuan muda. Semua orang disana tertawa dan bertepuk tangan menikmati pertunjukan dengan judul 'seorang istri memergoki suaminya dan menghajar simpanan sang suami'. Bahkan Aryo dan Valdie ikut tertawa.

"HAHAHA...ada-ada saja!" seru Aryo disela tawanya.

"Seharusnya kau berterima kasih pada mereka karena sudah menghiburmu" balas Valdie geli

"Kau benar, bro."

Lama mereka tertawa dan berhenti karena lelah. Namun tiba-tiba sebersit pikiran gila hinggap di kepala Valdie. Seringai tercetak jelas dibibirnya. Entah setan apa yang memberi ide laknat itu padanya.

"Ar, gue ada rencana. Kalo lo setuju, kita jalan." tawar Valdie

"Lo tau kalo gue selalu setuju apapun ide yang keluar dari otak mesum lo itu." balas Aryo

Dan Valdie tidak bisa menahan seringainya lagi untuk semakin melebar.

Ini pasti menarik
.
.
.
.

Hana melihat dengan gusar jam yang melingkar ditangannya. Dia tidak menyangka akan selesai belajar sampai larut seperti ini. Dengan cepat dia melangkah keluar kampus yang semakin menggelap ditutup awan hujan. Rintikan kecil mulai turun membasahi bumi.

'Ya, Tuhan. Aku mohon biarkan aku naik bis dulu...' doa Hana dalam hati

Hana mengucap syukur dalam hati saat hujan turun namun tetap berupa rintik. Walaupun tetap basah, tapi tidak akan membuatnya kuyup. Kakinya terus berlari menuju kearah halte. Akhirnya Hana bisa sampai dan berteduh dengan beberapa orang dibawah atap halte. Dengan senyum sabar Hana menunggu bis yang akan membawanya pulang.

Tin Tin

Semua mata termasuk Hana menoleh kearah sebuah sedan berwarna biru yang berhenti tidak jauh dari halte. Perlahan kaca mobil itu terbuka dan menampilkan seorang wanita cantik tersenyum ramah kepada Hana. Hana membalas senyuman wanita itu dengan kikuk.

"Hei, maaf mengganggu. Numpang tanya dong?" ucap wanita itu ramah pada Hana.

"I...iya. Tentu saja boleh" jawab Hana ragu saat matanya mendapati bis yang ditunggunya telah tiba dan orang-orang mulai naik. Hatinya meragu ingin meninggalkan wanita itu dan segera naik bis namun hati kecilnya tidak tega. Dan Hana pasrah saat bis itu melaju pelan dan pergi meninggalkannya. Sepertinya Hana harus menunggu lagi.

"Mba, jalan ke gedung ini tau ga?" tanya wanita itu lagi, sambil memberikan secarik kertas.

Hana melirik kedalam mobil dan mendapati pengemudinya seorang pria yang tengah sibuk dengan ponselnya. Hana tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup rambut.

"Coba saya li...MMMHHHH!!!!"

Hana berontak saat tiba-tiba tubuhnya seperti terperangkap dalam pelukan erat yang menyakitkan dari seseorang dibelakangnya. Mulutnya bahkan dibekap sangat kuat. Hana merasakan kesadarannya ditarik keluar dan menyisakan kegelapan. Dengan tidak ikhlas Hana menyerah pada ketidaksadaran yang menjemputnya paksa. Diantara kegelapan yang menyelimutinya, samar-samar Hana mendengar suara beberapa orang sebelum benar-benar tertidur.
.
.
.
.
Aryo dan Valdie sama-sama menatap lapar kearah sosok tak berdaya yang terbaring, terikat diatas tempat tidur. Namun ego mereka seakan mengejek untuk menyentuh tubuh yang sudah setengah telanjang itu didepan mereka. Valdie mendesis tidak rela pada keempat pria yang mulai mendekat kearah tempat tidur besar itu. Saat satu tangan bawahannya mulai membelai tungkai mulus wanita itu, entah kenapa tubuhnya bergerak mendekat dan langsung mencengkeram tangan bawahannya. Sontak pria itu kaget dengan tingkah majikannya.

Bukan hanya bawahannya saja yang kaget. Dia sendiri terkejut dengan tubuhnya yang langsung bergerak tanpa dia sadari.

"Kalian keluar!" perintah Aryo

Tanpa bertanya keempat pria itu langsung keluar dan menutup rapat pintu kamar hotel.

Kedua mata itu memandang tubuh mulus Hana

"Gue menginginkannya, Ar. Sorry, diluar rencana" ucap Valdie tanpa melihat ke Aryo

"Sama. Gue juga."

Sekali lagi ego yang memenangkan hati dan logika mereka. Jujur, mereka ingin menikmati tubuh Hana untuk dirinya sendiri. Namun sekali lagi ego dan kesombongan menutup mata dan hati. Mereka berdua menepis rasa tidak rela itu jauh-jauh atas nama

persahabatan.

L.O.V.E (Why You Hurt Me So Much)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang